2 Hati yang Terluka

8 0 0
                                    

"kisah ini terlalu rumit, untuk diceritakan. Bahkan dikenang pun juga terlalu menyakitkan"
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Di kantin kampus, Alsya yang tadinya melamun seketika terkejut karena ulah Keysa yang mengagetkan dari arah belakang. Membuat sang empu menatap kesal. "Kebiasaan, deh."

Keysa hanya senyum kecil, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Lagian kenapa sih, melamun mulu? Jangan keseringan melamun, nggak baik, Sya."

Alsya memutar bola matanya malas." Aku nggak melamun, cuma bengong aja." Keysa yang mendengarkannya pun seketika menganga, rasanya ingin mencakar-cakar wajah Alsya sekarang juga jika saja dia tidak ingat perempuan yang di hadapannya saat ini masih seorang sahabat.

"Sya, kamu pilih deh. Mau ditimpuk sama buku ini atau sama sepatu ini?"

Alsya benar-benar senang melihat wajah geram Keysa yang menurutnya lucu. "Nggak ada yang lucu, Sya! Nggak usah ketawa!"

"Hehe, maaf deh maaf, lagian sih kamu pakai acara kagetin aku."

Keysa tersenyum kecil sambil menunjukkan cengiran serta jari tangan yang berbentuk huruf V. "Salah siapa melamun mulu? Ada apa Sya, coba cerita."

Terdengar helaan nafas panjang. "Key, besok ... ada yang mau lamar aku." Tentu saja perkataan Alsya membuat Keysa membulat. "Ah, yang benar, kamu?"

"Masa iya aku bohong soal begini? Buat apa, Key?"

"Terus kamu mau?" Pertanyaan Keysa mampu membuat hati Alsya seketika sesak. Dia sekarang bingung harus bagaimana.

"Nah, melamun lagi."

"Aku juga nggak tahu apa yang harus kulakukan, sekarang." Air matanya pun kembali luruh. Dengan sigap Keysa memeluk Alsya, mencoba menenangkan.

***

Di satu sisi lain, Reyhan merasakan dilema yang begitu besar. Dia masih ragu soal besok, akankah keputusannya itu tepat ataukah tidak. Ini ujian cinta saya, jadi saya harus bisa melakukannya. Ya Allah, tolong bantu saya menemukan jalan keluar,

"Dokter Reyhan, Mama saya ingin bertemu dengan Dokter nanti sore. Apa Dokter bisa?"

Helaan napas panjang pun terdengar. "Insyaallah, kalau saya tidak sibuk dan tidak ada jadwal di rumah sakit." Selepas mengatakan itu, dia pergi meninggalkan Najma sendiri.

***

Seperti biasa, Alsya ke rumah Kevin untuk menjemput sang kakak. Dia ingin menceritakan semua padanya dan mencoba meminta saran apa yang harus dia lakukan. Rencana mereka akan pergi ke kafe tempat biasa makan. Mereka berangkat menggunakan mobil Abel. Dalam perjalanan pun Alsya hanya diam sambil menikmati pemandangan dari arah kaca mobil.

"Aku juga mau bilang sesuatu ke kamu, Sya."

Alsya pun menoleh sambil mengerutkan kening. "Apa, Kak?"

"Nanti saja di Kafe." Alsya menjadi penasaran apa yang akan dikatakan oleh kakaknya ini. Karena Alsya melihat keseriusan dari wajah Abel.

Abel memang suka begitu, dia tidak suka membicarakan sesuatu yang penting dalam mobil. Pasti akan menunggu sampai tiba di tempat yang dijanjikan. Karena menurutnya, cerita hal penting dalam mobil itu kurang mengenakkan. Suasana juga kurang mendukung. Tapi ada juga banyak orang yang suka membicarakan sesuatu dalam mobil.

Sincerely Love Alsya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang