"Aku sudah memutuskan, dan mungkin ini yang terbaik, untukku. Aku harap, kamu mampu membimbing dan mengajarkanku"
~ Alsya.
.
.
.
.
.
.
.Happy Reading 🐣
Siang ini, Alsya berada di kantin kampus, ditemani oleh Keysa. Mereka berdua terlihat begitu menikmati makanan, apalagi Alsya yang memakan dengan lahap.
Keysa yang melihat sahabat satu-satunya itu pun sampai membola. "Sya, pelan-pelan kali, kalau makan. Nggak ada yang akan minta tuh makananmu, jadi tenang aja. Sama Tante Syifa kamu nggak dikasih makan berapa Minggu sih?"
Alsya pun mendengus kesal mendengar penuturan Keysa. Sejak pagi dia memang belum sempat sarapan, karena terburu-buru mengantarkan Abel ke rumah sakit, selepas itu langsung berangkat ke kampus. Soal Abel, Alsya masih mencari tahu kebenaran hingga sekarang.
Alsya juga ingin memberitahu soal lamaran Arkan kemarin lusa pada Keysa. Tapi Alsya belum berani untuk berkata jujur pada sahabatnya. Kalaupun jujur, Keysa pasti akan menyarankan untuk menerima. Tapi bagaimanapun Alsya membutuhkan sebuah saran, saat ini.
"Key, aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dan aku juga mau minta saran, ke kamu."
Keysa yang mendengar perkataan Alsya seketika mengerutkan kening. "Mau bicara apa? Kelihatannya serius banget."
"Iya emang ini serius. Ini soal aku dan masa depan. Kemarin lusa, ada anak dari sahabat Ayah ke rumah. Dia melamarku, Key. Namanya Kak Arkan, dia juga seorang hafidz Qur'an." Terdengar helaan napas panjang dari Alsya, sedangkan Keysa masih setia mendengarkan perkataan tanpa berniat memotongnya.
"Tapi ... aku bingung, Key. Aku merasa insecure, sama dia. Dia terlalu baik untukku. Aku sama dia itu bagaikan langit dengan bumi, seolah-olah mustahil gitu untuk bersatu. Ilmu agamanya juga jangan ditanyakan lagi, aku masih minim ilmu dibandingkan dengannya. Aku sendiri merasa nggak pantas bersanding dengannya. Sudah kucoba istikharah, dan Alhamdulillah dapat jawabannya. Tapi aku sendiri masih belum 100% yakin dengan keputusanku ini."
"Sya, apapun keputusanmu, aku yakin itu memang yang terbaik untukmu. Apalagi dianya juga orang baik, kalaupun semisal kamu mau menolak, pikirkan baik-baik, di zaman sekarang susah mencari seseorang yang seperti itu. Kalaupun memang benar jodohmu, pasti dia akan membimbingmu. Yakinlah akan takdir-Nya."
Lagi dan lagi Alsya menghela nafas panjang. "Tapi aku juga masih kuliah, Key." Bukan hanya itu sebenarnya alasannya, tapi ada alasan lain yang membuat Alsya masih menimang-nimang keputusan.
"Insyaallah, Sya jika sudah ketetapan-Nya, kamu akan bisa. Coba kamu lihat Tante Syifa dan Om Alfin. Mereka dulu juga nikah muda, kan? Apalagi Tante Syifa menikah saat masih SMA. Tapi rumah tangganya masih bertahan sampai sekarang."
Memang benar apa yang dikatakan Keysa tentang orang tuanya. Tapi Alsya takut, jika nanti masih belum bisa menjadi istri yang baik untuk suaminya kelak. "Aku akan doakan untuk kebaikan kamu, Sya. Aku pamit dulu ya, Bundaku suruh pulang soalnya, Assalamualaikum," tukasnya sambil menepuk pelan bahu Alsya, lantas meninggalkannya sendiri di kantin kampus.
"Waalaikumsalam," jawabnya sembari memejamkan kedua mata.
***
Di hari berikutnya, Syifa, Alfin dan Alsya datang ke rumah Arkan. Syifa juga mengajak kedua sang kakak, Fajar dan Kevin tak lupa Zahra dan Anggra. Mereka akan membahas dan menyampaikan hasil istikharah dari Alsya.
Terlihat mereka sudah berkumpul di ruang tamu. Soal hati, jangan ditanyakan lagi. Alsya sungguh gugup, saat ini. Apalagi semua orang tengah memandang kerahnya guna menantikan jawaban. Alsya berusaha menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya.
Setelah kegugupannya berkurang, barulah dia berucap, "Setelah saya istikharah, Alhamdulillah sudah dikasih petunjuk. Saya menerima lamaran dari Kak Arkan."
Semua orang yang di sana tersenyum, mendengar perkataan Alsya. "Alhamdulillah."
Tanpa di sadari, seseorang yang duduk tidak jauh darinya tersenyum kecil sambil menunduk, saking kecilnya sampai-sampai tidak ada seorangpun yang menyadari.
***
Seorang perempuan tengah memandangi langit sambil merenung di balkon kamar, dengan ditemani secangkir kopi di sebelahnya. Terlihat jelas raut wajah yang menampakkan kegelisahan. Dia benar-benar bimbang akan semuanya setelah kejadian tadi pagi melandanya.
Flashback on
Setelah Alsya memutuskan menerima, kedua keluarga langsung mendiskusikan tentang rencana pernikahan."Bagaimana kalau 2 Minggu lagi? Karena lebih cepat, lebih baik, kan?"
"Bagaimana, Nak Alsya, Arkan?" tanya Raka selaku Abah Arkan.
Arkan menjawab dengan anggukan kecil. Alsya melirik ke arahnya lantas ikut mengangguk kepala. Setelah dipikir-pikir, memang benar adanya niat baik harus segera dilaksanakan. Sebenarnya Alsya masih bimbang dengan semua, tapi setelah dia pikirkan matang-matang, mungkin ini memang yang terbaik.
2 Minggu lagi, dia akan melepas masa lajangnya dan berganti status menjadi seorang istri. Alsya sendiri masih takut, jika nantinya belum bisa menjadi istri yang terbaik untuk Arkan. Apalagi Arkan sosok yang baik untuknya.
"Alhamdulillah." Semua orang berucap syukur.
Flashback off
Dengan mata terpejam, dia kembali menghembuskan nafas panjangnya.
***
Di satu sisi lain, seorang lelaki juga sedang berada di balkon kamar sambil memandangi bintang-bintang di langit. Sebuah tepukan pelan di bahu pun mengejutkannya.
"Ada apa, Rey? Kok bengong sendiri di sini? Coba cerita ke Bunda."
"Nggak ada apa-apa, Bun."
"Apa ini soal Najma?"
"Bukan, Bunda. Bukan soal Najma, Saya cuma kepikiran soal pekerjaan di rumah sakit saja, nggak ada yang lain." Tidak mungkin juga Reyhan berkata jujur pada Sandra apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak ingin membuat sang bunda sedih.
"Yakin cuma itu saja?"
"Iya, Bunda Sayang, sudah malam mending Bunda tidur gih. Nggak baik terkena angin malam."
Sebenarnya Sandra ingin bertanya lebih kepada Reyhan, tapi dia berpikir mungkin bukan waktu yang tepat. "Ya sudah, Bunda tidur dulu. Kamu juga tidur, jangan begadang."
"Iya, Bun."
Sepeninggal Sandra, Reyhan kembali menatap langit dengan ditemani angin malam yang membuatnya sedikit tenang.
22 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely Love Alsya (On Going)
SpiritualSequel Novel "Assalamualaikum, Zauji" ----------------------------------------------------------------- Karena tidak tahan, Alsya mengetik pesan, pada seseorang. 'Mas Ar sudah mau pulang, belum?' 'Iya Sayang, ini Mas sudah mau...