1

276 36 0
                                    

HAPPY READING GUYS💚💚💚






Hari, Minggu dan bulan sudah haechan lalui tinggal bersama keluarga sang papa. Haechan bersekolah di sekolah yg sama dengan Jeno, tpi haechan tetaplah haechan yg pendiam.

Pagi ini sarapan seperti biasa. Mama melayani suami dan juga anak anaknya.
"Yakkk Lee Jeno, itu menjijikan" keluh Karina karena melihat tingkah Jeno. Lalu dengan isengnya Jeno mencolek baju Karina dengan tangannya yg kotor.

Taeyong dan kedua orangtuanya hanya bisa tertawa melihat perseteruan kedua saudara itu. Taklama mereka mendengar langkah haechan lalu tawa mereka hilang.

Haechan ingin langsung pergi ke sekolah, namun mama menyuruhnya sarapan. Haechan bersiap mengambil langkah lagi namun suara sang papa menginterupsinya.
"Sarapan" ketus papa.

Haechan masih setiap berdiri. Papa yg mulai kesal menggebrak meja makan.
"Sarapan ku bilang!!! Ini aturan dirumah ini!!".  Lalu dengan berat hati haechan ikut duduk disana.

"Tinggal makan saja ribet" ujar Jeno. Karina langsung menyenggol lengan Jeno sebagai peringatan. Haechan mulai sarapan dengan perlahan.

"Tae, bagaimana tempat kerja barumu?" Tanya papa dengan mengulas senyum.
"Pa, aku baru calon dokter. Disana belum menjadi tempat kerja tetapku" sahut Taeyong tersipu malu.

"Kak Tae, tapi kamu sangat ingin bekerja disana kan?" Ledek Karina. Lalu mereka tertawa bersama kecuali haechan. Haechan benar benar muak melihat pemandangan ini, dia ingin pergi dri tempat itu.

Haechan sudah berada di sekolah, seperti biasa dia akan menaruh tas lalu menghabiskan waktunya untuk duduk di pinggir lapangan basket sambil membaca buku. Dia satu sekolah dengan Jeno, tpi haechan tetap tak memiliki teman karna dia terlalu tertutup.

Saat hendak beranjak haechan tidak sengaja menabrak bara, dia adalah saingan Jeno disekolah dan saat ini juga mungkin musuh haechan.
"Dimana matamu bodoh!!"
"Kmu yg sengaja menabrakku, harusnya aku yg marah" ucap haechan.

"Kurang ajar!!"
Plakkkkkkk bara tiba tiba menampar haechan dengan sangat keras.
"Dasar anak haram" ujar bara sambil berlalu mendorong haechan. Semua siswa melihat kejadian itu, termasuk Jeno.

Saat pulang sekolah tiba, haechan mampir ke toilet untuk mengecek luka dibibir akibat tamparan bara. Setelah itu dia menghembuskan nafas berat dan keluar dari kamar mandi, didepan gerbang haechan melihat supir papa dan juga Jeno.

Sang sopir menghampiri haechan,
"Tuan meminta saya menjemput nak Jeno dan nak haechan" ucap sang sopir. Tak berlama lama mereka segera memasuki mobil dan menuju ke rumah.

Jeno dan haechan duduk bersebelahan di kursi belakang. Jeno asik bermain ponsel namun sesekali ia mencuri pandang untuk melihat haechan yg tertidur, disitu Jeno melihat bahwa bibir haechan terluka dan sedikit lebam. Namun Jeno berusaha untuk tidak perduli.

Taklama mereka sampai di rumah. Jeno segera melesat masuk ke rumah sedangkan haechan masih tertidur kemudian ahjushi pelan pelan membangunkan haechan, dengan wajah seperti menahan sakit haechan keluar dri mobil.

"Nak haechan kenapa? Apa perlu ke rumah sakit?" Tanya ahjushi
"Tidak usah ahjushi, aku baik baik saja" sahut haechan. Haechan memegangi dan memijat pelan dadanya, terlihat ketidaknyamanan dari raut wajah haechan.

Jeno berlari memeluk sang mama.
"Eh anak mama sudah pulang? Ayo cuci tangan lalu makan siang" kata mama.
"Haechan mana Jen?" Tanya Karina. Lalu dengan isyarat mata Jeno menunjuk haechan yg sedang berjalan memasuki rumah dengan langkah pelan.

Karina mendekati haechan, dia terkejut melihat bibir haechan yg terluka dan pipi yg agak lebam.
"Ma...mama. haechan luka ma" panggil Karina.
"Kamu  kenapa begini Chan?" Lanjut Karina, tangan Karina terulur hendak memegang pipi haechan.

Namun dengan keras haechan menolak tangan Karina.
"Yak!!!!!" Bentak Jeno, lalu dia menghampiri haechan kemudian mencekeram kerah bajunya.
"Jeno udah jngan Jen" lerai Karina.
"Berani kamu kasar sama Noona" kata Jeno marah.

"Aku tidak Sudi di pegang oleh kalian. Termasuk kamu" ucap haechan sambil melepaskan cengkraman Jeno. Jeno semakin kesal akhirnya memukul wajah haechan hingga haechan tersungkur. Mama yg baru sampai segera memisahkan Jeno dari haechan.

"Dasar tidak tau terimakasih!!!" Bentak Jeno. haechan bangkit lalu menghampiri Jeno dalam pelukan mama.
"Dari segi apa aku harus berterima kasih hah?" Remeh haechan.

Plakkkkkk
Mama menampar haechan. Karina terkejut melihat sang mama yg tidak pernah marah menampar haechan dengan begitu keras.
"Kamu kelewatan haechan" ucap mama dengan suara bergetar.

Perlahan air mata haechan mengalir, dadanya semakin sakit dan sesak. Dengan mata berair haechan menatap wajah mama tirinya.
"Aku kelewatan? Maaf...maaf kalau aku kelewatan" haechan mengusap air matanya. Mama merasa bersalah setelah mendengar permintaan maaf dari haechan.

"Haechan.. mama tidak ber...."
"Tidak...aku yg salah. Aku minta maaf" ucap haechan lagi. Haechan berbalik meninggalkan rumah itu, pergi keluar.
"Ahjushi, bisa antar aku ke suatu tempat" pinta haechan. Ahjushi terkejut melihat wajah haechan yg tampak berantakan.

Lalu mereka memasuki mobil meninggalkan rumah itu. Air mata haechan terus menetes, bibirnya mengeluarkan darah bahkan mulutnya kini sudah merah karena darah.
"Nak haechan, kita kerumah sakit saja ya?"
"Tidak usah ahjushi".

Haechan memegangi dadanya kuat kuat.
"Ahjushi. Turunkan aku disini" pinta haechan. Ahjushi kaget karena tempat ini sangat sepi,
"Tapi nak..."
"Aku akan baik baik saja, ahjushi bisa pulang sekarang". Ahjushi tidak bisa menolak permintaan haechan, dengan berat hati ahjushi meninggalkan haechan di taman yg sepi itu.

Haechan duduk di sebuah kursi, tangannya masih memegang erat dadanya.
"Kumohon jngan begini hiks hiks hiks". Sesekali haechan terlihat kesulitan bernafas.

Tanpa sadar hari sudah berangsur larut. Haechan melihat jam tangannya menunjukan pukul 10 malam, ia menatap langit dengan sendu.
"Mama, aku rindu. Sangat rindu ma". Setelah mengatakan itu haechan beranjak dari tempat itu untuk menuju pulang.

P.A.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang