8

173 27 3
                                    

HAPPY READING GUYS💚💚💚
TYPO BERTEBARAN DIMNA MNA











Saat di rumah sakit, Taeyong hanya bisa memandangi haechan yg sedang di tangani oleh doyoung dari balik jendela kaca.

Setelah itu doyoung keluar dari ruang penanganan.
"Tae, kita perlu bicara" ujar doyoung.
Mereka kini duduk di taman rumah sakit lalu dengan lembut doyoung menyodorkan air mineral untuk Taeyong.

"Dia masih terlalu muda untuk mendapat perlakuan seperti ini tae. Bahkan dulu usianya masih terlalu kecil untuk tahu masalah orang dewasa" kata doyoung. Taeyong hanya bisa menghela nafas berat.

"Kamu tau kak, dulu waktu mamaku sedang mengandung Karina. Ibu haechan pernah meminta mamaku untuk meninggalkan papa, wanita itu bahkan melempar uang sangat bnyak ke wajah mamaku. Di situ aku melihat mama menangis histeris, bahkan mama hampir keguguran. Kamu tidak ada di posisi ku, jadi kamu bisa berkata segampang itu" jelas Taeyong panjang.

"Tapi perlakuan mu ke haechan tidak akan bisa memutar waktu kemasalalu bukan?" Ujar doyoung.

"Percuma aku jelaskan hingga mulutku berbusa pun kamu tidak akan paham" ucap Taeyong sambil bergegas berdiri.

Saat dia berbalik ternyata disana ada haechan yg berdiri tidak jauh dari mereka, jujur saja Taeyong agak terkejut mendapati haechan di sana.

"Haechan, kamu mau kemana?" Tanya doyoung.
"Aku ingin pulang, sudah tidak sakit" jawabnya. Kemudian dengan segera Taeyong menarik tangan haechan lalu berjalan cepat.

Sesampainya di parkiran Taeyong sedikit kasar mendorong haechan masuk ke mobil. Haechan merasa bersalah ketika mendengar penjelasan Taeyong tadi, pantas saja keluarga ini sangat membencinya.

Mobil sudah melaju, entah sejak kapan Taeyong sudah meneteskan air mata. Haechan mengambil tisu berniat ingin mengelap air mata Taeyong, namun Taeyong segera merebut tisu itu kasar.

"Kak, kita bisa berhenti sebentar jika kak Taeyong butuh waktu" ujar haechan. Namun Taeyong tidak menggubris ucapan haechan.
"Kak..."
"DIAM!!!!!" potong Taeyong dengan nada berteriak sambil menghentikan mobil itu mendadak.

"KAMU!!!! KENAPA HARUS HADIR DALAM KEHIDUPAN KELURGA BAHAGIA MILIKKU??? KENAPA????!!!" amarah Taeyong meledak di hadapan haechan saat itu juga.

Haechan mengulurkan tangannya berniat menenangkan Taeyong namun tiba tiba...
Plakkk rintihan haechan reflek keluar dari mulutnya.

Taeyong dengan kaget melihat haechan yg memegangi bibirnya. Air matanya sudah jatuh tak terbendung, lalu beberapa menit berlalu hanya ada sunyi di dalam mobil milik Taeyong.

Taeyong menatap haechan ketika anak itu hanya diam sambil memandang suasana luar mobil. Tangan anak itu menggenggam tisu yg tadi ia gunakan untuk menyeka darah di bibir akibat ulah Taeyong.

Sesampainya di rumah Taeyong langsung melesat masuk meninggalkan haechan begitu saja. Haechan melangkah masuk, semua seperti tidak terjadi apa apa, tidak ada kata sambutan walaupun hanya sekedar bertanya tentang keadaan nya.

Hari, Minggu, bulan terus berjalan. Haechan punya keluarga tapi semakin jauh dari keluarga nya. Saudara tiri yg ia harapkan bisa menjadi pondasi nya juga ternyata sam seperti papanya.

Siang ini haechan sampai di rumah terlebih dahulu, dia melihat rumah sangat sepi.
"Sepi sekali, mungkin mereka semua sibuk" ujar haechan.

Dia segera membersihkan diri lalu setelah itu haechan pergi ke dapur untuk minum jus buah. Namun saat dia berbalik, dia terkejut melihat wajah merah padam papa yg tiba tiba di hadapannya.

"Pap...papa kapan sampai" ucap haechan gugup.
"Dimana dokumen aset milik wanita jalang itu?" Tanya papa dengan wajah kesal.
"Dokumen apa pa? Aku tidak mengerti apa yg papa maksud" jawab haechan.

"JANGAN MEMBUAT KU EMOSI HAECHAN!!! DIMANA DOKUMEN ASET KEPEMILIKAN MILIK WANITA JALANG ITU" teriak papa penuh emosi. Haechan terkejut dengan bentakkan sang papa hingga gelas jus yg ia pegang jatuh.

"Aku tidak tahu pa... Aku tidak tahu apa pun" sahut haechan.
Plakkkkkk
Plakkkkk
Papa mencengkram rahang haechan dengan kasar.

"Aku butuh aset aset itu skrng, agar usahaku tidak terpuruk... Sekali lgi aku tanya. Dimana dokumen aset wanita itu"
Dan lagi lagi haechan hanya menggeleng sebagai jawaban.

Papa semakin emosi, setan seperti sudah menguasai jiwa papanya. Dengan sengaja papa mendorong haechan hingga tangannya terkena pecahan gelas, haechan tidak merintih, dia hanya meneteskan air mata.

"Tidak... usahaku tidak boleh bangkrut. Anak dan istri ku tidak boleh menderita" gumam papa. Papa lalu menginjak tangan haechan hingga kaca itu semakin menusuk ke dalam kulit haechan.

Plakkkk
Plakkk
Plakkk
"Harusnya kamu mati saja!!!"
Tidak puas dengan itu papa lalu membenturkan kepala haechan berkali kali ke lantai hingga darah keluar dari sana.

"DIMANA DOKUMEN ITU?!!!!!" teriak papa. Dengan setengah wajah berlumuran darah haechan kembali menggeleng sebagai jawaban. Papa lalu mengacak acak rambutnya.

Kemudian papa menindih tumbuh haechan, dia mencekik leher haechan hingga wajah putranya itu mulai memerah.
"Kalau begitu kamu mati saja"

Haechan mengangkat tangan kirinya lalu menggapai kening sang papa sambil terus menatap mata papanya yg memerah penuh emosi.
"Pa...pah..."lirih haechan. Tiba tiba kilas kenangan tentang haechan muncul dalam pikiran papa.

"Papa pulang yeeeeee...papa echan sayang papa.... Papa...papa"
Seperti tersadar, papa melihat mata haechan menatapnya. Darah haechan yg sudah berceceran di lantai dapur.

Tangan kiri haechan jatuh ke lantai, papa bangkit lalu mundur menjauhi tubuh haechan yg sudah lemas dan berdarah darah.
"Apa yg sudah lu lakukan?" Tanya papa pada diri sendiri sambil menatap tangannya.

Haechan masih terus menatap papanya dengan air mata yg masih mengalir. Nafasnya tersengal sengal
"Pah...akhhh akhhh" panggil haechan.
Papa segera menghampiri tubuh haechan dia memangku tubuh haechan.

"Haechan maaf nak...maaf nak hiks hiks" dengan tangan gemetar dan terus mengucapkan kata maaf, papa mencoba menghubungi ambulans.
"Tuhan...apa yg sudah ku lakukan hiks hiks hiks... Maaf kan papa haechan maaf"

Darah keluar dari mulut haechan membuat papa semakin panik. Haechan menatap mata papanya, dia melihat rasa khawatir pada raut wajah papanya.
"Apa aku harus kesakitan dan mati dulu untuk mendapatkan ini semua pa? Knpa kasih sayang papa buat ku terlalu menyakitkan" ucap haechan dalam hati, sebelum semua kesadaran hilang dan gelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

P.A.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang