3

326 40 6
                                    

HAPPY READING GUYS 💚💚💚💚



Plakkkkkkk
Wajah haechan memaling ke arah kanan, ujung bibirnya robek. Papa melempar hasil ujian haechan dengan keras ke wajah haechan.

Taeyong baru saja sampai langsung melihat adegan murka sang papa.
"Anak bodoh!!!! Pembawa sial!!!" Bentak papa.
"Harusnya dari awal aku tidak perlu mempertahankan mu karna memang kamu tidak bisa di harapkan!!!"

Mata haechan memerah menahan air mata, hatinya hancur berkeping keping mendengar ucapan papa kandungnya sendiri.
"Pa, cukup pa hiks hiks" Isak Karina.
"Karina, kamu tidak perlu membela apalagi menangis untuk anak sialan ini" kata papa.

"Semua bisa di bicarakan baik baik pa. Nilai haechan kurang bagus karna mungkin dia tertinggal pelajaran" bela Karina.
"Jeno, taeyong dan kamu, dulu juga sering tertinggal pelajaran tpi tidak pernah mendapat nilai seburuk ini"

"Kalaupun nilai ku bagus..apa papa akan lebih menyayangi ku. Tidak kan?" Ucap haechan. Papa sudah sangat geram, ia melangkah lalu mencengkram rahang haechan dengan kuat.
"Berani kamu menjawab hah!!!" Bentak papa. Papa melepas cengkraman dengan kasar.

Plakkkkkk
Karina berdiri tepat di depan haechan. Tamparan papa mendarat di pipi Karina, semua orang terkejut. Karina meneteskan air mata.
"Karina papa tidak bermaksud menamparmu nak".

Karina tidak memperdulikan ucapan papa. Dia berbalik menyentuh pipi haechan menatap lekat manik matanya. Perlahan tubuh Karina ambruk dan haechan dengan sigap memeluk tubuh kakak tirinya itu. Semua orang panik melihat Karina pingsan.

Taeyong bergegas menggendong adik perempuannya ke kamar. Jeno dan mama ikut menemani Karina. Namun papa semakin marah terhadap haechan. Papa menarik tubuh haechan membawanya masuk paksa ke kamarnya. Dan malam haechan berakhir dengan kesakitan lagi.

Semua keluarga menunggu Karina sadar. Perlahan Karina membuka matanya, pertama yg ia lihat adalah mama dan juga adiknya.

Papa berlari menghampiri Karina. Mencium tangan putri satu satunya dan meminta maaf.
"Pa, aku hanya tidak ingin papa melakukan kekerasan di depanku, mama, kakak dan juga Jeno" ucap Karina lirih. Papa mengangguk menyetujui kata kata Karina.

Haechan mendengar perkataan Karina. Awalnya dia khawatir berubah setelah tau fakta yg sebenarnya, ternyata kakak tirinya hanya memperdulikan keluarganya kecuali dia.

Pagi hari tiba, semua melakukan sarapan. Seperti biasa, haechan bergabung paling akhir. Langkahnya sedikit tertatih, pipi dan pelipisnya membiru, semua orang dapat melihat jelas itu.

Haechan mulai sarapan tanpa suara. Sesekali haechan memejamkan matanya karna rasa perih yg menjalar di bibirnya. Papa kemudian beranjak dari sana untuk pergi ke kantor. Mama mulai sibuk untuk ke butik. Tersisa hanya taeyong, Karina, Jeno dan haechan.

Seperti biasa haechan suka menyendiri. Dia duduk di taman belakang, sesekali bibirnya menyenandungkan sebuah lagu, senyum tipis mengembang di bibirnya yg luka. Karina yg melihat itu kemudian menghampiri haechan, lalu duduk di sebelahnya.

"Lagu apa yg kamu dengar?" Tanya Karina. Namun haechan hanya diam.
"Aku juga mau dengar" Karina mengambil sebelah headset milik haechan. Dengan reflek haechan menarik kembali headset itu dari tangan Karina.

"Berhenti pura pura peduli padaku"
"Apa maksudmu?" Tanya Karina heran.
"Kalau sekiranya hanya pura pura, lebih baik berhenti. Itu membuatku muak" jelas haechan. Karin menatap haechan tajam.
"Dasar tidak tahu diri!!!!!" Bentak Karina dengan nafasnya yg sudah emosi.

Jeno dan taeyong berlari menuju suara keras Karina. Sampai di sana mereka melihat Karina mencekram kerah baju haechan.
"Kalau aku tidak tahu diri, lalu kalian apa hah? Ibumu adalah jalang" kata haechan.
"Yakkkkk!!!!" Bentak Karina.

Taeyong tiba tiba menghampiri haechan dan langsung memukul rahangnya hingga haechan tersungkur. Jeno mulai menendang perut haechan.
"Aku benar benar jijik melihatmu" ucap Jeno. Haechan bangkit lalu membalas tendangan Jeno, hingga Jeno terpental.

"Kamu pikir aku tidak bisa membalas mu. Aku bisa Lee Jeno!!".
Tangan taeyong sudah terangkat ke udara, haechan menahannya. Menatap mata taeyong dengan tajam, aku bisa berbuat lebih dari ini. Lalu haechan melepas tangan taeyong dengan kasar. Lalu pergi dari sana.

Di sore hari tiba tiba terdengar suara pintu kamar haechan di gedor dengan keras, haechan sudah tahu itu siapa. Dan saat di buka...

Plakkkkkkk
Mama menampar haechan.
"Saya bukan jalang Lee haechan. Ibu mu yg tidak becus membahagiakan papamu. Jadi kamu tidak punya hak mengataiku jalang!!!".
Haechan hanya menatapnya tajam,
"Klau Tante tidak suka ku sebut jalang. Aku juga tidak suka di sebut tidak tahu diri!!! Tidak tau di untung!!! Dan pembawa sial!!!"

"Diam!!!!"
Prangggggg
Nafas mama memburu, matanya merah padam. Hingga dia melempar vas bunga keramik. Taeyong dan adik adiknya terkejut, mereka berlari ke sumber suara.

Mama yg tadinya menunduk perlahan mengangkat kepala untuk menatap haechan. Pecahan vas itu tepat di bawah haechan. Taeyong,Karina dan Jeno sampai disana, mereka melihat mama yg mengepalkan tangan serta vas yg sudah pecah di lantai.

"Sudah puas?" Tanya haechan lirih, di sertai air mata yg menetes.
"Pembawa sial" ucap mama dengan suara bergetar.
"Pergi dri kamar ku jika sudah puas. Pergi!!" Teriak haechan dengan nafas yg sedikit tersengal.

Haechan merasa ada yg mengalir di pelipisnya, dia menyeka dengan tangannya tpi cairan itu mengalir ke dagu hingga menetes ke lantai. Mereka membelalakkan matanya, terutama mama. Ternyata vas itu mengenai kepala haechan.

"Ke....keluar dari kamar kuhhh" ucap haechan terbata sambil menahan sakit, darah itu terus mengalir. Mama melihat mata haechan nampak kesakitan, terbesit rasa bersalah di hatinya. Haechan berbalik badan.

Dengan terpincang dia berjalan menuju tempat tidur, darah menetes ke kasur badanya ambruk. Mama segera berlari menghampirinya haechan.
"Haechan maaf kan mama hiks hiks".
Haechan merasa sakit dan pusing hingga tak begitu jelas mendengar ucapan mama tirinya itu.

Taeyong menggendong tubuh kecil haechan untuk di bawa ke rumah sakit. Bahkan sekarang haechan sudah tidak sadarkan diri dalam gendongan kakak tirinya.

P.A.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang