HAPPY READING GUYS 💚💚💚
Setengah perjalanan sudah mereka tempuh. Haechan sesekali menatap spido meter pada mobil, dia hanya menggelengkan kepala lalu kembali bermain ponsel.
Hingga suara haechan kembali menginterupsi Jeno.
"Jen, kecilkan suara musik dan pelankan laju mobilnya"
"Diam kubilang" ketus Jeno.Tiba di perempatan, Jeno memaksakan laju mobilnya untuk menerobos lampu yg baru saja berwarna merah.
"Jeno" tegur haechan kaget.
"Apasih?!! Tidak kenapa-kenapa kan?" Bangga Jeno. Haechan membuang pandangan nya ke jendela luar, sebuah truck melaju kencang dari samping haechan."JENO!!!" teriak haechan.
Haechan segera membuka sabuk pengamannya lalu beralih memeluk kepala Jeno, melindungi agar dia tidak terluka parah.
Bragkkkk
Bragrkkkh
Brugkkkkk
Mobil yg mereka kendarai di tabrak truck hingga terguling guling.Posisi mobil mereka terbalik. Jeno perlahan membuka matanya, kepalanya berdenyut nyeri. Dia melihat haechan, kepala haechan berada di dadanya, matanya masih terbuka. Mata mereka saling bertemu, Jeno menatap mata haechan yg sudah mengeluarkan air mata.
Bahkan baju sekolah Jeno basah akibat darah yg ke luar dari kepala dan telinga haechan. Lalu semua menjadi gelap.
Di rumah sakit taeyong berlari UGD dengan tergesa gesa setelah dia mendapat kabar bahwa adiknya mengalami kecelakaan dan berada di rumah sakit tempatnya bekerja.
Taklama mama, papa dan Karina datang.
"Tae mana Jeno?" Tanya mama panik dan berderai air mata. Taeyong hanya menjawab dengan menunjuk ruang UGD, seketika kaki mama melemah.Suara pintu terbuka dan nampak doyoung keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaan adikku?" Tanya taeyong.
"Kamu dan keluarga mu harus mencari darah A+ karna Jeno butuh transfusi darah, di rumah sakit dan palang merah kosong" jelas doyoung.Situasi semakin menjadi kacau, mama sudah menangis sejadi jadinya.
"Dimna haechan?" Tanya papa
"Dia sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat biasa, dia tidak membutuhkan transfusi darah" lanjut doyoung.Tangan papa mengepal, menyumpah serapah haechan yg menurutnya baik baik saja. Setelah beberapa jam, akhirnya haechan sadar mulai membuka mata, ia melihat sekeliling, sepi.
Haechan melepas alat oksigen lalu berusaha duduk sambil memegangi kepalanya yg sakit. Tiba tiba pintu kamar haechan di buka kasar, dia sedikit kaget. Dan pelakunya tak lain adalah sang papa.
Plakkkk!!!
Wajah haechan menoleh ke kanan akibat tamparan dari mama tirinya.
"Kenapa kamu tidak menolong putraku?!!! Kenapa?!!!!" Teriak mama emosi sambil terisak.Haechan hanya bisa menunduk tak berani menatap sang mama tiri. Papa lalu mendekati haechan, mencengkram rahang haechan kuat dan mendongakkan kepala haechan.
"Kenapa kamu membiarkan Jeno terluka parah?" Tanya papa dingin.
"A..aku sudah berusaha pa"
"TAPI JENO KU SEKARAT DISANA CHAN!!!" bentak papa.
"Maaf pa" lirih haechan.Mama lalu memisahkan papa dan haechan. Dia mencengkram kerah baju haechan.
"Anak kurang ajar hiks hiks hiks" rancau mama sambil terus menguncang tubuh haechan kuat.Haechan memegangi dadanya kuat kuat, wajahnya berubah kesakitan. Mama seketika melepaskan kerah haechan. Mereka perlahan mundur beberapa langkah dri haechan. Haechan meremat sprei nya karena kesakitan, air matanya menandakan betapa sakit dadanya saat ini.
Taeyong yg baru sampai panik melihat keadaan haechan.
"Pa ma, ini kenapa?" Tanya taeyong, tpi yg di tanya hanya menggeleng. Taeyong segera membaringkan haechan, dia lalu menekan tombol darurat.Taklama doyoung datang dengan berlari. "Haechan haechan, kamu bisa mendengarku?" Uji doyoung. Tpi respon haechan tidak seperti harapannya.
Tiba tiba haechan seperti tersedak, lalu mulutnya berwarna merah. Perlahan darah keluar dari ujung mulut haechan. Taeyong semakin panik karna tubuh haechan kejang.
Doyoung mengangkat dagu haechan agar kepalanya agak mendongak."Tae, sebaiknya kamu dan orang tuamu keluar. Haechan Anfal" ucap doyoung. Dengan ragu ragu taeyong mengajak kedua orang tuanya keluar dari kamar haechan.
Mereka kini berkumpul di ruang rawat Jeno, mama terus menggenggam tangan putra bungsunya dengan erat sambil terus menangis. Papa terlihat melamun, entah mengapa papa tiba tiba memikirkan kejadian haechan tadi namun papa cepat cepat membuang pikiran itu.
Perlahan mata Jeno terbuka, Karina yg pertama kali melihat segera menghampiri Jeno.
"Jen hiks hiks kamu sadar Jeno" Isak Karina. Anggota keluarga yg lain langsung bergegas menghampiri Jeno.Setelah Jeno di periksa oleh dokter, Jeno mulai bisa duduk dan makan.
"Jen, kamu ngebut naik mobil?" Tanya Taeyong mengintimidasi. Seketika Jeno terlihat gugup untuk menjawab.
"Ti...tidak kak, haechan berisik sehingga aku tidak bisa konsentrasi mengemudi" jawab Jeno."Anak sialan itu. Dia hampir membuatku kehilangan putraku ternyata" geram papa. Taeyong mengusap pucuk kepala jeno dengan lembut.
Keesokan harinya, haechan membuka matanya. Dia melihat sekeliling kamar rawatnya dan yg dia lihat hanya sepi. Dengan hati hati haechan duduk, entah kenapa tiba tiba air mata jatuh begitu saja.
"Ayo chan, bukan kah kamu terbiasa sendiri" katanya untuk diri sendiri.Selang beberapa jam, doyoung masuk. Dan mendapati haechan sudah mengenakan baju seragam yg ia pakai saat kecelakaan.
"Haechan, kamu mau kmna?" Tanya doyoung.
"Aku akan pulang dok, aku sudah baik baik saja" sahut haechan.Doyoung menghampiri haechan lalu mengajaknya duduk.
"Kondisi kamu belum pulih sepenuhnya chan" ujar doyoung.
"Aku sudah baik baik saja. Jadi tolong biarkan aku pulang" mohon haechan. Tiba tiba doyoung mengambil ponsel nya lalu menjauh dari haechan, terlihat doyoung menghubungi seseorang.Setelah menutup panggilannya dengan seseorang, doyoung kembali menghampiri haechan.
"Baiklah. Tpi biarkan Taeyong mengantarmu, aku sudah menghubungi nya" kata doyoung.
Haechan sedikit kaget dan heran, apakah mau Taeyong mengantarnya pulang.Dan benar saja, 15 menit kemudian Taeyong berada di kamar rawat haechan. Taeyong menyiapkan kursi roda untuk haechan
"A..aku bisa berjalan" ucap haechan. Taeyong pun berhenti dan menaruh kembali kursi roda di tempatnya.Haechan berdiri lalu berpamitan dengan doyoung. Perlahan dan hati hati haechan berjalan menuju luar rumah sakit, sedangkan Taeyong mengikutinya dari belakang. Tiba tiba ada anak kecil berlari lalu tanpa sengaja menabrak haechan.
Haechan limbung namun untung tangannya cepat berpegangan dengan gagang besi. Taeyong berlari cepat menuju haechan.
"Gwenchana? Huh?" Tanya Taeyong khawatir karna melihat haechan memegangi dadanya. Sebenarnya dada dan perut haechan sakit tpi dia berusaha baik baik saja. Dia hanya menjawab pertanyaan Taeyong dengan anggukan, alhasil Taeyong memapah adik tirinya pelan pelan sampai mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.A.I.N
Random"Hujan tak pernah tau, ia turun untuk apa. tpi air mata tau untuk apa dia turun" ⚠️ Trigger warning ⚠️ Harap baca dengan bijak. Cerita ini hanya karangan author, jngan sampai terbawa ke real life ya🤗🤗