4

185 28 1
                                    

HAPPY READING GUYS 💚💚💚
TYPO BERTEBARAN 🤭🤭





Suara brankar di dorong dengan terburu buru, lalu tak lama mereka sampai di ruang UGD. Taeyong sudah mengenakan jas dokternya.

Suster sigap memasang selang oksigen dan juga infus, perlahan taeyong mengobati pelipis haechan. Mata haechan sayu sendu terbuka, kedua mata mereka bertemu dengan jarak dekat.

Setitik air mata keluar jatuh dari mata haechan, tersirat banyak luka dan ketakutan disana.
"Gwenchana, Hyung disini" ucap taeyong lirih. Taklama haechan kembali menutup matanya, ia kembali tak sadarkan diri.

Haechan sudah di pindahkan ke ruang rawat. Mama, Karina, Jeno dan taeyong sudah berada di sana.
"Bagaimana keadaan haechan?" Tanya mama.
"Hanya luka luar ma, besok juga sudah boleh pulang" jelas taeyong.

Mama dan adik adiknya pulang. Jadi hanya taeyong yg menjaga haechan, taeyong berniat membenarkan selang infus tpi matanya tertuju pada lengan haechan. Dengan hati hati taeyong mengangkat lengan baju haechan, taeyong melihat beberapa bekas luka.

"Bekas luka apa ini?"
Taeyong terkejut karna tiba tiba haechan menarik lengannya, ternyata dia sudah sadar.
"Kamu bisa pulang" ketus haechan.
"Klau bukan karna mama panik, aku juga malas berada disini" sahut taeyong.

Taeyong benar benar pergi meninggalkan haechan sendiri disana. Haechan meremat kuat kuat spreinya, satu tangannya memukul dadanya lalu menjambak rambutnya. Hatinya begitu sakit dan dadanya sesak di saat yg bersamaan.

Sarapan pagi seperti biasa di mulai, di bumbui canda tawa penuh kehangatan. Pintu terbuka, haechan berjalan memasuki ruang makan, semua mata menatap nya. Baru satu tangga ia injak, suara sang papa menginterupsinya untuk berhenti.

Papa mendekat lalu memandangi haechan dengan jijik dan sinis.
Plakkkkkkk
Lagi? Tamparan yg dia terima. "Beraninya kamu menyebut ibu dari anak anak ku wanita jalang" kata papa.

"A..aku mi.. minta maaf pa" ucap haechan terbata.
"Dasar pembawa sial".
Papa mencekik leher haechan. Yg lain hanya menjadi penonton atas kejadian itu.

Papa menarik leher haechan lalu membawa dia masuk ke ruang kerja.
"Aku rasa dia akan mati hari ini" celetuk Jeno. Mama memberi isyarat agar Jeno tidak boleh berbicara sembarangan.

Taklama dari ruang kerja terdengar beberapa benturan dan barang jatuh. Kemudian papa keluar dri sana dengan sedikit keringat dan wajah yg masih merah padam.

Uhukkk uhuukkkk
Haechan tersungkur di lantai, batuk nya mengeluarkan darah. Luka di kepalanya belum sembuh, tpi sang papa menambah luka baru. Haechan bersandar di meja kerja sang papa, menatap potret keluarga bahagia itu.
"A..kuh salah berada dis...sini" ucapnya.

Waktu menjelang siang, haechan membuang tisu bekas darahnya ke tempat sampah. Dengan sedikit pincang, ia bangun lalu membuka pintu untuk menuju dapur. Tangannya gemetar mengambil segelas air putih.

Mama masuk ke dapur bersama Jeno. Mereka melihat haechan yg tengah menundukkan kepalanya, sedikit desah kesakitan mereka dengar. Haechan sebenarnya terkejut melihat kehadiran Jeno dan juga mama tirinya, sebisa mungkin haechan bersikap senormal mungkin.

Haechan hendak meninggalkan dapur namun perutnya terasa sangat sakit. Dia hampir jatuh, tapi Jeno sigap menompang tubuh haechan.
"Ada apalagi denganmu?" Tanya Jeno ketus. Haechan hanya memberi gelengan. Lalu haechan meninggalkan Jeno dan mama tirinya.

Semakin hari haechan semakin lebih banyak diam. Dia tidak mau semakin memperburuk keadaan keluarga milik sang papa.

Pagi ini haechan berangkat bersama Karina dan Jeno tentunya diantar oleh sopir. Mereka sibuk dengan ponsel masing masing. Namun diam diam Karina menelisik wajah hingga tangan haechan.
"Jeno" panggil Karina
"Ya? Kenapa?" Sahut Jeno
"Aku rasa haechan lebih mirip ibunya ya" kata Karina.

"Mungkin, aku agak lupa wajah wanita itu" ucap Jeno seadanya. Karina melihat air mata menetes dri ujung mata haechan.
"Ou apakah dia pura-pura tidur? Jeno, lihat si haechan menangis dalam tidur"

Jeno langsung melihat ke arah yg di maksud Karina dan benar, haechan meneteskan air mata. Tak lama haechan membuka matanya, mereka lalu segera berpura pura kembali bermain ponsel.

"Kim ahjushi" panggil haechan lembut.
"Iya tuan muda haechan"
"Bisakah kita mampir ke minimarket sebentar "
"Yak...kau ingin membuat aku dan Noona terlambat" ketus Jeno.

"Hanya sebentar" ucap haechan.
"Tidak" putus Jeno.
Haechan menyandarkan kembali tubuhnya, matanya memejam kuat.
"Apa yg ingin kau beli?" Tanya Karina.
"Air minum" jawab haechan singkat
"Kamu bisa membelinya di sekolah setelah sampai" ucap Karina.

Perut haechan terasa nyeri, dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Ahjushi tolong belikan aku minum"
"Yakkk bodoh!!!" Bentak Jeno.
"Aku bisa telat haechan" kesal Karina
"Jalan terus ahjushi" perintah Jeno.

Haechan benar benar pasrah sekarang, tangan kanannya meremas pergelangan tangan kirinya kuat kuat. Wajahnya menatap keluar jendela. Karina melirik ke tangan haechan yg gemetar.

"Turunkan aku disini" pinta haechan. Mobil seketika berhenti, haechan lalu turun dari mobil. Jeno yg kesal lantas menghampiri haechan lalu menggenggam lengannya dengan erat. Karina dan sopirnya juga ikut menyaksikan kejadian itu.

"Tidak bisa kah kamu berhenti membuat aku semakin muak. Jangan membuatku kesal di pagi hari!!" Bentak Jeno.
"Berhenti berteriak di depanku!!!" Lawan haechan, nafasnya memburu dengan mata yg sudah berair.

"Dasar tidak berguna" kata Jeno. Dengan kasar Jeno menarik haechan. Tiba tiba haechan jatuh tersungkur, urat lehernya terlihat jelas. Mulutnya berusaha untuk tidak mengerang sakit.

Jeno semakin kesal, tapi ketika dia mensejajarkan tubuhnya di depan haechan. Dia melihat air mata mulai jatuh ke jalan aspal itu.
"Yak,.jangan berlebihan" kata Jeno sambil mendorong kepala haechan. Kim ahjushi tidak tega melihat haechan, dia segera menghampiri haechan lalu membantunya berdiri.

Jeno meninggalkan mereka berdua. Kim ahjushi menatap wajah haechan yg tampak kesakitan.
"Tuan muda, ada apa?"
Haechan tiba tiba hilang kesadaran. Kim ahjushi seketika berteriak panik.
Karina menoleh, melihat haechan berada dalam pelukan sang sopir, dia bergegas lari menghampiri mereka.

Karina menoleh, melihat haechan berada dalam pelukan sang sopir, dia bergegas lari menghampiri mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
P.A.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang