10

504 72 0
                                    


Setelah membaca pesan, aku segera mematikan ponselku dan memasukkannya ke dalam saku celana pendek denimku.

Aku menerima pesan dari Teresa, dia adalah salah satu pelayan kami. Dia telah menjadi mata-mataku di rumah sejak aku pergi. Daddy dan Mommy tidak tahu kami dekat. Jadi mereka tidak akan curiga bahwa kami sedang berkomunikasi. Dia bilang bahwa ketika dia sedang beres-beres di ruang tamu, dia mendengar apa yang dibicarakan orang tuaku. Daddy akan berhenti mencariku, karena dia tau bahwa aku akan kembali ketika uang yang aku miliki habis.

Bukannya merasa senang, kenapa aku merasa tidak yakin soal itu ya. Mengejutkan seberapa cepat daddy menyerah. Seperti yang aku kenal, dia tidak tahu bagaimana menerima kekalahan. Jadi aku tidak bisa berpuas diri bahwa Daddy akan berhenti.

"Rose.."

Aku menoleh ketika seseorang memanggil namaku. Itu Winter, dia berdiri di dekat bangku tempat aku duduk.

"Apakah kamu pulang lebih awal?"

"Ya, hari ini adalah hari ujian." Dia menjawab sebelum berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku.

Aku di halaman belakang untuk mencari udara segar dan menghabiskan waktu.

Aku satu-satunya yang selalu tinggal di rumah  tapi sekarang ada Winter di sini-

"Winter!"

-dan juga Karina bersamaku.

Dia keluar dari dapur dan berlari ke arah kami dengan kertas di tangannya.

Dia berhenti di depan kami dengan senyum lebar di bibirnya. Dia memberi kami kertas yang dia pegang, dan menunjuk ke nilainya.

Karina Timberlike. Nilai 95.

"Haha! Aku yakin Nilaiku akan lebih tinggi darimu!"

Dia tertawa dengan satu tangan berada di pinggangnya.

Aku melihat kertas ujiannya. Ini adalah ujian dalam mata pelajaran Matematika.

Tatapanku beralih ke orang di sebelahku ketika dia meletakkan ranselnya di pangkuan lalu diam-diam mengambil sesuatu dari tasnya dan meletakkannya di wajah Karian. Karian tiba-tiba mengerutkan kening dan menghentakan kakinya.

"Oh! Itu menjengkelkan!" Setelah meneriakkan itu dia berlari ke dalam rumah.

Tiba-tiba, aku penasaran mengapa dia bereaksi seperti itu.

"Berapa nilaimu?"

Winter menyerahkan kertas ujiannya kepadaku. Ketika aku melihat nilainya, aku otomatis menutup mulutku.

Winter Timberlike. Nilai 100.

"Wow! Selamat. Kamu sangat pintar, Winter. Aku bahkan tidak pernah mendapatkan nilai sempurna di Matematika."

Aku mengbalikan kertas ujiannya dan dia memasukkannya kembali ke tasnya.

Dia duduk dan mengalihkan perhatiannya kembali padaku.

"Matematika itu mudah. Sulit bagi orang yang belum membuat solusi sudah mengeluh. Pahami saja soalnya, berikan persamaannya dan jangan dikira sulit, nanti bisa dengan mudah." Itu adalah jawaban seriusnya sambil menatap mataku.

Aku meringis dalam pikiranku. Aku merasa seperti telah ditampar.

Tapi, aku tidak bisa berhenti bertepuk tangan ketika aku menyadari sesuatu. Aku menatapnya dengan takjub.

"Winter, itu pertama kalinya aku mendengar kamu berbicara begitu panjang. Aku sangat bangga padamu."

Aku mengatakan ini karena aku mengenalnya sebagai orang yang pendiam.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang