..
Jumat.
Hari ini adalah hari liburku dari pekerjaan. Winter dan karina sekarang bersamaku di rumah karena ketiga lainnya sedang bekerja.
Karina mengajak kami bermain Ular Tangga. Kami berada di ruang tamu dan duduk di lantai.
Pionku saat ini berhenti di angka 53 dan berdoa agar dadu tidak menghasilkan angka tiga atau enam.
Aku melempar dadu dan keluar tiga dadu. Jadi yang terjadi adalah aku turun lagi ke 48 karena ada ular di 56. Karina menertawakan ku lagi.
"Hahahaha! Rosé! Kamu bahkan tidak bisa mencapai 60!"
Aku cemberut karena aku mulai sedikit bosan dengan permainan ini. Aku selalu makan ular.
"Lihat aku, beginilah cara bermain! Si ahli Ular Tangga." Karina mengangkat baju lengan kemejanya.
Dia memiliki senyum lebar di bibirnya, seolah dia yakin dia tidak akan memakan ular.
Dia sekarang berada di 90 dan tinggal sepuluh langkah lagi dia akan selesai di 100.
Sebelumnya dia bilang siapa pun yang pertama mencapai 100 terlebih dahulu itulah pemenangnya. Dan permainan berakhir. Dan siapa yang paling rendah akan mencuci piring malam ini.
Dia mulai melempar dadu. Ketika jatuh ke lantai dan berguling, maka keluar empat titik.
Aku menutup mulutku untuk berhenti tertawa. Winter sebaliknya membungkuk dan kedua bahunya bergetar, tanda dia juga tertawa.
"Apa itu! Kenapa empat?!" Katanya sambil mengerutkan kening, dia menghitung dan pionnya berhenti di depan kepala ular panjang.
Dari 94 dia turun menjadi 26.
"Ayo, teruslah.. Teruskan tertawa!" Dia semakin cemberut sambil melihat ke arah Winter dan aku.
"Sudah kubilang jangan mengejek Rosé. Itu karma." Kembarannya menggelengkan kepala dan mengambil dadu dari lantai.
Karina tidak menjawab karena dia masih mengerutkan keningnya.
Rasanya emosiku yang naik turun akan berakhir sekarang. Karena pion Winter berada pada angka 97.
Ketika tiga titik dadu keluar, maka dialah pemenangnya.
Aku tidak bisa berhenti tertawa dan menggelengkan kepala karena Karina sedang berdoa berharap yang keluar adalah empat, karena ada ular di angka 99 dan ujung ekornya di angka 80.
Winter melempar dadu, saat menyentuh lantai dan berguling tiga titik keluar dari dadu, Karina tiba-tiba berbaring dan menendang-nendang.
"Aku tidak ingin bermain lagi."
"Tentu saja, karena permainan sudah selesai. Kamu akan cuci piring nanti."
Karina duduk lagi dan mengerutkan kening pada kembarannya. Winter saat ini sedang memperbaiki papan permainan yang kami gunakan untuk dimasukkan ke dalam kotak.
"Jangan khawati, aku akan membantumu." Saat Winter mengatakan itu, wajah Karina berseri-seri dan dia memeluknya dengan erat.
"Kamu benar-benar kembaran terbaik!"
Senyuman muncul di bibirku saat aku melihat ke arah kedua bersaudara itu.
Mereka sangat manis satu sama lain. Aku yakin orang tua mereka pasti bangga. Karena mereka melihat si kembar yang begitu saling mencintai.
Saat itu pukul tiga sore ketika aku berpikir untuk menyapu lantai sementara si kembar sibuk bermain game diponsel.
Aku bisa mendengar suara pistol saat mereka bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate
FanfictionRosie bukan satu-satunya yang akan tinggal disana. Dia akan bersama dengan lima wanita cantik lainnya, dengan kepribadian yang berbeda dan akan mengubah hidupnya. Tapi, apakah hanya kebetulan dia bertemu dan tinggal bersama lima wanita cantik itu da...