04. keputusan yang salah

61 14 1
                                    

Enjoy to read,
I hope you'll like this story.
°
°
°

Keduanya sekilas saling memandang, dengan hanya melirik sebentar mereka bahkan sudah muak dengan satu sama lain.
perselisihan jelas tercermin di kedua wajah mereka.

Soobin yang pertama mengalihkan wajahnya, dan dia mulai berbicara dengan ayahnya dengan duduk lebih maju dari postur bersandarnya.

Dia tidak langsung berbicara, namun terlihat seperti mempersiapkan sesuatu.

"Ehmm... Apakah ayah akan membiarkan aku makan jika aku bilang 'iya' hmm? " katanya seperti anak kecil

"Ayah tahu? aku juga mendapat luka disini, ini, disini" lanjut Soobin sambil menunjuk perutnya dengan jari telunjuknya.

Nada bicara Soobin saat berbicara dengan ayahnya terdengar lembut, enak untuk didengar.

Hubungan kedua pasti sangat akur. Terlihat dari ekspresi ramah senyum Soobin saat dia bertingkah manja dengan tubuh besarnya dan mata bulat yang berbinar. Namun dia terlihat kaku saat melakukan egyo. Entah dari siapa dia belajar, melihat dan meniru gaya bicara bodoh ini

Jongkook:"..."

Dia tampaknya sudah terbiasa dengan Soobin yang tiba-tiba bertingkah bodoh. Menonton dengan wajah datar, setelahnya hanya memberi anggukan. Namun bukan dia menyetujui atau suka dengan pertunjukan Soobin.

"Itu membuat mu terlihat seperti paman-paman penggoda" respon Jungkook terhadap agyo Soobin.

Yeonjun melihat bagaimana interaksi mereka menginginkannya pada ayahnya. Ayahnya juga sering bertingkah manja, dia sering melihatnya saat dia melakukan panggilan telepon.

Yeonjun mengerut keningnya, menatap pada paman Jungkook yang masih melakukan debat kecil dengan Soobin.

"..."

Hanya menjadi penonton membuat Yeonjun kesal. Dia kemudian berdiri yang membuat anak dan ayah itu berhenti dan menjadi pusat perhatian mereka.

Yeonjun mengabaikan tatapan mereka, sambil berdiri dia menyingkirkan handuk dilehernya dan melemparnya ke sandaran kursi.

"Dimana kamar ku?" Tanyanya begitu saja

Wajah Soobin seketika berubah, sudah cukup baginya untuk bisa menerima orang lain dirumahnya dan sekarang dia harus menoleransi kepribadian buruk orang itu juga.

Melihat bagaimana sifat Yeonjun yang sama sekali tidak berubah sejak kecil dan semakin menjadi-jadi, Soobin berpikir kedepannya akan menjadi berat mulai dari sekarang.

Soobin juga tiba-tiba ikut berdiri. Dengan bersebelahan sekarang jelas perbedaan tinggi diantara mereka.

Yeonjun melirik dengan ketidaksenangan. Dia benar-benar tidak ingin mengakui seberapa baik Soobin tumbuh menjadi seseorang.

Yeonjun sedikit tergerak saat Soobin tiba-tiba membungkuk meraih ke depan.

Tidak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh anak satu ini, dia hanya terus melihatnya sampai sebuah handuk dilempar dari depan ke wajahnya.

"HEY! Aish~" Teriak Yeonjun namun setelahnya mendapatkan rasa perih luka disudut bibirnya.

Soobin sekedar melirik dan melewatinya seketika untuk berkata "tidak ada kamar untuk mu"

Setelah mengatakan itu dengan hanya memperlihatkan sudut wajahnya dari belakang, Soobin meninggalkan ruang tamu dan menaiki tangga ke lantai dua.

"Hey, kau akan pergi begitu saja?" Panggil Jungkook

"Selamat malam ayah" balas singkat Soobin

"..."

Yeonjun meremas handuk yang berhasil ditangkapnya. Matanya melotot sampai memerah mengikuti sosok Soobin.

Setelah Soobin jauh dari pandangan matanya, Yeonjun memandangi handuk biru muda yang di genggamannya.

Entah apa yang dia pikirkan sepertinya itu bukan hal yang baik.

Jungkook tersenyum kaku sambil menggaruk kepalanya saat melihat Yeonjun.

"...Ehm, Sepertinya aku telah membuat keputusan yang salah"

Emosi yang dirasakan Yeonjun seketika runtuh 'apa maksudmu dengan keputusan yang salah?'

Yeonjun mengangkat kepalanya untuk menanggapi ucapan paman Jungkook. Dia menatap dengan isyarat ingin mendengarnya lebih lanjut.

Jungkook bersandar kembali, dia melihat pada Yeonjun yang masih berdiri dengan tegang.

"Bagaimana pun Soobin sepertinya tidak menyukai ini. Sepertinya kalian telah membangun hubungan yang buruk" jeda Jungkook untuk melihat reaksi Yeonjun

"...Jadi bagaimana jika kau kembali ke rumah mu. Urusan dengan ayahmu, aku yang akan menjelaskan ini. Dia tidak akan marah"

Yeonjun serasa jantungnya terjun dari jurang yang dalam. Wajahnya pucat, tidak mempercayai ini.

"kenapa? Kenapa kau sebelumnya menawarkan ku untuk tinggal di rumahmu?"

"Karena Taehyung"

Jawaban ini membungkam mulut Yeonjun.

Yeonjun mengepalkan tangannya. Dia tidak pernah merasa tidak berdaya seperti ini.

Jika dia kembali ketempat nya, itu akan sangat memalukan. Bukan kepada ayahnya tapi kepada semua orang disekitarnya termasuk sekolah.

Setelah mengadakan pesta kepergiannya yang pindah dari sekolah dan kota, mereka bahkan menangis dan memberi dia beberapa barang ucapan perpisahan.

Ucapan besarnya akan menjadi omong kosong dan dia akan menjadi bahan lelucon. Memikirkannya membuat Yeonjun nyeri, mau ditaruh mana reputasi dan wajahnya.

Jungkook merasa tidak enak dengan Yeonjun, dia menepuk pundak Yeonjun yang dari tadinya hanya berdiri diam.

"Kau bisa tetap disini untuk beberapa hari"

"Tidak!" Kata Yeonjun tiba-tiba dan meraih tangan pamannya

"Tolong izinkan aku tinggal disini. Aku akan dengar nasehat paman, aku tidak membantah... aku, aku tidak akan bertengkar dengan Soobin. Aku akan merawatnya"

Jungkook bingung dan mengedip-nedipkan matanya. Dia melihat pada tangannya yang masih digenggam dan wajah Yeonjun yang memohon.

"...Kau akan merawatnya?"

Yeonjun mengangguk dengan berat. Dia tidak tau kenapa kata ini keluar dari mulutnya.

Jungkook menghela nafas "Kalau begitu perbaikilah hubungan kalian"

Mungkin Taehyung terlalu keras padanya, hanya memasukkan namanya beberapa kali dalam pembicaraan membuat pendirian Yeonjun runtuh, pikir Jungkook.

Yeonjun sedikit senang "jadi paman mengizinkan ku tinggal disini?"

Jungkook kembali menepuk pundak Yeonjun "Kau sudah mengatakan akan akur dengan Soobin. Bagaimana pun juga kalian akan berbagi kamar yang sama"

Sekali lagi wajah Yeonjun runtuh.

"APA!"

°
°
°
Please support and follow me guys!!
See you next chapter

To Be Better (Soobin X Yeonjun) Bl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang