"Pertemanan yang paling berharga adalah di saat semua nya saling menerima. Tanpa mempermasalahkan kekurangan masing-masing."
Bandung, 10 Agustus 2017.
Sudah hampir sebulan Allea menempati masa SMP ini bersama tiga gandengan nya. Dan semenjak mendapatkan teman baru, hidup Allea semakin berwarna.
Terik matahari yang di iringi dengan gemuruh angin siang ini sangat mengganggu konsentrasi para murid kelas 7H. Bagaimana tidak, hari ini mereka mendapat mapel IPS di siang hari.
Pelajaran yang selalu membahas sejarah ini membuat para murid tidak bisa menahan rasa kantuk nya. Apalagi guru berkacamata ini tidak berhenti berbicara, rasa nya seperti mendengarkan dongeng di siang bolong.
Allea membelalak kan mata nya, dia tidak ingin terlelap seperti beberapa teman nya yang mungkin sekarang sudah masuk ke dunia mimpi. Hanya tersisa dirinya, Varo, dan juga lima teman lain nya saja yang belum terhipnotis untuk tidur.
Sungguh, menahan kantuk di siang hari adalah hal yang paling Allea benci. Apalagi melihat Azka, Angkasa, Bianca dan juga Senja sudah tidur dari menit ke 40 sejak pelajaran ini di mulai.
Allea menumpu kepala nya di atas meja menggunakan tangan, perlahan dia menutup mata nya karna rasa kantuk yang tidak bisa di tahan.
"Kamu ngantuk, Ale?" suara Varo berhasil membuat Allea membuka mata nya. "Banget, emang nya kamu nggak ngantuk Var?" kepala Allea terangkat saat Varo memanggilnya. Mata nya terlihat sangat sayu, mungkin dia memang benar-benar mengantuk.
"Nggak," jawab Varo cepat. "Ah iya, aku lupa kalau kamu suka pelajaran yang berbau sejarah." Allea menaruh kepala nya lagi, hanya dalam sekejap perempuan ini sudah tertidur.
Varo tersenyum melihat wajah tenang Allea saat tidur, laki-laki ini mengelus rambut Allea gemas. Perempuan yang dia panggil dengan nama Ale itu sangat menggemaskan. Apalagi Allea adalah teman perempuan pertama yang Varo punya.
Angkasa terbangun dari tidur nya, dia melihat aksi Varo yang mengelus rambut Allea. "Jadi ini tujuan kamu minta sebangku sama Allea? Biar bisa elus-elus rambut nya, hm?" Varo hanya terkekeh mendengar teguran dari Angkasa.
"Pukul aja Sa," Azka ikut menyahut, mendengar suara Angkasa tadi membuat Azka terbangun. Namun dia masih memejamkan mata nya.
Plak.
"Kok aku?" bukan nya memukul Varo, Angkasa justru memukul Azka. "Kamu berisik soalnya, jadi aku pukul deh." jawab Angkasa tanpa rasa bersalah.
"Aku berisik darimana coba?" protes Azka tak terima. "Kamu tuh kompor, siang ini udah panas ya, jangan nambahin panas ini sama mulut kompor kamu." Azka hanya melengos lalu kembali untuk tidur lagi.
💫💫💫
Suasana kantin yang sangat ramai ini membuat dada Angkasa sesak, bisa-bisa nya dia yang di suruh mengantri makanan sementara yang lain menunggu di meja paling pojok.
"Angkasa?"
Yang di panggil pun menoleh ke sumber suara, di sana Angkasa melihat seorang perempuan dengan rambut sebahu yang juga sedang mengantri makanan.
"Iya kenapa?"
Perempuan itu tersenyum mendengar sahutan dari Angkasa. Perempuan itu adalah Kaluna Dwi Atmaja, anak dari istri pertama Surya Atmaja—Ayah Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUMPULAN LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) People come and go, but do people go and come back? Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian. Semua orang tau bahwa kematian adalah titik terendah dalam perpisahan. Di sini, di cerita ini. Bukan hanya mencerita...