"Tentang luka yang tidak di temukan obat nya, dan tentang bahagia yang sedang di usahakan ada nya."
Bandung, 10 Agustus 2017.
Varo memarkir kan motor nya, kini mereka sudah berada di Braga. Hanya saja mereka harus berjalan beberapa meter lagi untuk benar-benar sampai di Braga yang selalu padat dengan manusia.
Disini, di penuhi banyak raga yang entah kesini hanya untuk menyembuhkan luka, atau sekedar menciptakan kenangan bersama pasangan mereka.
Varo sangat faham dengan Braga, di sini sudah pasti banyak orang yang mempunyai suasana hati berbeda di setiap malam nya. Tapi yang Varo rasakan kali ini jelas perasaan bahagia.
Varo menuntun Allea untuk duduk di kursi kosong sambil membeli jajanan sebagai teman ngobrol malam ini. Hari ini, Allea lah yang sangat Varo usahakan bahagia nya.
Perempuan dengan sorot mata teduh, perempuan dengan bau vanilla latte nya. Perempuan dengan suara lembut, dan juga perempuan yang mungkin sudah Varo akui sebagai first love nya.
Apapun tentang Allea, Varo pasti menyukai nya. Hanya saja Varo ragu, karna di usia nya yang masih kecil ini—Varo masih denial dengan perasaan nya sendiri.
Apa Varo harus menunggu sampai dia menginjak bangku putih abu? Kata Ibu, itu lah masa terindah seseorang untuk jatuh cinta. Ah, Varo rasa Ibu bohong, di masa sekarang saja Varo sudah merasa sangat indah karna bisa jatuh cinta dengan Allea.
"Varo, Braga indah, ya." ucap Allea yang kini mata nya sudah menelisik setiap inci Braga. "Iya, Bandung itu identik dengan Braga nya." jawab Varo sambil memandangi sekeliling tempat yang di kerap sebut dengan Braga.
"Tapi kamu tau nggak, apa yang lebih indah dari Braga?" Allea memalingkan pandangan nya kepada Varo. Perempuan itu memasang wajah penasaran, yang lebih indah dari Braga? Memang nya apa?
"Apa? Tunjukin ke aku berapa indah nya, sampai-sampai Braga kalah telak dengan indah nya." ujar Allea antusias.
Masih dalam keadaan terdiam, Allea menunggu Varo menjawab pertanyaan nya. "Kamu, Allea Valensi Manuella." hanya dalam sekejap, jantung Allea berdebar dan pipi nya mulai merona.
"Varo, jangan mulai ya, aku malu..." Allea memalingkan wajah nya dari hadapan laki-laki yang baru saja memuji nya. Sementara sang pelaku hanya tersenyum saja melihat Allea yang salah tingkah.
💫💫💫
Bagi seseorang, malam itu terbagi menjadi dua. Antara sunyi dan ramai, antara suka dan duka, lalu antara luka dan tawa. Kali ini, Angkasa menerima malam yang sunyi dan di penuhi luka serta duka.
Kegelapan menyelimuti malam milik Angkasa, hanya ada sinar bulan yang menerangi sisi jendela kamar nya. Laki-laki yang selalu menebarkan tawa ini juga memiliki luka di sisi lain diri nya.
Malam ini, raga laki-laki ini sangat rapuh. Sesak benar-benar memenuhi dada nya. Selama ini dia sudah cukup kuat menerima akibat dari dosa yang tidak di perbuat nya.
Tapi sungguh, Angkasa juga menjadi korban atas semua ini. Dia tidak sebahagia yang orang kira, dia juga punya luka. Hanya saja laki-laki ini tidak berisik, dia berusaha memendam walaupun aslinya tak tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUMPULAN LUKA
Novela Juvenil(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) People come and go, but do people go and come back? Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian. Semua orang tau bahwa kematian adalah titik terendah dalam perpisahan. Di sini, di cerita ini. Bukan hanya mencerita...