"Sebelum beranjak dewasa, setidaknya kita harus melewati masa remaja dengan bahagia."
Bandung, 23 Juni 2017.
Di rumah tua, di sebuah daerah yang berada di kota Bandung. Perempuan yang bernama Allea ini menghabiskan masa kecil nya di sana. Hingga sekarang, dia telah menginjak masa remaja, dan telah mengganti seragam merah putih nya menjadi seragam biru putih.
Hari pertama berseragam biru putih, sungguh membuat Allea sangat bersemangat pagi ini. Yang biasanya harus di bangunkan lebih dari tiga kali, sekarang malah sudah siap berada di meja makan.
"Tumben kamu sudah bangun, biasanya paling susah kalau Nenek bangunkan." ujar Ratih Kumalasari-Nenek dari Allea dan Angkasa.
"Bener tuh, tumben kamu udah bangun, biasanya kamu kan kebo." tambah Angkasa yang baru keluar dari kamar nya.
"Kamu tuh, dateng-dateng nyaut, suka banget jadi kompor." Allea memanyunkan bibir nya saat Angkasa—yang menyandang status sebagai sepupu nya itu menambah nambahi ucapan Nenek barusan.
"Sudah, jangan bertengkar pagi-pagi seperti ini, pamali." peringat Nenek menengahi pertengkaran kedua cucu nya. Tidak ada sahutan setelahnya, mereka sama-sama melanjutkan sarapan yang sudah di hidangkan oleh Nenek.
Angkasa dan Allea adalah dua cucu Nenek yang sudah ia asuh sejak bayi. Mereka berdua ibarat kucing dan tikus yang tidak pernah akur. Namun Angkasa, sebagai yang lebih tua lima bulan dari Allea—selalu bersikap dewasa dan sensitif terhadap keadaan Allea.
Orang tua Angkasa adalah pebisnis yang tidak memiliki kontrak kerja tetap, itu yang mengharuskan mereka selalu berpindah-pindah rumah. Sebagai orang tua yang terobsesi dengan kedisiplinan anak nya, mereka berdua menitipkan Angkasa kepada Nenek agar pendidikan Angkasa tidak terganggu.
Sedangkan Allea, dia adalah anak yatim, dan Mama nya menikah lagi dengan duda yang memiliki dua anak laki-laki. Alan—Papa baru Allea, mempunyai kontrak kerja di Jakarta. Mama terpaksa mengikuti suami nya dan meninggalkan Allea di rumah Nenek.
Namun Alan, yang sekarang menyandang status sebagai Papa Allea—ia telah berjanji, saat nanti kedua anak laki-laki kembar nya telah menginjak bangku SMA, dia akan kembali untuk menjemput Allea dan tinggal bersama.
Suara kenop pintu terbuka, memunculkan dua pasang remaja laki-laki "Selamat pagi Nenek cantik," suara kedatangan Varo dan Azka mendominasi rumah tua itu.
"Kalian berdua, sini makan dulu." yang di tawari senang nya bukan main. Ini sudah menjadi kebiasaan dari mereka, Varo dan Azka sering melewatkan sarapan di rumah agar bisa sarapan di rumah Nenek.
Varo tidak melepaskan pandangan nya kepada Allea sedikit pun, sejak awal datang dia memperhatikan perempuan yang bernama Allea itu. "Dia tumben udah bangun, kena jin di sebelah mana Nek?"
Ternyata Varo sedari tadi heran karna Allea sudah berada di meja makan. Biasanya Allea baru mandi setelah dia dan Azka selesai sarapan, tapi sekarang perempuan ini sudah terduduk manis di meja makan.
"Lah iya, tumben banget kamu udah bangun Le?" Ale—nama panggilan yang hanya di gunakan oleh orang-orang terdekat saja.
"Kalian berempat sama aja, ga Nenek, ga Angkasa, ga Varo, ga kamu. Apa salah nya, sih, aku semangat berangkat sekolah?" tutur Allea panjang lebar dan di akhiri dengan memanyunkan bibir nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUMPULAN LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) People come and go, but do people go and come back? Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian. Semua orang tau bahwa kematian adalah titik terendah dalam perpisahan. Di sini, di cerita ini. Bukan hanya mencerita...