"Selamat siang, anak-anak.""... Siang, Pak."
Murid yang berada di kelas 12 MIPA itu merasa bingung ketika melihat siapa yang masuk. Seharusnya bukan guru matematika mereka yang masuk ke dalam kelas. Ini jam kelima dan mata pelajarannya fisika.
Mengerti pandangan para murid, guru tersebut tersenyum,
"Khusus hari ini saya akan menggantikan Pak Supra dikarenakan beliau sedang sakit. Saya harap, kalian tetap bisa memperhatikan pelajaran dengan baik walau dengan saya."
Kabar tentang Supra yang disampaikan oleh guru pengganti itu membuat beberapa murid kegirangan―ada juga yang berteriak saking girangnya. Seperti sahabat Iwan contohnya.
"Yess! Kan, gue bilang juga apa. Tadi pagi gue gak liat mobil cuakhep nya Pak Supra. Gila, gue seneng banget!"
Ya elah, guru sakit bukannya didoain malah girang. "... Biasanya kalo sakit gitu Pak Supra tetep masuk, tuh. Kenapa hari ini gak masuk? Emang sakitnya parah banget sampe harus dirawat gitu, kah? Gak biasanya."
Temannya mengerutkan alisnya bingung, "lo kenapa, sih? Gue kira lo seneng karena Pak Supra gak masuk."
"Gue mah biasa aja. Cuma heran aja, gue kira Pak Supra tuh sakti. Ternyata bisa izin gak ngajar juga cuma karena sakit."
Ucapan Iwan itu membuat sang teman jadi ikut berpikir. Kalau dipikir lagi, benar juga apa kata Iwan. Guru mereka yang satu ini kan, terkenal dengan kesaktian abal-abalnya.
"Iya, ya! Anjir, terakhir izin juga empat atau lima bulan yang lalu deh. Itupun izin nikah sama liburan gak, sih? Haduh, mana kita gak diundang."
Niat hati ingin ghibah lebih lanjut lagi, namun suara dengan nada sedikit tinggi dari guru pengganti membuat kegiatan mereka terhenti.
"Kalian berdua, diharap fokus pada pelajaran. Sudah cukup ngobrolnya."
"M-maaf, Pak!"
Bukan Iwan yang menjawab, melainkan teman sebangkunya. Dia, sih, biasa saja. Dia langsung membenarkan posisi duduknya dan mendengarkan penjelasan dari guru pengganti.
'Apa jenguk aja kali, ya?'
Iya, si murid kesayangan.
―――GURU; B. SUPRA―――
Sementara itu, di rumah sang guru; terlihat guru fisika itu sedang terbaring lemah di ranjangnya. Dia benar-benar pusing sekarang. Biasanya dia tetap mengajar dan tak dipedulikan pusingnya ini.
Niat hati Supra ingin pergi bekerja, namun
istri tercintanya ini memaksa dirinya untuk istirahat di rumah. Supra pikir, dia akan ditemani jika istirahat di rumah, nyatanya istri tercintanya itu tetap bekerja di sekolah.Sekarang, dia sendirian. Duh, sepi banget rumah. Jujur saja, Supra bosan. Mau bermain ponsel juga matanya tidak kuat. Mau tidur lagi namun tak bisa, padahal matanya sudah tidak kuat.
Emang, gak jelas banget.
"Kalo gini mah mending gue kerja."
Gak bisa juga sih kayaknya. Pasti dia ujungnya pulang ke rumah dan tetep kayak gini.
"Ini gue demam kenapa sih? Perasaan kemarin gue masih sehat wal afiat."
Bingung Supra, tuh. Padahal dia kemarin tak jajan yang aneh-aneh, ataupun kelelahan karena terlalu banyak bekerja. Dia juga tak tertular siapapun―semua yang berada di dekatnya atau dia kenal sehat wal afiat.
KAMU SEDANG MEMBACA
guru; b. supra [√]
Fanfiction╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy Supra x Reader 𝘔𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘴𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘚𝘶𝘱𝘳𝘢―𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩―𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 ... �...