"Buat apa kamu minta aku beli ginian?"Supra mengerutkan keningnya bingung, ia menaruh benda persegi panjang itu di atas meja dekat ranjang. "Ini memang tanda awal nya, tapi yakin?"
[Name] mengangguk, "yakin, dong! Tapi jangan terlalu berharap―cuma tes."
Supra sih cuma iya aja. Toh dia juga gak begitu berharap, [Name] aja yang emang pikirannya udah kemana-mana.
"Cahaya kamu taro mana?"
"Tuh di ruang tengah, nonton Tom & Jerry. Biarin aja, lagi anteng."
"Ya sudah, aku ke kamar mandi dulu. Mas nyusul Aya sana. Takutnya dia sendirian malah kenapa-napa."
[Name] mengambil barang yang berada di meja dekat ranjang itu. Dia bangkit dari ranjangnya, dan pergi melewati Supra untuk menuju ke kamar mandi.
"Jangan tungguin aku! Sana sama Aya aja. Aku gak mau ditungguin. Kalo ditunggu aku gak bakal keluar dari kamar mandi."
Kalau istrinya sudah berkata seperti itu, Supra menurut saja. Dia keluar dari kamar dan menghampiri sang ponakan yang masih asik mengemut jarinya sambil menonton televisi.
Saat melihat ke layar televisi, Tom & Jerry sudah selesai ditayangkan. Kini baru mulai film baru lagi―si monyet dan manusia itu. Yang monyet pake helm itu, loh. Yang lumayan lucu monyetnya.
"Ngapain nonton ginian? Ganti."
"Ndak."
Sebel Cahaya tuh. Dia mau nonton televisi saja acaranya harus yang cukup menarik perhatian Supra, seperti Tom & Jerry tadi. Tapi giliran si monyet, Supra minta ganti.
"Kamu kalo mau liat monyet juga tinggal liat muka Papi-mu itu."
"... Alti Aya nyet?" (berarti Aya monyet?)
"... Papi-mu aja."
"Mami ndak?"
"... Mami-mu Monyet. Banget."
Informasi saja, Supra punya dendam kesumat sama istri Solar. Itu waktu zaman SMA, sih. Ya, masalahnya juga sepele, mungkin? Bagi istri Solar sih sepele, bagi Supra tidak.
Cahaya―yang dengan polosnya―percaya pada omongan Supra langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan mungil yang ia miliki.
"Aya nyet?!" (Aya monyet?!)
Dia tampak begitu terkejut dan ketakutan, tapi jika dilihat dari mata Supra, Cahaya justru malah terlihat menggemaskan.
"Aya nda ada untut!" (Aya gak ada buntut)
"Memang Om ada bilang kamu monyet?"
Bocah itu menggeleng, "tapi om biyang, Papi Aya nyet, Mami uga. Alti Aya nak nyet!"
Cepet nangkep ya, Aya.
Niat Supra, sih, ingin kembali menjelaskan pada Cahaya agar nanti Cahaya tidak melapor pada Solar tentang monyet-monyet ini. Tapi, [Name] sudah lebih dulu memanggilnya untuk ke kamar dan meninggalkan Cahaya.
"... Om ke sana bentar."
Cahaya hanya mengangguk. Dia melihat Supra yang melangkah ke arah kamar dengan dua mata mungilnya. Kedua tangannya itu masih menutup mulutnya, dia sedari tadi bergumam―'Aya nak nyet...'
Supra, kamu om bintang 1 yah.
Setelah sampai di kamar, Supra disuguhi oleh pemandangan istrinya yang senyam-senyum tak jelas, terlihat kesenangan sambil memegang benda persegi panjang itu.
"Positif?"
Maaf ya, guys. Supra ini paling maju soal beginian. Enggak kayak sepupunya atau saudaranya yang lain.
[Name] terkekeh. Padahal niat dirinya ingin memberitahu Supra lebih dulu agar reaksi Supra tuh seperti yang lainnya. Heboh atau bodoh karena gak tau benda apa itu. Tapi Supra udah nebak duluan.
"Iya! Positif!"
Dia berjalan mendekat ke arah Supra, menunjukkan benda itu lebih dekat pada Supra agar Supra mempercayainya.
Padahal dari jauh saja Supra sudah percaya. Tapi sepertinya [Name] memang terlalu bersemangat sampai menunjukkan hasilnya di depan mata Supra―10 centimeter kira-kira jarak antar hasil dan mata Supra.
"... Makasih. Mulai sekarang lebih hati-hati, jaga kesehatan juga." Supra menepuk pelan kepala istrinya. Dia beri kecupan singkat pada kening, sebelum balik badan dan melangkah keluar kamar.
"Hah? Gitu doang?"
Supra menaikkan sebelah alisnya, "apanya?"
"Eum―Mas kok santai banget? Enggak kayak yang lain gitu. Kayak Kak Blaze atau Kak Upan. Mas keliatannya gak gitu seneng...."
"Kata siapa? Aku seneng, tuh."
"Bohong. Kalo beneran seneng, harusnya kayak mode Mas Supra manja."
Mbak, asal kamu tau Mbak. Itu Mas Supra-mu mau keluar kamar buat jingkrak-jingkrak. Dia mau teriak cuma malu di depan kamu, Mbak.
"Maksudmu??"
"Ish, ya mode manja. Masa pas manja-manja gitu gak sadar dan gak inget ngapain aja!"
Supra sedikit tertawa. Dia yang sudah hampir sampai di dekat pintu kamar kembali mendekat ke arah istrinya. "Inget. Begini, kan?" Supra menarik istrinya ke dalam pelukan. Dia gesekkan kepalanya pada tengkuk sang istri, membuat si pemilik tengkuk sedikit merasa geli.
"Maas!"
"Aku cuma praktekin apa yang kamu minta tadi."
"Aku gak minta ini! Aku minta kamu huhuhaha heboh kayak yang lain. Seenggaknya kalo gak bisa paksain aja, kek. Kayak kamu yang konsonan langit gitu."
Maksa gitu, ya.
"... Tapi jangan ketawa. Aku belajar aksi ini dari Bang Upan sama Solar."
"Apa tuh,"
"Ekhem―" Supra melepaskan pelukan mereka. Dia mengetes suara terlebih dahulu, sebelum mengambil dan membuang napas untuk bersiap heboh.
"[Name]―sayangku, cintaku, duniaku, my lopek-lopek, MAKASIH! MAKASIIH!"
Supra memegang wajah [Name] dengan kedua tangannya, lalu menghujani wajahnya itu dengan kecupan-kecupan singkat di setiap tempat yang ada di wajah.
Dia menjatuhkan [Name] ke atas ranjang, kembali mengecupi wajahnya dengan singkat yang membuat [Name] merasa geli dan tertawa.
Ingin dilanjutkan oleh Supra sampai ke leher namun―si bocah laki-laki mengetuk pintu kamar mereka.
"Om, Nte pain?" (Om sama Tante ngapain?)
Supra, yang mendengarnya langsung menghela napas dengan sedikit kesal. Ia turun dari ranjang, membenarkan pakaian juga wajahnya yang memerah sebelum membuka pintu untuk si ponakan.
"Bocil ganggu."
___________
Apasih judul filmnya yang monyet pake helm, motornya warna kuning kalo gak salah. sama manusia kek cowboy gitu dia pake topi
pokoknya monyet itu lah.
supra jadi bapak, coba tebak panggilannya apa. beda dari yang lain 👀
Aku minggu ini lagi masa ujian, jadi kalo nanti updatenya gak menentu maaf, ya!
tapi mungkin maret ini upnya gak bakal menentu banget, selesai ujian ini aku harus fokus dulu belajar buat olimpiade jugaa
makasii, ya, dan maaf :(
See u nanti!
KAMU SEDANG MEMBACA
guru; b. supra [√]
Fanfiction╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy Supra x Reader 𝘔𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘴𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘚𝘶𝘱𝘳𝘢―𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩―𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 ... �...