- 3 -

289 39 24
                                    

Chapter 3: Luna.

- ☆ ☆ ☆ -

Sekarang, Luffy sudah kembali lagi ke kamar asramanya sehabis berkunjung dari Markas Besar. Asramanya adalah tempat satu-satunya ia berpulang. Disana, ia merenung akan sesuatu yang tak disangka akan menjadi beban berat baginya.

- Sudut Pandang Luffy

"Hah.. kenapa harus aku? Lagian siapa anak itu? Aku bahkan tak tahu asal muasal anak itu."

Jujur, sebenarnya aku sangat keberatan dengan ditunjuknya aku sebagai ayah angkat dari bocah kecil bernama Luna itu. Kenal saja tidak, tau-tau jadi ayah angkatnya. Aneh kan?

Lagipula kenapa si bedebah Sengoku itu pake mungut anak itu dari medan perang segala? Bukannya biarkan saja anak itu mati disana karena semua yang hidup pasti akan mengalami yang namanya kematian. Cepat atau lambat, anak itu pasti akan mengalaminya.

Apa yang kukatakan tak salah kan?

Hahh.. jika dipikir-pikir jalan pikiranku ini sudah seperti seorang psikopat saja, lagian aku sudah tak bisa berpikir rasional karena emosi dan empati dalam diriku ini tak lagi berfungsi. Jadi mau bagaimana lagi..

"Dan juga, kenapa anak bernama Luna itu malah memilih aku sebagai ayah angkatnya? Bukankah ada Shanks yang sangat tertarik dan berbaik hati pada anak kecil sepertinya? Lantas mengapa aku? Apa yang spesial dari aku yang merupakan mesin pembunuh berantai yang tak segan mencabut nyawa seseorang bak malaikat maut pembawa ajal bagi semua orang? Aku sungguh tak paham," aku mengutarakan semua isi hatiku pada diriku sendiri.

Lagipula kepada siapa lagi aku bisa bercerita dan mengeluarkan segala keluh kesah yang kurasakan selain pada diriku sendiri? Meskipun seperti itu kenyataannya, aku tak pernah menyesalkan apa yang sudah ditakdirkan padaku karena mungkin aku lebih baik hidup sendirian tanpa ada siapa-siapa didunia ini.

Karena bagi siapapun yang dekat denganku, pasti tak akan bisa berumur panjang dan menikmati hidup mereka dengan tenang.

- ☆ ☆ ☆ -

Setelah sempat melampiaskan semua yang ia rasakan, Luffy lalu beralih ke rak kecil di samping tempat tidurnya. Ia memandang ke sebuah bingkai foto berukuran kecil yang berada tepat di atas rak tersebut. Ia lalu mengambil bingkai foto itu dan memperhatikan gambar yang ada di dalamnya dengan tatapan yang begitu dalam.

Foto tersebut, adalah foto Luffy bersama rekan-rekannya yang telah gugur mendahului dirinya.

"Zoro.. Sanji.. Usopp.. Chopper.. Robin.. Franky.. Brook.. Jinbei.. kenapa kalian meninggalkanku sendiri?" Luffy tanpa sadar telah meneteskan air matanya saat melihat foto kenangannya bersama teman-teman yang telah tiada.

Air matanya menetes dan jatuh tepat di bingkai tersebut. "E-Eh..? Kenapa aku menangis? Haha sial.. betapa konyolnya.. Sudah berapa lama aku tak merasakan perasaan ini..? Ha, hahahaha" Jiwa Luffy nampak sedang sedikit agak tak stabil.

Ia tertawa penuh kebahagiaan tetapi ia juga menangis penuh kesedihan di saat yang bersamaan.

Emosinya sedang berantakan kali ini, ia tertawa padahal hatinya sedang runyam dan dilanda kesedihan ketika mengingat kenangan bersama rekannya. Dia menangis padahal sudah lama air matanya itu mengering. Dia merasa hatinya terasa pedih padahal sebenarnya sudah lama sekali hatinya itu mati rasa.

5. BattleCry [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang