Ayah Biologis Alana

560 34 23
                                    

"Nomornya tidak aktif, Ma. Mungkin Rey sedang kerja." Hilman meletakkan ponselnya kembali di atas meja. 

Arum menganggukkan kepalanya mengerti, putra sulungnya itu memanglah sangat disiplin orangnya. Jadi tidak heran jika ponselnya tidak diaktifkan ketika bekerja. Itu semua karena ia tidak ingin terganggu fokusnya ketika sedang bekerja.

Sesaat kemudian, saat ia hendak masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, telepon Hilman berdering. Itu adalah panggilan dari Rey. Hilman langsung menjawab dengan senyuman di wajahnya. 

"Halo, Pa. Ada apa?" tanyanya.

"Tidak apa-apa, Nak. Papa hanya mengabarkan jika Ann sudah sampai di rumah. Kamu kapan pulang kesini? Mama ingin kita makan bersama, kumpul keluarga mumpung adikmu pulang."

Rey memijat pangkal hidung dan mendesis dengan rasa tak enak hati. "Pa, maaf. Bukannya Rey gak mau pulang. Saat ini Andrea sedang hamil empat bulan dan Alana mengalami kecelakaan, terserempet motor tadi siang. Rey tidak berjanji untuk pulang dalam waktu dekat, tapi Rey akan usahakan itu nanti setelah Alana sembuh."

"Ya Tuhan! Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Tidak ada yang serius kan, Nak? Jangan dipikirkan lagi, kami yang akan ke Jogja saja kalau begitu."


Setelah memberitahukan jika Alana hanya mengalami beberapa luka yang tidak terlalu serius dan saat ini masih di rawat di rumah sakit Rey memutuskan sambungan teleponnya. Dia kembali ke dalam ruangan inap putrinya dengan membawa sekantong makanan yang ia pesan secara online.

"Sayang, makan dulu yuk?" Rey meletakkan kantong yang dia bawa di atas nakas.

"Ayah, belinya banyak banget?" Andrea memeriksa isi kantong yang dibawa oleh sang suami. Tangan Andrea  terulur mengeluarkan beberapa diantaranya, menunjukkan kepada Alana, membiarkan Alana memilih menu apa yang dia inginkan.

Sepertinya sang putri sedang kurang berselera makan, dia hanya menunjuk sebuah kentang goreng dan susu rasa stroberi saja. "Itu saja, Bu."

Andrea tidak memprotesnya, ia langsung memberikan apa yang Alana inginkan. "Oke, kalau nanti kamu lapar lagi dan ingin makan sesuatu bilang ya, Sayang?"

Alana mengangguk, mulai memakan kentang goreng dengan bantuan Andrea. Sedangkan Rey, dia duduk di sebelah Andrea memakan nasi ayam sambil menyuapi sang istri.

"Tadi Papa telepon," tutur Rey membuka obrolan ketika Alana sudah tertidur.

Andrea sedikit menoleh memperhatikan wajah sang suami, "Lalu?"

"Papa sebenarnya minta kita pulang karena Ann saat ini berada di rumah selama liburan semester, tapi aku kasih tau ke Papa kalau Alana sedang di rawat di rumah sakit karena kecelakaan kecil dan kamu juga sedang hamil. Jadi kemungkinan besok atau lusa mereka pasti akan segera kesini untuk menjenguk Alana."

Andrea tidak lantas menjawab, ia sedikit berpikir dan berkata, "Kalau begitu kita harus melakukan persiapan sebelum Papa dan Mama datang."

Keesokan harinya, kondisi Alana sudah membaik. Dokter memperbolehkan Alana untuk dibawa pulang. Andrea sangat senang mendengarnya, dia meminta Bu Asih membantunya mengemasi barang bawaan dan membawanya ke luar karena dia telah memesan taksi dari aplikasi online.

***

Dua hari setelahnya, Rey memberitahu Andrea untuk bersiap hari ini karena keluarganya akan datang untuk menjenguk Alana.

Hari itu, Andrea sibuk mempersiapkan beberapa menu makanan untuk menyambut kedatangan sang mertua. Sekitar pukul dua siang hari bel di rumahnya berbunyi. Masih mengenakan apron yang melekat pada tubuhnya, Andrea buru-buru berjalan untuk membuka pintu rumah. Begitu pintu rumah terbuka, Hilman dan Arum menyapanya dan memeluknya secara bergantian.

"Mari masuk, Ma," tutur Andrea santun.

"Terima kasih, Sayang. Bagaimana keadaan Alana, Sayang? Apakah sudah membaik?" Arum meraih lengan Andrea dan mengajaknya bicara sembari berjalan menuju ruang tengah.

Andrea berkata jika Alana sudah sehat dan pulih, dia mempersilahkan mertua dan adik iparnya untuk duduk di ruang tengah, sedangkan dia berpamitan untuk mengganti pakaian dan memanggil Alana untuk turun ke bawah.

"Sayang, ganti baju dan temui Oma dan Opa di bawah ya?"

Gadis yang saat itu sedang asyik mewarnai sontak menoleh dan bersorak kegirangan. Dia meminta sang ibu mengambilkannya baju bergambar kartu Elsa favoritnya. Dia terlihat sangat manis dan menggemaskan dengan pakaiannya.

"Oma! Opa! Auty! Dek Zafa!" panggil Alana berjalan menuruni anak tangga.

Andrea yang sudah berganti pakaian dan memoles sedikit wajahnya pun turut serta turun bersama dengan Alana. "Hati-hati, Sayang. Tidak usah berlari, nanti jatuh."

Mereka kini sedang mengobrol bersama di ruang tengah, tiba-tiba suara mobil Rey terdengar dan berhenti di samping rumah. Andrea berpamitan kepada kedua mertuanya, berjalan ke arah pintu untuk menyambut kedatangan sang suami. Begitu pintu terbuka, Rey langsung memeluk dan mencium keningnya. "Terima kasih, Sayang," bisiknya.

Sebelum ia melangkahkan kaki masuk ke dalam, Rey memanggil seseorang yang masih berada di dalam mobil, "Ann! Buruan masuk!"

Begitu sosok yang dipanggil suaminya keluar tubuh Andrea terasa lemas dan jantungnya berdetak begitu cepat. Wajahnya berubah menjadi pucat dengan keringat dingin di area tangannya. Ia sama sekali tidak menyangka jika Ann yang dimaksud oleh suaminya itu adalah Anthony-mantan kekasih yang telah mencampakkannya dengan kejam.

Lalu harus bagaimana dia sekarang? Andrea merasa bingung, takut, serta marah secara bersamaan. Menatap wajah Anthony membuatnya mengingat semua luka yang pernah ia rasakan di masa lalu.

"Ann, kemarilah! Ini Andrea, istriku!"

Sama halnya dengan Andrea, Anthony tampak terkejut melihat sosok yang berdiri di depannya. Sosok yang dulu pernah menjadi istimewa di dalam hatinya. 

Melihat reaksi keduanya yang tampak diam dan kaget Rey merasa heran. Dia pun bertanya, "Apakah kalian sudah saling mengenal satu sama lain? Mengapa hanya diam saja dan terlihat kaget?"

Anthony mengulurkan tangannya yang disambut singkat oleh Andrea. Mereka saling berkenalan, Rey mengajak Ann untuk masuk ke dalam. Saat itu, Andrea berpamitan kepada Rey untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Rey pun ikut serta mengantarnya, toh dia juga ingin mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

"Kamu kenapa, Sayang? Ada apa? Kamu sakit?" tanya Rey yang melihat gelagat aneh dari Andrea.

Begitu mereka masuk ke dalam kamar dan pintu kamar telah tertutup Andrea memerosotkan tubuhnya di lantai. Ia menangis memeluk kedua lututnya, hal itu membuat Rey kebingungan dan panik. "Ada apa? Kenapa, Sayang? Apa ada yang sakit? Tolong katakan padaku," tuturnya dengan lembut.

Rey mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Andrea di lantai. Ia meraih tubuh Andrea dan memeluknya, berusaha  untuk menenangkan hati sang istri.

"Apakah aku boleh mengatakan sesuatu dengan jujur, Kak?" Andrea berkata dengan suara gemetar.

"Tentu saja, katakan apapun padaku."

"Dia adalah laki-laki kejam yang telah mencampakkanku. Dia ayah biologis Alana." 

Bagai tersambar petir, tubuh Rey menjadi tegang. Ia seperti tertampar keras mendengar apa yang telah dikatakan oleh Andrea.



Young Mommy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang