Tatapan tajam Jonathan bak pisau belati yang mampu membunuh siapa saja secara tak kasat mata itu terarah keluar jendela, pikirannya menerawang entah kemana. Namun telinganya tetap fokus mendengarkan laporan dari orang di seberang telpon tanpa menjawabnya.
Tak berapa lama sambungan pun diputus oleh Jonathan. Dugaannya salah, kejadian yang menimpa Ellea murni kecelakaan. Tapi dia murka dengan pengendara mobil yang hampir menabrak Ellea, harusnya dia minta maaf dan membantu Ellea. Bukan malah pergi seperti pecundang.
Jonathan tidak suka jika orang lain mengusik hidupnya. Jika orang tersebut berani mengganggu sedikit saja ketentraman hidup Jonathan, maka orang itu harus bersiap siap untuk hancur.
"Dad, kau tahu dimana ponselku?" Teriak Ellea dari dalam kamar. Jonathan yang mendengar suara Ellea langsung mengalihkan perhatiannya.
"Tadi ada di kasur, coba cari." Jawab Jonathan sembari memasukkan ponselnya kedalam saku dan berjalan masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana? Ketemu?" Tanya Jonathan saat ia sampai di pintu kamar.
"Belum, tidak ada di kasur." Ellea celingak celinguk mencari ponselnya. Tangannya sibuk meraba raba barang di depannya.
Jonathan mengedarkan pandangannya, kakinya melangkah mendekati nakas yang terdapat buku buku Ellea. "Ini?" Tanya Jonathan sombong karena telah berhasil menemukan ponsel Ellea yang terdapat di bawah tumpukan buku paling pojok.
Mata Ellea berbinar kala melihat Jonathan mengangkat ponselnya. Ia berjalan mendekati Jonathan. "Terimakasih dad" Ucap Ellea, hendak menggapai ponselnya di tangan Jonathan, namun Jonathan malah menjauhkan tangannya dari Ellea.
"Dad..." Pekik Ellea.
"Kau berbinar hanya karena ponselmu ketemu dear?" Goda Jonathan.
"Tentu saja, aku mencarinya dari tadi. Kemarikan daddy.." Ellea berusaha berjinjit untuk menggapai ponselnya, tapi lagi lagi Jonathan menjauhkan tangannya.
"Berikan"
"Gimme kiss dear" Jonathan mendekatkan wajahnya pada Ellea. Ellea langsung memegang rahang Jonathan dengan kedua tangannya dan cup..
Satu kecupan mendarat di bibir Jonathan. Setelahnya Ellea kembali meminta ponselnya.
Jonathan menggeleng, "ciuman dear, bukan kecupan." Ucap Jonathan santai.
"Dad, kita sudah terlalu sering ciuman." Ceplos Ellea yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jonathan.
"Kau bosan?" Tanyanya datar.
Ellea dibuat kelimpungan karena ceplas ceplos tanpa berpikir jika kata katanya akan menjadi bumerang. Ia harus segera mencari alasan agar Daddy tampannya ini tidak marah.
"Dad, tidak mungkin aku bosan." Ellea memeluk pinggang Jonathan. "Tapi memang sedari tadi kita sudah berciuman. Aku bahkan tidak bisa menghitung seberapa sering kita berciuman." Jelas Ellea lembut, berharap agar Jonathan tidak salah paham.
Tidak mungkin Ellea bosan, Ellea bahkan sangat nyaman dengan Jonathan.
"Jika berbicara bosan, aku sama sekali tidak pernah bosan." Mata Ellea fokus untuk menatap mata Jonathan yang masih menatapnya tajam. Tapi pria itu diam saja membiarkan Ellea berbicara. "Kau satu satunya orang yang ku anggap sebagai keluargaku, walaupun kita tidak benar benar sebagai keluarga. Tapi kau selalu ada untukku, kau membuatku nyaman. Rasa bosan tidak pernah singgah atau bahkan terpikir olehku dad." Lanjutnya, Ellea mencium bibir Jonathan, melumatnya pelan dan menikmati rasa bibir yang selama ini menjadi candunya. Lalu ia memeluk Jonathan dan menenggelamkan wajahnya pada dada Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
Short StoryDia satu satunya orang yang ada untukku disaat semua orang menghindar. Dia memberiku kenyamanan, dia membuatku merasa dibutuhkan. Kepeduliannya membuatku terbuai, namun sebenarnya diantara kita tidak boleh ada kata cinta. -Ellea Margareth Melihatny...