Hari sudah semakin sore, tenaga juga sudah mulai terkuras habis. Dan kini suasana kampus juga sudah sepi, karena beberapa mahasiswa sudah pulang ke rumah masing masing.
Tanpa terkecuali Ellea, gadis itu kini berjalan menuju parkiran. Seharusnya ia sudah pulang dari tadi, tapi karena salah satu temannya meminta untuk bimbingan dengan mr. Darrel lebih dulu, jadilah Ellea yang pulang terakhir.
"Iya, ini aku sudah selesai. Sekarang mau pulang." Ellea berceloteh dengan orang di sebrang telepon, siapa lagi jika bukan dengan Yura. Yura tadi tidak menunggu Ellea bimbingan karena harus menemani mamanya belanja bulanan.
"Ok, salam untuk bibi Emma." Panggilan berakhir. Ellea merasa sudah dekat dengan mobilnya, jadi ia memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Karena tengah fokus memasukkan ponselnya, Ellea tidak tahu jika di depan sana tepatnya di sebelah mobil miliknya, ada seorang wanita yang tengah bersandar pada mobil.
Hingga jarak mereka hanya beberapa langkah, langkah Ellea kian pelan saat tahu siapa wanita itu.
Baju yang tidak semua orang bisa membeli, tas dan sepatu dengan model yang tidak pasaran melekat erat pada tubuhnya. Ellea menunduk sopan pada wanita itu.
Ellea hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, bukankah semua orang harus sopan pada orang yang lebih tua.
Sembari menunduk, Ellea terus berjalan dan mengeluarkan kunci mobilnya. Dan hendak membuka pintu mobilnya, namun gerakan tangannya terhenti kala wanita tadi bersuara.
"Bisa ikut aku sebentar nona Margareth, ini tentang suamiku."
Suami?
Suara Sandira yang baru saja keluar dari mulutnya sontak membuat jantung Ellea berdegup cepat. 'Tidak mungkin Sandira tau kan.' batin Ellea.
Ellea dapat melihat Sandira meneliti mobil Ellea, wanita itu pasti berpikir yang tidak tidak.
Dan benar saja, Sandira memang berfikir demikian. Karena mobil yang digunakan Ellea adalah mobil yang tergolong mahal untuk saat ini. Sedangkan ia hanya seorang mahasiswi penerima beasiswa. Mencurigakan bukan?
Dengan pelan, Ellea berbalik menatap Sandira. "Saya?" Tunjuknya pada diri sendiri.
Sandira tersenyum manis namun mengejek, ia harus tetap terlihat elegan dan terkesan baik. Julukan Model tanpa image buruk harus selalu ia junjung. "Memangnya ada orang lain selain kita disini?"
Pertanyaan Sandira benar benar membuat Ellea tidak nyaman, namun sebisa mungkin ia meredam kekesalannya. "Maaf, mrs. Alexio, tapi ada urusan apa anda ingin agar saya ikut dengan anda?" Tanya Ellea sopan.
"Ada yang ingin aku ceritakan padamu, ayo ikut aku nona Margareth."
Tanpa menunggu persetujuan Ellea, Sandira memasuki mobilnya dan meninggalkan Ellea. Dengan segera Ellea menyusulnya.
Tak lama, Sandira dan Ellea tiba di rumah utama Sandira dan Jonathan. Tiba di ruang tamu Ellea disambut dengan banyak sekali foto pernikahan Jonathan dan Sandira. Dipasang dengan ukuran yang besar dan terlihat mewah.
'Sangat tampan dan cantik, mereka sangat cocok.' batin Ellea merasa berkecil hati.
Mereka duduk berhadapan dengan pembatas meja kaca berukuran besar. Di atas meja sudah terdapat minuman untuk Ellea dan Tuan rumah Sandira.
"Silahkan diminum nona Margareth."
Ellea mengangguk dan menegak minuman itu sedikit, tenggorokannya memang butuh sesuatu yang menyegarkan agar ia tidak terlalu tegang.
"Kau mengenal suamiku?" Tanya Sandira to the point. Ia menatap Ellea lamat lamat, mengamati setiap ekspresi yang ditampilkan di wajah cantik Ellea.
Memang tidak bisa dipungkiri, Ellea sangat cantik dan manis secara bersamaan. Walaupun tidak terlalu tinggi, tapi ia memiliki kulit yang putih bersih terawat dan wangi. Itu adalah kesan pertama yang Sandira simpulkan saat bertemu Ellea pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
Short StoryDia satu satunya orang yang ada untukku disaat semua orang menghindar. Dia memberiku kenyamanan, dia membuatku merasa dibutuhkan. Kepeduliannya membuatku terbuai, namun sebenarnya diantara kita tidak boleh ada kata cinta. -Ellea Margareth Melihatny...