Suara musik yang memekakan telinga dan aroma berbagai macam minuman sama sekali tidak membuat ibu hamil itu terganggu.
Ia malah semakin bersemangat meliukkan tubuhnya dilantai dansa. "Sayang kau sudah cukup mabuk, ayo pulang." Ajak pria yang sedari tadi memegangi pinggangnya.
Wanita hamil itu mengabaikanya dan terus meneguk minuman di tangannya.
"Sandira, kau sedang hamil. Apa kau lupa." Pria itu bersuara lebih keras dan mengambil botol minuman itu dari Sandira.
Sandira kesal mendengar pria itu menegurnya, "tidak akan terjadi apa apa, dia anak yang kuat Fred."
"Ayahnya kuat, anaknya juga pasti akan kuat." Ucap Sandira yang malah membelai rahang Fredi dan tertawa tidak jelas karena pengaruh alkohol.
Pria bernama Fredi itu mendengus kesal, ia ingin tahu apa tujuan Sandira sebenarnya. "Kau..." Suara Fred tercekat seakan enggan meneruskan kalimatnya, "benar benar ingin terus bersama Jonathan?" Menyebut nama pria angkuh itu saja sudah membuatnya naik darah.
"Tentu saja, tidak perlu ditanyakan lagi." Sandira menjawab enteng, tanpa memperdulikan perasaan pria di depannya.
"Tapi dia tidak mencintaimu." Sarkas Fred, Sandira harus segera sadar.
Tawa renyah Sandira mengudara, "lalu menurutmu kau mencintaiku?"
Belum sempat menjawab, Sandira sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya lagi. "Terlalu percaya diri kadang membuat orang tidak tahu diri. Kau dan Jonathan tidak bisa dibandingkan. Jonathan memiliki segalanya..." Sandira kian lekat memandang wajah Fred yang terlihat masam, sama sekali tidak merasa bersalah telah menyakiti ayah dari bayi yang dikandungnya. "Sedangkan kau TIDAK! Bahkan kau saja berkerja untuk Jonathan. Kau juga hanya bernafsu padaku, kan?"
Raut wajah Fred kian masam mendengar dirinya direndahkan oleh Sandira, terlebih Sandira adalah wanita yang dicintainya. Tapi wanita itu malah menyepelekan perasaannya.
Tanpa ba bi bu Fred langsung menarik wajah Sandira dan menciumnya ganas, seakan menunjukkan kemarahannya pada Sandira. Minuman yang tadi dibawa Sandira tumpah hingga mengenai gaun yang dikenakannya.
Sandira kualahan, ia mencoba mendorong dada Fred namun lelaki itu kian menyerukan wajahnya pada leher Sandira. "Fred, ah." Teriakan Sandira sama sekali tidak digubris.
Tangan Fred meremas dada Sandira dengan keras, tidak peduli rasa ngilu yang di rasakan Sandira.
Tanpa menunggu waktu, Fred melepas Sandira dan menarik tangannya untuk keluar dari club menuju hotel terdekat.
"Kenapa kesini?" Tanya Sandira marah begitu mereka masuk ke dalam salah satu kamar hotel, kakinya sakit karena hak tinggi yang digunakannya, apalagi Fred berjalan sangat cepat.
Klik..
Pintu terkunci, "Kau mau tau apa yang ku inginkan?" Tanya Fred begitu mereka berada di dalam kamar.
"Dirimu" Fred mengelus pipi Sandira lembut, entah kemana hilangnya kemarahannya tadi. "Aku ingin dirimu Sandira."
"Kau wanita bodoh yang mengemis cinta pada Jonathan, mengapa kau tidak berpikir Jonathan sudah mempunyai wanita yang ia jaga?" Belaian Fred turun ke leher hingga dada Sandira.
Wanita itu masih diam mematung membiarkan Fred melakukan apapun padanya.
"Seorang pria tidak akan tahan jika tidak berhubungan dengan wanita bahkan satu minggu. Apalagi dia sama sekali tidak menyentuhmu selama berbulan bulan, kan?"
Sandira bergeming, ia sudah tahu hal ini. Tapi bagaiman karirnya jika ia berpisah dengan Jonathan dan memilih bersama Fred, pasti akan hancur reputasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
Short StoryDia satu satunya orang yang ada untukku disaat semua orang menghindar. Dia memberiku kenyamanan, dia membuatku merasa dibutuhkan. Kepeduliannya membuatku terbuai, namun sebenarnya diantara kita tidak boleh ada kata cinta. -Ellea Margareth Melihatny...