"Bir, lepasin ih!" Zeha sudah tak tahan oleh perlakuan Biru yang mengajaknya rangkulan sedari tadi.
"Emang kenapa sih? Halal aja kan?"
"Halal pala bapak lo! Eh perlakuan lo ke gue itu kayak orang pacaran sedangkan kita nggak pacaran."
Sedari tadi, di sepanjang jalan menuju kelas tak henti-hentinya tatapan sinis banyak orang yang dilayangkan pada dirinya karena Biru selalu merangkulnya. Persis seperti orang pacaran.
"Yaudah kalo gitu kita pacaran. Lo jadi pacar gue atau gue jadi pacar lo?"
"Sama aja Biru!"
"Eh Zeha," Biru menyusul Zeha yang berjalan lagi. "Gue ada satu pertanyaan buat lo."
"Apa?"
"Kan kalo satu tambah satu sama dengan dua, kalo lo tambah gue sama dengan?"
"MIMPI!" tukas Zeha yang langsung melengos masuk ke dalam kelas meninggalkan Biru yang terpaku di ambang pintu.
"Hiks ya Allah kenapa si Zeha jutek banget." Biru akhirnya menyusul masuk ke dalam usai bergumam.
+*+*+*+*+
Waktu pembelajaran di kelas sedang dimulai setelah istirahat. Hobi dan Minji yang sekelas memilih untuk bolos ke kantin menghampiri teman-temannya nongkrong. Mereka mendapatkan izin dengan alasan pura-pura kebelet buang air besar. Awalnya guru itu tak mengizinkan tetapi setelah Hobi kentut sembarangan dan baunya menyeruak membuat guru itu akhirnya mengeluarkan mereka berdua untuk ke kamar mandi.
Melewati ruang kesenian, Hobi dan Minji menghentikan langkahnya karena terpaku pada seorang gadis yang terlihat sedang menari. Sebelumnya tak ada ekskul menari di sekolah, mungkin gadis itu hanya ingin menari saja.
"Bang itu si Hana kan?" tanya Minji pada Hobi.
"Kayaknya sih, badannya luwes banget jadi pengen ikutan nari."
"Cantik lagi," kata Minji seraya tersenyum-senyum.
Hana berhenti menari dan menoleh ke jendela karena merasa diperhatikan. Hobi dan Minji yang terpergok langsung kelabakan canggung karena menganggu aktivitas Hana.
"Kalian ngapain di situ?" tanya Hana lembut.
"Lagi liat lo nari, gak sengaja."
"Tarian lo bagus banget, Han. Hebat." ujar Hobi yang memberikan dua jempolnya tanda apresiasi. Hana tersenyum menanggapinya.
"Makasih."
"Anjir senyumannya manis banget." pekik tertahan Minji.
"Kalo gitu kita duluan ya, bye!"
"Bye bye cantik," Minji sempat mengedipkan satu matanya pada Hana di sana.
Di warung per, terlihat Agus dan yang lainya kecuali Biru dan Juki yang memang mereka memilih masuk kelas. Juki memang alim belajar sedangkan Biru yang menjabat sebagai ketua kelas mengharuskannya mengkondisikan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN DREAMERS
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Cerita ini mengkisahkan takdir tujuh lelaki pemimpi yang berasal dari panti asuhan yang terlantar dan beralih menjadi pengamen jalanan. Perih pedih kehidupan pun harus mereka lalui tuk bertahan hidup. Cacian, makian dan hinaan. Hiruk...