Gadis bernama Lisa berlari-lari menuju taman dengan ekspresi wajah yang panik dan khawatir. Gadis itu sepertinya mencari-cari sesuatu, mengais pot-pot tanaman dan rerumputan seolah mencari benda kecil yang hilang.
Juki yang mengikuti Lisa tadi, tak sengaja mengintipnya dari balik tembok untuk melihat gelagat dan apa yang sedang Lisa lakukan di taman.
"Permisi pak," sapa Lisa pada OB pria paruh baya yang tengah menyapu.
"Iya neng, ada apa?"
"Bapak kemarin nyapu di sini nemuin kalung gak?"
"Nggak neng, kalo saya nemuin bakal saya kasihin ke pihak sekolah kali neng."
"Oh gitu ya pak, makasih deh."
"Kalung neng ilang emangnya?"
"Iya pak, kayaknya udah dua hari ilangnya cuma saya nggak tau dan baru sadar tadi pagi pas sarapan."
"Waduh kalung neng pasti mahal. Hm kalo di sini gak ada coba neng cari di tempat neng main kemarin selain di sini."
"Iya pak."
Lisa khawatir karena jika kalung pemberian Ayahnya hilang, tamatlah riwayatnya. Pasalnya, kalung itu harganya puluhan juta yang diberikan sang Ayah waktu dipindahkan kerja ke Prancis.
"Aduh, kalungnya mana ya?" monolog Lisa masih mencari di sekitaran taman. Di tempat pot-pot bunga yang besar dekat emperan duduk. Kebetulan kemarin ia duduk disini bersama temannya.
Di saat Lisa tengah mengais pot-pot, ada suara sekaligus kalung panjang yang terjulur dari atas tepat berada di depan matanya.
"Lo nyari ini?" tanya Juki seraya menyodorkan kalung itu di depan mata Lisa.
Mata Lisa membola, ia segera berdiri dan berbalik badan melihat siapa yang menemukan kalungnya.
"Juki? Iya itu kalung aku."
Juki tersenyum dan segera memberikan kalung berharga itu pada sang pemilik yaitu Lisa. "Ahh Juki terima kasih banyak, aku gak tau lagi kalo kalung ini sampe ilang gimana dan semarah apa Ayah aku." Lisa mengusap air matanya yang ingin keluar.
"Iya kak Lisa, sama-sama. Gue kemarin gak sengaja liat kalung ini jatoh di koridor, jadi gue simpen aja dan siapa tau ada yang nyariin."
"Jarang banget ada orang yang jujur kayak kamu, Juk. Kalo orang lain yang nemuin bakal dijual mungkin."
"Haha gak boleh dijual dong, kan nemuin barang berharga milik orang kayak gitu bukan hak kita," balas Juki.
"Iya, sekali lagi terima kasih ya."
"Sama-sama kak Lisa." Juki membalikan badannya dan pergi dari sana serasa sudah tidak ada yang ingin mereka bicarakan.
Jarak yang lumayan jauh dari tempat awal berdiri, Lisa berteriak keras. "Juk, jangan panggil aku dengan sebutan Kak, panggil nama aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN DREAMERS
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Cerita ini mengkisahkan takdir tujuh lelaki pemimpi yang berasal dari panti asuhan yang terlantar dan beralih menjadi pengamen jalanan. Perih pedih kehidupan pun harus mereka lalui tuk bertahan hidup. Cacian, makian dan hinaan. Hiruk...