Malam ini mereka bertujuh memilih bakar-bakar ikan yang diberikan oleh tetangga. Walaupun orang di sekitar tak pernah menyapa dan mengurusi urusannya tetapi percayalah di sini masih ada rasa saling peduli.
Bakaran ikan mulai matang. Moni dan Hobi menyiapkan lembaran daun pisang yang digelar di lantai halaman. Ia menuangkan nasi yang sudah dimasak Sojin tadi ke daun pisang bersih.
Tak butuh menunggu waktu lama, acara makan liwetan sederahana ini pun jadi. Mereka menyerbu makanan bersama-sama, saling berbagai dan ini sungguh harmonis. Mungkin kalau dua pasangan yang sedang berpacaran melihat keharmonisan persabahatan ini mereka akan iri.
"Gue masih gak nyangka setelah identitas kita kebongkar banyak yang ngejauh ya," ucap Biru di sela acara mengunyahnya.
"Gue malah seneng, bro." tanggap Sojin.
"Iya, momen ini yang gue tunggu sebelum lulus sih," kata Agus.
"Lagian si Akmal kurang kerjaan banget dah, ngapain dia ngebongkar rahasia kita segala? Ngefans banget sama kitakah?"
"Bener, segala foto-fotoin kita dan jadi penguntit." kekeh Minji. Kalau seandainya ia menjadi Akmal sudah ia pastikan akan menenggelamkan dirinya ke dasar laut agar kebodohannya tertanam di palung mariana.
"Ah bodo amat lah, kita cuma punya tujuan bersama saat ini. Lulus, cari kerja, buat modal kita bisnis, modal audisi juga."
Sementara Juki termenung, memikirkan satu nama yaitu Lisa. Apakah Lisa akan menjauhi dirinya seperti anak sekolah yang lain? Kalau iya sudah pupus harapan Juki agar memiliki Lisa.
**+*+*+
Mentari mulai meninggi di ufuk timur ketika jam menunjukkan pukul 7.00 WIB. Cahaya yang masuk lewat sela-sela jendela membangunkan gadis yang masih bergelung di dalam selimut.
Gadis itu menggeliat dan bangun. Ia menggaruk-garuk kepala sambil mengumpulkan nyawanya yang masih bertebaran. Merasa ada yang aneh dengan suasana kamarnya, ia pun menoleh pada jam di dinding.
"AHHHHHH JAM TUJUH? GUE TELAT!" teriak Zeha yang lantas beranjak dari kasur, mengambil handuk di belakang pintu dan menuju kamar mandi.
Arina yang baru selesai membuatkan sarapan terkejut karena tiba-tiba Zeha menarik tangannya untuk bersaliman.
"Loh mau pergi sekarang? Gak mau bibi anter? Ze!"
"Nggak bi, Zeha udah telat ini nanti di anter bibi pake mobil tambah telat soalnya macet!" balas Zeha berteriak yang menghilang dari balik pintu sana.
Zeha selama menaiki gojek yang dipesannya setelah mandi tadi ia terus menggerutu, menyalahkan dirinya sendiri atas keterlambatan ini. Gara-gara nonton drama korea yang memang lagi booming membuatnya lupa waktu hingga tak terasa jam setengah 3 subuh baru tertidur.
"Makasih ya bang," Zeha menyodorkan helm abang ojolnya.
Badannya berbalik, kepalanya mengadah ke atas menatap nanar gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Zeha tidak mau dihukum oleh pak Bambang lagi, sudah kapok ia dijemur di lapangan saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN DREAMERS
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Cerita ini mengkisahkan takdir tujuh lelaki pemimpi yang berasal dari panti asuhan yang terlantar dan beralih menjadi pengamen jalanan. Perih pedih kehidupan pun harus mereka lalui tuk bertahan hidup. Cacian, makian dan hinaan. Hiruk...