Chapter 4: Feeling

464 50 1
                                    


"Kak, lo dateng lagi?"

"Siang, Hayi! Nih, gue bawain lo roti sama makanan kesukaan lo, sabz meat stew." Ujar Kaveh yang masuk begitu saja ke dalam kantor Alhaitham, tepatnya ruang para dosen akademia.

Untungnya siang itu para dosen kebanyakan masih mengajar, dan belum saatnya jam makan siang, hanya ada Kaveh dan Alhaitham di dalam sana, di ruang yang sepi itu. Waktu itu juga Alhaitham sedang kosong, yah walau pun Kaveh bakalan menunggu Alhaitam jika si pria abu itu mengajar.

"Wangi.. makasih,"

"Gue yang masakin, lo harus coba! Resepnya masih sama kaya yang nenek ajarin." Sambung Kaveh dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, yang membuat Alhaitham sedikit tertegun.

"Ngomong ngomong soal nenek, keadaannya gimana?"

"Baik kok. Nenek sekarang jadi pengajar sukarela di desa, biar aktif juga."

"Ohh... Lo makan sana!" Seru Kaveh yang dijawab anggukan oleh Alhaitham.

Pria bersurai abu itu membuka bungkusan kain yang dilipat rapi dari Kaveh, temannya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu, kemudian membuka tutup dari mangkuk plastik, membuat aroma meat stew itu terbang. Siapapun yang menghirup aroma meat stew itu pasti akan tergoda untuk mencoba.

"Gimana rasanya??" Tanya Kaveh antusias saat Alhaitham memasukkan sesendok meat stew yang masih hangat ke mulutnya.

"Enak... Kaya nenek yang buat." Jawab Alhaitham seratus persen yakin, dan Kaveh sendiri semakin tersenyum.

"—Kak, lo sendiri lagi istirahat, atau? Tiga hari berturut turut lo dateng ke kantor gue. Bukannya ga boleh, sih, tapi lo tau sendiri lah sikap grand sage se nyebelin apa, gue takut kalo lo yang tiba tiba sering ke sini tanpa izin..."

"Wow wow santai santai. Iya gue lagi istirahat, dan Azar tua itu masih di sini? Serius lo?"

Alhaitham mengangguk

"Ahhhh anjir! Si tua bangka itu!" Umpat Kaveh, untungnya lagi pria tua itu sedang tidak di tempat sambil mengacak acak rambutnya sendiri.

Sepertinya Kaveh memiliki dendam terpendam pada Azar.

"Pak Azar masih dinas. Tapi kalo dia udah balik mending kita kalau mau ketemuan jangan di sini..." Ujar Alhaitham yang secara mengejutkan langsung disetujui Kaveh.

"Iya iya... Cepet dihabisin dulu!" Jawab Kaveh.

"Kak... gimana kalo nanti malem—"

"EH BENTAR! Client gue nelpon! Gue keluar dulu! Jangan lupa habisin meat stew nya!" Seru pria bersurai pirang itu yang langsung meninggalkan Alhaitham yang masih mengantung kata katanya.

"dinner..."

...

"Jadi?? Tumben lo nelpon duluan??"

"Ck, dengerin gue dulu." Jawab Alhaitham sambil menutup laptop kerjanya kemudian beranjak ke ranjang kamarnya, sedangkan di sebrang sana ia juga mendengar suara temannya, Zhongli yang sedang mengomeli Tartaglia, tunangannya untuk mendengarkan Alhaitham. Salahkan si ginger itu karena kelewat antusias.

"—Jadi, gue ngerasa aneh. Semenjak kak Kaveh ketemu sama gue, tiga hari ini dia ke kantor mulu, bawain makan siang, nemenin gue bahkan kalo gue ada kelas juga dia nunggu, kemarin dia nungguin sampe sore."

"BENTAR!! KAVEH SI LULUSAN ARSI ITU??? DIA SUKA SAMA LO!!"

"Dengerin dulu!"

"IYA MAAF SAYANG!"

"Oke lanjut, Tham." Ujar Zhongli masih dalam telpon.

"Entah karena gue udah lama ga ketemu sama kak Kaveh jadi sampai rasanya... Gue pengen selalu di sebelahnya? Waktu ngajar juga gue ngerasa kalo gue harus cepet cepet nyelesaiin kelas dan nyusul kak Kaveh. Gue minta saran dari kalian."

"BUSET! SEUMUR UMUR GUE KENAL SAMA LO, LO GA PERNAH CURHAT BEGINI! LO KESAMBET APA?? JADI YANG SUKA LO???"

"Sayang, bisa tenang dikit ga sih??"

"Iya... maaf,"

"Kalo gue sih, gue belum bisa ngasih solusi apa apa, Tham. Bisa aja dia memang beneran friendly, atau ga ngelihat lo secara romatis, kecuali dia ngelakuin itu ke lo doang. Tapi enah ya, gue gabisa nyimpulin. Hubungan kalian serasa dihalangi oleh embel embel childhood friends. Tapi lo kelihatannya lebih seneng aja habis ketemu sama dia." Jelas Zhongli panjang lebar.

"Secara dia kan emang childhood friend gue,"

"Make sense... Tapi lo suka sama dia? In romantic way."

"Gak... gak tau... Kayanya enggak juga. Gue anggep dia temen gue, toh kita juga misah belasan tahun."

"Hmm, okay lah. Kalo lo ada pertanyaan seputar begituan bisa aja chat atau telpon gue. Sorry gue clueless untuk sekarang"

"Begituan?"

"Mulai dah si bego ini. Makanya cari pacar sana! Pacaran sama buku mulu lo!" Sahut Tartaglia.

Sambungan telepon pun berakhir, Alhaitham di kamarnya menghela nafasnya berat sambil menatap langit langit kamar yang sudah gelap. Ia tidak memungkiri bahwa jantungnya berdegup kencang disaat Kaveh berada di depannya, tersenyum manis di depannya, selalu saja seperti itu bahkan dari dia kecil.

Bingung.

Alhaitham bingung.

Apakah itu rasa cinta? Atau hanya sekedar rasa sayang karena Kaveh lah yang menemani hidupnya dulu? Dia sama sekali tidak tahu. Tapi, rasanya senang, dan dari dulu juga begitu.

Ia tidak pernah seharipun melupakan sosok bocah pirang yang tiap hari datang ke rumahnya, mengganggunya, bahkan sampai memasakkan masakan kesukaannya bersama neneknya.

Tapi jika itu cinta, then what is love?, Batinnya.

Pusing untuk terus memikirkan hal yang berada diluar nalarnya, ia pun tak sadar tertidur dan memasuki alam bawah sadarnya.

Dan bermimpi.

Sementara itu, pasangan lainnya saling berbincang satu sama lain. Mendapati Alhaitham yang sangat terbuka itu sungguh langka. Mereka berdua, terlebih Tartaglia selalu memakasa Alhaitham untuk mencari pacar, kencan buta, dan lainnya, tapi sekarang? Dia sendiri yang akhirnya mengungkapkan hint, yah walau belum bisa mereka simpulkan.

"Sayang, menurut kamu, Alhaitham suka atau cinta sama Kaveh?" Tanya yang bersurai ginger.

"Well, aku masih ngga tau. Alhaitham baru aja ketemu sama figure kakaknya. Aku ngga tau kenapa Kaveh bisa jadi figur kakak bagi Alhaitham, tapi kalo dia gak cerita so aku juga ga bakalan tanya. Kita kasih mereka waktu supaya saling memahami dan mengerti perasaan masing masing. Hal itu juga baru buat Alhaitham." Jawab Zhongli cukup realistis yang diiyakan oleh tunangannya itu.

"-Lagian, Alhaitham jarang cerita juga... Jadi semuanya terasa rancu."

"Kalau Kaveh?" Tanya Tartaglia lagi.

"Waktu kalian ada project bareng, dia ada cerita kah?"

"Seinget aku, dia seringnya cerita soal anak yang dari desa, orangtuanya meninggal, si anak itu tinggal sama neneknya. Mereka temenan dekat bahkan Kaveh sudah anggap dia sebagai adiknya sendiri. Katanya sih dia sayang banget, cuma Kaveh memang harus pergi ke kota buat studi."

Seolah benang putus yang tersambung kembali, Zhongli dan Tartaglia keduanya menatap satu sama lain dengan bingung.

"BENTAR... JANGAN JANGAN..."

"Y-Yah walau begitu kita ga bisa menyimpulkan kalo mereka ada hubungan romantis! Apalagi waktu itu mereka masih kecil!"

- tbc

Words 言葉 - Kaveh x Alhaitham AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang