*****
Ya allah kasian
Hiksss kasihan sekali
Ya ampun
Astaga
Ini bukannya keluarga siregar ya?
jantung Araya berpacu dengan cepat, ia berjalan menghampiri korban kecelakaan itu.
Deg
"D-devan?" lirih Araya sesak.
"Ray, lo harus kuat" ujar Aurel ketika sampai.
"A-aya" lirih Devan menangkap wajah Araya.
"iya ini Aya, hiks Aya nya Vano, hikss" ujar Araya menidurkan Devan di pangkuannya.
"Aya? A-aya" lirih Devan
"Vano jangan tutup mata Vano ya? Kita ke rumah sakit o-okey?" ujar Araya
"A-aya, A-aya ha-rus ja-ga di-diri y-ya"
"Mes-kipun gak s-sama V-vano A-Aya Ha-rus ku-at" ujar Devan terbata bata.
Araya menggeleng keras. "Engga, Vano tetep disini sama Aya, temenin Aya. Vano inget kan? Katanya kita mau nikah!?, kita kan udah tunangan, Vano b-bilang. Kalo V-vano janji gak akan tinggalin Aya iya kan?!?" ujar Araya histeris membuat mereka yang melihat menangis.
"Ang-kasa" panggil Devan membuat Angkasa menghampirinya.
"G-gue p-percaya s-sama l-lo dan A-araya" ujar Devan terbata
"Lo harus bangun Van, lo harus kuat. Kita bicarain ini baik baik" ujar Angkasa mencoba membuat Devan agar tetap membuka matanya.
"G-gue ti-tip A-aya, ja-ga dia" ujar Devan.
"Gue akan selalu jaga dia" ujar Angkasa
"Van, Vano jangan tutup mata kamu hiks Vano" ujar Araya histeris.
Devan tersenyum, Ia menggapai kening Araya lalu menarik nya perlahan.
Cup
"A-ku se-lalu sa-sayang ka-mu, ja-ga di-diri ka-kamu y-ya sa-yang, I l-love y-you" tak lama mata Devan menutup membuat Araya berteriak. "ENGGA JANGAN"
"DEVAN BANGUN, ENGGA" teriak Araya histeris
"Hikss engga Van engga" lirih Araya
Leo mengecek pergelangan tangan Devan. Ia menggeleng, membuat Araya semakin menangis.
"ENGGA VANO JANGAN, VANO BANGUN SIALAN" teriak Araya membuat mereka menatap nya miris.
"Ray udah ya? Kita bawa Devan ke rumah sakit" ujar Aurel menenangkan
"Hikss Rel, engga Vano gak mungkin ninggalin gue kan?" tanya Araya lalu menatap tatapan sedih dari Aurel.
"Iya Ray engga, Vano lo masih disini. Jadi lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit" jawab Aurel lalu di balas anggukan oleh Araya.
****
"Ray, lo tenang ya? Devan pasti bakal baik baik aja" ujar Aurel menenangkan.
"Rel, gue takut hiks" ujar Araya memeluk Aurel.
"Gapapa Ray, Devan gak akan kenapa napa" ujarnya menangkan. Saat ini hanya ada Leo Aurel Araya dan Zila yang di rumah sakit. Jika kalian bertanya dimana Angkasa dan Alex jawabannya mereka saat ini masih di tempat kejadian untuk menyelidiki keganjalan.
"Ray gu-"
"Zil, bukan saat nya" Ujar Aurel lalu di balas anggukan oleh Zila.
"Raya?! Nak, ini kenapa?!" tanya papah Devan sesaat sudah di depan Araya.
"Pah hiks Devan Pah hikss" ujar Araya menangis sesegukan di pelukan papah Devan.
"Iya nak, Devan kenapa? Tenang ya" ujar papah Devan menangkan.
"Devan hiks kecelakaan, hiks katanya ada yang nabrak dia pake bus hiks" ujar Araya terbata bata.
"Udah ya, Devan pasti bakal baik baik aja" ujar papah Devan meyakinkan di balas anggukan oleh Araya.
"Aku harap begitu, Pah" ujar Araya. Hening, begitulah sekarang tidak ada yang memulai percakapan, hanya ada tangis Araya yang masih belum berhenti.
Mereka terduduk, melihat dokter yang belum keluar juga, hingga suara Mommy Kiran membuat Araya menoleh.
"Raya, Raya ini kenapa nak?" tanya Mommy Kiran lalu memeluk Araya di dekapannya.
"hiks hiks Devan mom hiks... Hiks... " tangis Araya kembali pecah, mommy Kiran mengusap punggung gadis itu.
Ia melepaskan pelukannya, lalu daddy Dirga memeluk gadis itu membuat Araya kembali histeris.
"Hikss dad, Devan dad hikss... Dia bakal baik baik aja kan hikss" ujar Araya membuat daddy Dirga berdenyut sakit, dia tak kuasa menahan sakit jika mengenai putrinya.
"Iya sayang, Devan bakal baik baik aja" ujarnya menenangkan.
"Hiks hiks kenapa Devan ngelakuin ini hiks dad" ujar Araya memukul dada bidang daddy nya itu.
Mommy Kiran menahan tangis melihat sang putri sangat lemah sekarang.
"Raya udah ya? Jangan gini" ujar mommy Kiran menangkan.
Cklek
*****
Hallo ges sorry w gantung yakkkk
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Araya [End]
Fiksi Penggemarwhat the?!? anjir transmigrasi?!? cuma karna cilok? Kok bisa ya ada orang transmigrasi cuma karna cilok?, emang ga masuk akal tapi ini yang Araya rasakan.