CHAPTER IX

4.7K 450 68
                                    

Penglihatan Renjun terasa buram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penglihatan Renjun terasa buram. Kepalanya terasa berputar dengan sakit yang mengganggu di bagian belakang. Ia berkedip beberapa kali mencoba untuk melihat dengan lebih jelas.

Belum sempat menjernihkan pandangannya, muncul rasa sakit lain yang luar biasa pada perutnya. Begitu menyakitkan hingga telinganya berdenging.

Renjun mendengar suara-suara di sekitarnya, tapi ia tidak bisa fokus dan mendengar siapa yang bicara, dan apa yang mereka bicarakan.

"Renjun, sayang."

"M..as.."

Itu suara Jeno. Renjun tahu itu suara Jeno. Ia bisa merasakan tangannya digenggam erat-erat. Tapi tetap saja, sosok di hadapannya terlihat buram.

"You can do it, baby. I know you can."

Renjun tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Jeno.

"Sayang, can you hear me?"

"Aku kenapa?"

Belum sempat terjawab rasa sakit di bagian perutnya, membuat Renjun mencengkram genggaman tangan Jeno erat-erat.

Rasanya sangat sakit hingga Renjun berteriak. Nafasnya memburu namun pandangan yang awalnya buram kini mulai terlihat jelas.

Jeno ada di sisi kanannya menggenggam erat tangannya. Di hadapannya ada beberapa orang dengan masker dan jas putih.

Renjun menyadari ia berada di ruangan dengan lampu yang sangat terang. Kakinya terbuka lebar, dan ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam tubuhnya.

"Tarik nafas 1, 2, 3, dorong."

Mendengar perintah itu Renjun mendorong apapun yang ingin keluar dari dalam tubuhnya itu. Suara tangisan kemudian pecah memekakan telinga. Rasa sakit itu hilang tapi ia sangat lelah.

Tubuh Renjun lunglai dan Jeno menangis sejadi-jadinya.

Menit berikutnya seorang perawat datang menghampiri Renjun membawa sesuatu yang dibalut kain.

"Selamat Pak Jeno, bayinya laki-laki."

Bayi laki-laki? Renjun mengernyitkan keningnya? Kapan ia hamil? Kapan ia mengandung anak Jeno? Belum terjawab Jeno bangkit dari kursinya dengan ekspresi wajah marah. Renjun belum pernah melihat ia seperti ini.

"Renjun! Kamu kan janjinya anak perempuan! Kenapa yang lahir anak laki-laki!?"

Renjun bingung luar biasa.

Apa yang salah? Apa yang terjadi?

Jeno seketika bangkit dan meninggalkan Renjun bersama bayi laki-laki yang kini ada di gendongannya.

"Mas! Mas Jeno!"

Tapi teriakannya tak digubris. Jeno tetap berjalan meninggalkan ruangan tersebut bahkan saat Renjun memanggil namanya berulang kali.

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang