CHAPTER XI

3.5K 385 28
                                    

Pukul empat pagi dan tidak ada satupun di antara Jeno dan Renjun yang terpejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul empat pagi dan tidak ada satupun di antara Jeno dan Renjun yang terpejam. Keduanya duduk berdampingan di sofa, sambil memikirkan nasib dua anak muda yang kini terlelap di kamar mereka.

Kabar kehamilan Chenle seperti sebuah kejut listrik di rumah sakit. Membuat sekujur tubuh Jeno dan Renjun lemas. Ada banyak pertanyaan di kepalanya keduanya. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang akan mereka lakukan?

"Dua-duanya udah dewasa. Aku yakin mereka akan menemukan jalan keluarnya."

"Tapi kamu liat sendiri Mas. Jisung malah pengen gugurin kandungannya Chenle? Dewasa dari mana nya sih."

Jeno memijat keningnya. Jelas Renjun akan berpihak pada Chenle. Sebagai teman dekat, juga sebagai sesama omega, keduanya pasti akan menciptakan bonding yang tidak dimengerti oleh seorang alpha.

"Ya tapi kan itu dia mau tanggungjawab, Yang. Give him time. Jisung pasti kaget juga tau-tahu punya anak."

"Tau tuh asisten kamu. Kalau gak siap punya anak, pake kondom."

"Iya, sayang. Mas ngerti kamu marah. Tapi inget gak, kita juga pernah ceroboh? Pernah hampir jantungan gara-gara kamu heat dikira lagi hamil sama anak kecil?"

Renjun melipat kedua tangannya dengan bibir cemberut. Ia mengakui kalau dulu ia dan Jeno juga ceroboh. Keduanya hanya beruntung Renjun tak langsung hamil apalagi alpha dan omega ini sama-sama melewati fase rut dan heat dengan kegiatan seksual yang kelewat aktif.

"Terus, kamu mau bantuin Jisung ngomong sama keluarganya Chenle?"

"I think so... Lebih cepat mereka tahu, lebih baik. Aku kan atasan dan temannya Jisung juga. Setidaknya harus bantu buat menenangkan orang tua Chenle."

Renjun menguap dan menyandarkan kepalanya di bahu Jeno.

"What if this happens to us..."

"Then I will be the luckiest man alive..."

Renjun menoleh ke arah Jeno dengan mata berbinar.

"You will?"

"Iyalah, anak aku pasti cakep mirip aku."

"Enak aja! Mirip aku lah!"

"Ayo buktiin, kita bikin anak sekarang, nanti kamu hamil, ketahuan deh lebih mirip siapa. "

"Ish.. kena jebakan mulu aku," ucap Renjun. Sebuah cubitan kemudian mendarat di pinggang Jeno dan si alpha hanya tergelak sebelum merangkul Renjun dan mengecup puncak kepalanya.

Matahari mulai naik dari balik gedung-gedung di Kota. Menampilkan cahaya keemasan yang mempesona. Renjun terlelap di pelukan Jeno, sementara sang alpha terpejam tapi tidak sepenuhnya tertidur. 

Kepalanya diisi berbagai macam rencana yang tujuannya adalah membantu Jisung dan Chenle, untuk bicara pada kedua orang tua mereka.

***

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang