Sebuah Akun

66 1 0
                                    

Rumah Mira

Pagi harinya, Azka sudah lebih dulu duduk di meja makan sembari menyiapkan berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting nanti siang, tak lupa juga ditemani istri tercintanya saat ini.

"Kamu kok malam bisa pulang bareng Mira? kamu jemput?" tanya Lala sembari menuangkan teh dan menyiapkan kue pie sebagai pengganjal perut sampai jam makan siang tiba nanti.

"Gak, aku lihat Mira di supermarket waktu beli rokok kemarin malam, jadi yaudah sekalian aku ajak pulang bareng" jelas Azka menatap Lala.

Lala mengangguk, "Dia gak marah-marah kan sama kamu?" tanya Lala khawatir. Cukup ia saja yang menjadi samsak kemarahan adik semata wayangnya itu. Ia tidak ingin ada orang lain yang terlibat.

Azka menatap Lala, lantas menggeleng, "Gak ada, aku rasa dia udah lebih baik dari kemarin" ucap Azka.

Lala menatap kosong kedepan, "Tapi dia gak pernah lebih baik sama aku dari lima tahun yang lalu" ucap Lala sendu.

"Sayang, semuanya butuh waktu" ucap Azka menenangkan.

"Aku capek, mas" ucap Lala memejamkan mata, "Aku ingin berdamai, aku ingin semuanya baik-baik saja"

Azka mengerti, ini sudah terlalu lama semenjak kepergian ayah mertuanya itu.

"Aku udah ikhlas, tapi Mira belum" ucap Lala.

"Sayang- "

"Aku tau mas, aku tau Mira belum sepenuhnya ikhlas, meski udah ada Andreas, tapi aku tahu Andreas belum bisa menggantikan sosok itu sepenuhnya dalam kehidupan Mira"

"Aku bodoh, harusnya aku buka mata saat itu, harusnya aku tau bahwa adik aku sendiri juga mencintai pria itu. Bukankah tindakan aku begitu egois, mas? tetap mempertahankan hubunganku dengan pria itu" Lala sangat frustasi saat ini.

Azka mengusap pelan bahu Lala, mencoba menenangkan. Tidak ada kecemburuan di dalam diri Azka saat ini, baginya itu hanya masa lalu Lala yang sudah seharusnya ia terima bukan?

"Aku kangen Mira mas, adik ku. Rasanya saat ini sangat sulit untuk memeluknya, sangat sulit untuk dekat dengannya. Kalo waktu bisa diputar, aku ingin mengerti Mira lebih dalam, aku ingin bisa menghargai perasaannya" ucap Lala.

Azka melihat ke arah pintu, ia melihat Mira yang sudah melangkah pergi keluar rumah. Ia yakin Mira mendengar semua yang Lala katakan tadi, semoga dengan ini, hatinya sedikit melunak.

Azka sadar, baru kali ini dirinya tidak bisa membantu banyak selain berdoa dan berharap keadaan segera membaik.

Diluar, Mira memegangi dadanya yang terasa begitu sesak saat ini. Ia mendengar ucapan Lala tadi, ia baru tahu bahwa kakaknya se-frustasi itu menghadapinya.

Ingin sekali rasanya Mira memeluk Lala, bohong jika ia juga tidak merindukan sosok Lala dalam hidupnya, sosok kakak perempuan satu-satunya.

****

Green light university

"Rey!" panggil Kanesyia yang sedari tadi mengikuti Rey, ia tahu bahwa saat ini Rey mengindarinya, ia juga tahu Rey marah padanya.

"Rey!!.." panggil Kanesyia, ia menggapai lengan Rey, meminta Rey untuk mau menatapnya.

"Lo kenapa si? lo marah sama gue" tanya Kanesyia.

Rey memutar bola matanya malas, "Lo pikir sendiri" jawab Rey ketus.

Kanesyia menatap Rey jengah, "Ini bukan lo tau gak? kenapa sih lo" tanya Kanesyia heran, "Karena Gladys? dia ada hubungin lo?"

Alden&ElmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang