Ditanggal yang sama

178 2 2
                                    

Bandung

Malam hari, suasananya begitu teduh. Petir bersahutan diatas awan, seakan-akan ada hujan badai malam ini.

"Nih teh nya" ucap seorang wanita sekitar berumur 25 tahunan. Ia menaruh gelas teh yang ia bawa tadi dimeja ruang tamu.

"Makasih ya" ucap pria yang tak lain adalah suaminya.

Wanita itu tersenyum, ia menatap suaminya yang sedang sibuk mengetik sebuah proposal dilaptop nya. "Belum selesai?" tanyanya.

Pria itu tersenyum menatap wanita disampingnya ini, "Belum, Keya mana?" tanya pria berusia 27 tahunan itu sembari menyesap teh buatan istrinya ini.

"Udah tidur, mas" jawab wanita itu.

"Lala, Azka?" seorang wanita paruh bayah yang turun dari tangga, dan menghampiri kedua pasang suami istri yang ada diruang tamu itu, "Kalian belum tidur?" tanyanya lagi.

"Belum, bun" jawab Lala.

Lala Yaza Derandra, satu-satunya kakak perempuan Elmira. Wanita dengan hati lembut, penyayang, dan cantik ini memilih menikah muda. Hingga akhirnya memiliki satu putri bernama Keya Yaza Derandra.

"Bunda kenapa belum tidur?" tanya Azka pada sosok wanita yang sudah menjadi mertuanya itu.

Azka Emilliano Derandra. Suami Lala, sekaligus kakak iparnya Elmira, ia juga sama seperti Andreas, memiliki beberapa perusahaan milik keluarga Derandra diberbagai kota.

Wanita yang diketahui namanya adalah Revalina Mahisyara itu menatap sendu putri dan menantunya bergantian, "Bunda kepikiran sama Mira" jelasnya.

Lala dan Azka saling menatap, "Kenapa sama Mira bun? ada telpon dari Mira memang?" tanya Lala pelan.

"Bunda cuma khawatir, sesuatu terjadi sama Mira" ucap Reva.

Lala menghela nafas pelan, "Bun, kan ada Andreas. Bunda jangan khawatir, jangan takut Mira kenapa-kenapa, Mira baik-baik aja bun. Lala yakin kok, Andreas pasti jagain Mira lebih baik dari yang bunda kira" ucap Lala menenangkan Reva.

Revalina menatap sendu Lala, ia tersenyum. "Bunda berusaha untuk tenang, bunda berusaha untuk percaya bahwa putri bungsu bunda baik-baik saja saat ini. Tapi kamu inget tanggal berapa kan ini, La?" tanya Reva sendu.

"Ditanggal yang sama, adik kamu melukai dirinya sendiri, bahkan nyaris mengakhiri hidupnya" sambungnya.

Azka terdiam, terlebih lagi Lala. Mereka sama-sama tahu apa yang tadi diucapkan oleh Reva, kenyataannya memang benar, adiknya selalu terluka, bahkan ditanggal yang sama, entah itu suatu kebetulan atau apa, mereka pun tidak tahu.

Tok..tok..tok

Semua orang menoleh ke arah pintu, Lala menatap Reva dan Azka bergantian, lalu bergegas menuju jendela melihat siapa yang datang bertamu malam-malam begini, dan..

Lala membekap mulutnya, "Mira?!" ucap Lala tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Ceklek

"Mir!!" teriak Lala melihat kondisi adik yang sangat ia sayang seperti ini sekarang. Di kepalanya terlihat jelas terdapat memar biru, dan ditangannya terdapat beberapa perban, yang ia yakin Mira sendiri yang telah melakukannya.

Sedangkan Reva dan Azka datang menghampiri mereka yang ada didepan pintu, "Mira?!" ucap Reva tak percaya dengan apa yang terjadi kepada putri tersayangnya sekarang ini.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Reva menatap beberapa perban yang ada ditangan Mira, ia menatap Mira sendu. Ingin sekali rasanya Reva menangis saat ini, jika boleh memilih, lebih baik kehidupannya yang hancur, dari pada putrinya harus terus seperti ini.

Alden&ElmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang