Hidup bukan tentang seberapa hebat kamu.
Tapi se-berguna apa kamu sebagai manusia.
.....Pojok perpustakaan selalu menjadi tempat favorit bagi anak-anak ambis dan introvert. Karena di sana adalah tempat paling sunyi dan damai yang ada di Bima sakti. Wangi buku-buku usang menjalar dari pojok ke pojok, debu-debu menempel di sekitar rak kayu yang sudah sedikit usang. Terdapat beberapa kursi kayu dan beberapa tikar. Sengaja di sediakan untuk anak-anak yang ingin membaca buku.
Jujur aku sangat tidak menyukai tempat ini. Keadaan di dalamnya menurut ku adalah hal paling aneh. Disini sunyi, bahkan terlampau sunyi sampai-sampai suara dari dalam perutku bisa mengalihkan seluruh atensi dari penghuni perpustakaan.
"Sorry"
Hanya itu yang dapat aku katakan ketika semua pasang mata menatap ku seolah buronan. Demi tuhan ini memalukan!
Jika bukan karena Bu Wati yang menyuruh ku mengantarkan buku pelajaran bekas pagi tadi, aku tidak mau menginjakkan kaki ku di tempat ini. Aku lebih baik berbelok ke kantin menikmati semangkok mie ayam dan segelas es jeruk mang deden.
Tangan ku pegal sejak tadi membawa tumpukan buku ini, menunggu antrian untuk mengembalikannya, suara kipas angin dari dinding yang berputar terdengar begitu keras di tengah kesunyian, tidak ada ac di sini, entah apa alasannya sekolah elit seperti Bima sakti tidak memiliki AC perpustakaan.
Antrian di depan ku kosong, aku maju kemudian di sambut oleh Bu Asti, penjaga perpustakaan yang katanya sih galaknya melebihi guru guru BK.
"Saya mau mengembalikan buku biologi yang tadi pagi di pakai oleh XI IPA 8 Bu." Ucapku sembari menunjukkan buku yang aku bawa.
Ternyata mereka tidak berbohong, aura Bu Asti memang menyeramkan. Sekarang Bu asti menatap ku tajam, seolah aku memiliki salah padanya.
"Silahkan letakkan di lemari B2"
Setiap rak perpustakaan memang memiliki kode masing-masing dengan plang yang di tempel di setiap rak, fungsinya agar memudahkan mencari buku-buku yang akan di gunakan.
Aku mengangguk, kemudian aku menjelajahi rak-rak buku yang tingginya sudah seperti gerbang utama Bima sakti.
F1, F2, F3, B1,
B2 !
Aku akhirnya menemukan rak buku tersebut, dan hendak meletakkannya di sana, aku berjinjit, kenapa rak ini begitu tinggi?
"Gila tinggi banget, ini gimana gue naro bukunya?"
Karena rak buku ini begitu tinggi, aku memutuskan untuk mengambil salah satu kursi, kemudian mulai menyusun buku ini satu persatu.
Setelah selesai aku memutuskan turun, sebelum akhirnya kakiku salah menginjak pijakan kursi yang menyebabkan aku terjungkal kebelakang seharusnya.
Iya seharusnya, karena saat ini aku merasakan ada yang mencengkram lengan ku, seakan menangkap ku saat aku hampir jatuh tadi.
Kakiku gemetar, degup jantung ku menggila, bahkan nafasku menderu hebat. Aku terkejut bukan main.
"Lo gapapa zav?" Ada nada khawatir di vokal suaranya. Aku tersadar kemudian langsung berdiri di hadapannya.
"Eh gue gapapa kok, makasih udah nolongin gue bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI ANGKASA ARIESTYA
Teen FictionKisah kecil tentang arti sebuah luka. Arti sebuah kegagalan, dan arti sebuah kekecewaan. Zaviera Aluna belajar itu semua dari sosok Bumi angkasa Ariestya. Laki-laki dengan sejuta misteri di dalamnya. Laki-laki dengan beribu luka di hidupnya. Laki-la...