Delapan (jalan?)

4 0 0
                                    


1 interaksi hari ini, rasanya lebih lama dari interaksi selama 18 tahun.
.
.

Saat ini sudah jam 5 sore, aku masih bersandar pada sofa balkon kamar lengkap dengan seragam sekolah yang belum aku ganti.

Aku masih memikirkan  ucapan bumi di kelas siang tadi. Entah apa yang akan laki-laki itu lakukan, tapi aku malas untuk sekedar bersiap. Lagian dirinya bukan siapa-siapa yang membuat diriku harus bersiap segala macam.

Hari ini jadwal ku kosong akibat cuti pemulihan, aku kemudian mengambil ponsel untuk membuat story Instagram. Sudah lama aku tidak update media sosial.

Biru kemudian mengirimkan pesan pribadi kepadaku.

Biru katulistiwa
Gue lagi di deket rumah lo abis futsal.
mau nitip sesuatu?

Zaviera Aluna
Eh ga usah bi

Biru katulistiwa
Serius?
Padahal gue lagi di tukang smoothies mangga kesukaan lo

Zaviera Aluna
BISA AJA STRATEGI LO BUAT KESINI BAMBANG!
yaudah mau 1 kaya biasa

Biru katulistiwa
HAHAH SIAPP

Selagi menunggu pesanan smoothies datang, aku memutuskan untuk mandi. Lagian waktu sudah sore yang membuat diriku mau tak mau beranjak dari sofa nyaman ini.

Tak sampai 10 menit, aku sudah selesai berpakaian lengkap dengan kaos oversize putih dan celana pendek. Bertepatan dengan bunyi Bel rumah yang terdengar begitu nyaring.

Aku memutuskan untuk mencepol rambutku dan turun, ada mama di ruang keluarga sedang membaca majalah hariannya. Matanya terlihat mengkerut. Ah pasti ada masalah di dunia entertainment nya itu.

Mama menoleh ketika menyadari aku turun.

"Itu ada Biru dateng."  Beritahunya.

Mama memang mengenal Biru, ya wajar saja aku sudah berteman lama dengan laki-laki itu.  Dan hanya Bumi yang berani mengenal mama. Bahkan mantan-mantan ku sebelumnya tidak ada yang berani. Semenakutkan itu mamaku. Bahkan Aquila dan Amora saja yang notabennya adalah teman dekatku masih sedikit takut.

"Iya tadi udah ngabarin Zavi mau kesini."

Aku membuka pintu, laki-laki dengan kaos hitam dan celana kolor pendeknya itu sudah duduk nyaman di teras rumah sembari bermain ponsel.

Laki-laki itu menoleh ketika aku duduk di depannya.

"Tante Zara mana?" Biru mematikan ponselnya, menatapku sepenuhnya.

Aku berdecak, "lo kesini cuma nanyain mama gue?"

"Dih! Gue kan bertamu ke rumahnya oneng, masa gue ga nyapa beliau sih!" Ucapnya mengetuk keningku. Aku langsung meringis.

"Ish! Pala gue udah di fitrahin, ga usah pegang-pegang."

"Hiperbola! Gimana keadaan lo, udah mendingan?"

Aku menangguk, "Heem, nih tinggal bekas nya doang."  Aku menunjukkan bekas luka yang memang sudah mengering.

"Syukur deh, gue ada beli salep buat hilangin bekas luka, tuh ada di dalam plastik." Kantong kresek berisi makanan dan salep itu di berikan kepadaku, aku langsung mengecek smoothies pesananku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUMI ANGKASA ARIESTYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang