"Ev, lo gantiin gue jualan bisa? Lambung gue sakit." Naruse mengunjungi Eve di penginapannya sambil memegang perut dan wajah tertekuk.
"Hati-hati, Bang Naru. Kayaknya itu gejala."
"Gejala apa?"
"Gejala kemiskinan."
"Diem lo, Sapu ijuk Prindapan!" ancam Naruse sembari menunjukkan kepalan tangan pada Eve.
Itulah sebabnya hari ini Eve yang menjajakan dagangan ke pasar, ditemani oleh Sou. Untungnya, jualan hari ini habis lebih cepat sehingga ia bisa pulang lebih awal pula.
Namun baru setengah perjalanan pulang, langit mendung sudah tak kuasa menahan beban hidupnya, hujan pun turun.
Eve mempercepat dorongan gerobaknya dan segera berteduh. Mereka menemukan rumah yang di pintu gerbangnya tertulis 'AWAS ANJING'.
"Santai aja dong, kasar banget ngatainnya," gerutu Eve ketika membaca tulisan tersebut. Diturunkan Sou dari gerobak agar berdiri di dekatnya lalu membalutkan jaket ke badan anak itu agar tak kedinginan.
"Sebentar, aku coba cari payung, siapa tau ada di gerobak."
"Uh! Uh!" Sou menarik-narik celana Eve. Ingin mengajak bermain hujan-hujanan.
"Kenapa, Sou?" Eve masih sibuk mengubek isi kerdus di dalam gerobak.
"Uh, hu ... uh!" Sou merentangkan tangannya yang basah lalu menepuknya, dan terkekeh kala air hujan itu menciprat ke wajah. Sekali lagi, ia menarik Eve, terlalu kuat sampai genggaman tangannya terlepas dan ia pun terjungkal.
"Ya ampun ... Sou ...."
Sou terduduk di atas tanah dengan buliran air hujan membasahinya. Senyum anak itu merekah, memamerkan barisan gigi susunya, menepuk tangan juga kepalanya yang basah, mendongak, membuka mulut, membiarkan air hujan masuk ke mulutnya.
Eve segera memayungi Sou dan membantunya berdiri. Anak itu langsung berlari-lari, menikmati bermain air hujan.
Memilih membiarkan. Tapi mau tidak mau, sembari memegang payung, Eve terus mengikuti Sou, memayunginya, kemana pun Sou berlari.
"Percuma pake payung," gumam Eve dengan tatapan datar saat melihat tingkah Sou. Kali ini anak itu malah rebahan di tanah, melakukan gerakan tangan dan kaki layaknya sedang terbang.
"KYA!" Teriak Sou memekik telinga Eve yang berjongkok di sebelahnya dengan masih memegang payung. Diikuti dengan tawa, ia menggambil segenggam tanah dan menepuknya di atas lengan Eve.
"Ish ... Sou ...."
"Wah ... bahagia sekali kalian, ya."
Eve mendongak, sedikit diangkat payungnya agar terlihat sosok yang barusan menegurnya.
"Kalian! Mengikutiku sampai sini?!" ucap Eve pada seorang laki-laki bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam bermotif awan merah. Orang yang waktu itu berada di sekitar komplek.
"Bro, bokap lo itu pengusaha sukses! Kenapa lo malah jualan buah. Nggak malu?!" sungut pria tersebut. Ia tidak sendiri, ditemani dua pria lain dengan pakaian senada.
"Ngapain jual buah malu? Yang harusnya malu itu tukang bangunan."
Jawaban Eve membuat ketiga pria itu saling pandang, mengangguk satu sama lain.
"Bener juga. Penjual buah, kan, nggak malu. Dia jual buah, bukan bangun rumah."
"Bentar. Kok gue loading ya?" sahut pria satunya.
"Maksud Eve tuh malu, memalu! Pakai palu buat nancepin paku ... ke pala lo!" jelas pria yang tampak seperti bos diantara ketiganya. Kemudian ia memberikan kode agar mereka menangkap Eve.
KAMU SEDANG MEMBACA
『𝕸𝖞 𝕲𝖚𝖆𝖗𝖉𝖎𝖆𝖓 𝕬𝖓𝖌𝖊𝖑』 ✔ 𝙴𝚟𝚎𝚂𝚘𝚞
Fanfiction[[INI RECEHAN]] 13+ [Brothership, Psychological, Comedy] Eve adalah pemuda yang kekurangan zat empati dan simpati. Tak akan segan mendebat siapapun, baik orang tua atau muda, miskin atau kaya. Sangat perhitungan terhadap apa pun yang berkaitan denga...