Senandung kecil terdengar di taman belakang rumah. Tanaman, dan bunga-bunga disana sedang menikmati air sejuk yang memercik keras
Gulf sedang berada dalam suasana hati yang baik ketika bunga-bunga yang telah ia tanam bersama Mew tumbuh dengan indah
Hingga...
Prang!
Suara pecahan kaca terdengar nyaring dari dalam rumah
Gulf segera mengeceknya
Mulutnya secara otomatis terbuka dengan mata penuh amarah melihat sebuah bingkai foto yang tadi masih terpanjang rapih kini berubah, menjadi puing puing tajam di lantai. Yang tersisa dalam keadaan utuh hanyalah foto milik Axel
Bahkan, Axel sebagai pelaku dari kerusuhan ini sama sekali tidak memperdulikan eksistensi sang Ibu. Ia tetap melanjutkan acara 'marahnya'
"Kenapa Phi tidak mau mendengarkanku?! Aku tidak suka kau berteman dengan Liam!"
Pembahasan itu lagi?!
Gulf lelah melihat Axel yang terlalu posesif pada kakaknya. Sialan! Ia hanya takut jika Steve tertekan dan memilih kabur dari rumah
Steve mengacak rambutnya frustasi "Kau tidak harus membanting sesuatu saat sedang kesal!"
"Tapi kau memancing emosiku!"
"Dengarkan baik-baik. Liam adalah teman baikku. Untuk apa aku harus menghindarinya?" Steve mengembalikan fokusnya kembali pada buku yang ia baca
Axel terdiam cukup lama sebelum melenggang pergi meninggalkan mereka dengan marah
Gulf menatap kepergian anaknya yang baru saja membuat drama yang sama sekali tidak berkesan. Entah sampai kapan ia harus melihat pertunjukan seperti ini
"Kapan aku salah mendidiknya?"
Gulf bergumam. Ia beralih pada tempat dimana serpihan kaca itu berhamburan dan segera membersihkannya
Steve yang melihat pemandangan itu segera beranjak dan membantu Gulf
"Biarkan aku saja yang membersihkannya. Bukankah Mommy memiliki pekerjaan lain?"Gulf menggeleng dan tersenyum "Anak baik. Tidak perlu membantuku. Aku tidak memiliki aktivitas apapun"
"Tidak apa-apa. Ini akan lama jika Mommy membersihkannya sendiri"
Gulf menepuk-nepuk kepala Steve. Setidaknya, anak ini begitu tenang, pengertian dan penurut. Berbeda jauh dengan Axel yang sama sekali tidak memiliki sopan santun itu
"Steve"
"Um?"
"Jangan risih oleh sikap Ax. Dia masih anak-anak dan belum mengerti banyak hal"
Steve tersenyum "Aku tidak risih. Hanya kadang merasa kesal jika ia membuat kerusuhan"
Gulf mengangguk. Untung saja Steve tidak menanggapi dengan buruk
..。◕◕。..
Gulf menutup pintu kamar dengan tidak sabar menyebabkan orang lain yang sedang berada di dalam kamar segera berbalik
"Kau kenapa?"
"Anakmu benar-benar membuatku muak!"
Mew mengernyit bingung. Tiba-tiba otaknya nge-blank "Anakku? Anakku yang mana?"
"Hey, bodoh! Kenapa kau bertanya seperti itu?! Apakah diluar sana kau juga memiliki anak dengan orang lain?! Berapa anakmu?!"
Mew segera menggeleng sebagai pembantahan "Maksudku... Steve, Aisla, atau..."