Suara langkah dari dua pasang kaki menggema di sebuah lorong sekolah dasar karna terburu-buru menghampiri ruang bimbingan konseling. Gulf langsung menebak bahwa wanita yang berjalan di depannya adalah wali dari anak lain yang sedang bermasalah dengan Axel
Atmosfer menjadi sangat dingin ketika Gulf masuk di ruangan sisi kantor. Aura wanita yang terlihat marah itu membuatnya emosi, juga wajah sangar dari guru BK yang tidak mempengaruhi Gulf sama sekali
Mereka dipersilahkan duduk di sofa yang tersedia
"Sebelumnya, maaf jika saya mengganggu waktu kalian untuk mengundang wali kedua siswa kemari. Namun seperti yang telah kalian ketahui, Ezar dan Axel telah melakukan pelanggaran berupa keributan di halaman belakang sekolah"
"Anakku bukan orang yang suka mencari masalah" Wanita yang terlihat percaya diri itu tiba-tiba membela anaknya yang secara otomatis menyalahkan Axel sebagai penyebab utama
Netra Gulf beradu pandang cukup lama dengan wanita itu sebelum Gulf menatapnya secara keseluruhan dengan tatapan rendah
Gulf menatap Axel dan bertanya dengan santai "Mengapa kalian bertengkar?
"Dia mengacungkan jari tengah tanpa alasan yang jelas. Seperti sebuah sampah yang bergerak dibawa angin begitu saja dan menyebarkan bau busuk"
"Bahasanya sangat tidak sopan. Aku bisa langsung mengetahui bahwa siapa yang memang memulai pertengkaran fisiknya terlebih dahulu" Ibu dari Ezar menatap Axel dengan cara yang rendah
Gulf mengabaikan perempuan itu dan menepuk bahu putranya "Memang bukan kau yang memulainya"
"Tapi Ezar masih anak-anak. Dia tidak mengerti apapun tentang hal-hal seperti itu" Wali dari Ezar kembali mengajukan protes
"Dan putraku juga masih anak-anak, namun dia mengerti makna buruknya. Maka dari itu emosinya terpancing"
"Tetap saja, anakmu yang memulai untuk berkelahi"
Gulf merotasikan matanya dengan malas sebelum melipat sebelah kakinya diatas kaki lainnya "Berapa usia anakmu, Nyonya? Tujuh tahun, bukan? Dan ia telah berani mengintimidasi anak seusianya dengan cara yang sangat tidak berpendidikan seperti itu" Gulf tetap bersikap tenang
"Tapi anakmu lah yang pertama kali memukulnya!"
"Tidak" Gulf membantahnya "Dia hanya mendorongnya karna merasa telah ditantang. Yang pertama memukulnya adalah anakmu sendiri
"Kenapa kau sok tahu?!" Jelas Ibu Ezar tidak terima dan segera berteriak tanpa memperdulikan eksistensi Guru BK yang masih duduk disana menyaksikan mereka
"Aku tidak akan membela putraku jika ia memang salah. Namun aku telah meminta rekaman CCTVnya. Jadilah orang tua yang cerdas untuk menyikapi sikap anak-anak yang seperti ini atau kau akan malu sendiri"
Wajah perempuan itu memerah dengan perasaan campur aduk, didominasi oleh rasa malu
"Mohon perhatikan pergaulan putramu, nyonya" Gulf memberikan pesan ini. Andai saja wanita itu tidak langsung menuduh Axel, ia tidak akan mengungkapkannya secara kasar... namun ia sendiri yang memulainya. Maka dari itu, Gulf tidak ingin menyembunyikan apapun
..。◕◕。..
"Mom" Axel memanggil Mommynya yang berada di sebelahnya
Gulf memberikan tatapannya pada Axel dengan raut bertanya
"Apakah Mommy marah?" Axel bertanya dengan penuh rasa khawatir karna Mommynya belum mengajaknya berbicara sejak mereka meninggalkan ruangan BK
Gulf menggeleng pelan "Mengapa Mommy harus marah saat kau telah melakukan tindakan yang benar? Kau hanya membela dirimu"