ALGIAN 3

574 133 172
                                    

bantu follow

jangan lupa vote

happy reading
°
°
°
°
°

"Kenapa?" tanya seorang lelaki berjaket hitam kepada lelaki dengan wajah segar yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"L-LO?! KENAPA BISA ADA DISINI?!" pekik Algian, dia merasa terkejut dengan keberadaan Garel yang sudah duduk anteng disofa kamarnya. Sebenarnya sudah biasa, tapi Algian masih saja terkejut dengan keberadaan mendadak dari cowok itu.

"Udah izin sama Papa!" balas Garel ketus.

Garel sudah lama berteman dengan Algian, untuk panggilan Papa, Aska sendirilah yang menyuruhnya, dia sudah menganggap Garel seperti putranya sendiri. Algian tidak marah, untuk apa juga dia marah, dia sendiri juga sudah menganggap Garel seperti saudaranya.

Awalnya Garel memang tidak terbiasa dengan panggilan itu, sedari kecil dia hanya tinggal bersama kakek dan neneknya. Hingga dimasa-masa sekolah dasarnya dia menjadi bahan bullyan karena dikenal dengan anak yang lahir tanpa kedua orangtua.

Algian kecil yang sudah merasa tidak tenang dan ingin meledak melihat respon Garel kecil yang hanya diam menanggapi hinaan teman kelasnya memutuskan untuk melawan setiap orang yang berani menyakiti lelaki kecil itu. Pertemanan mereka dimulai saat itu juga.

"Cowok kok penakut, jangan diem aja kalau dijahatin!"

"Garel diam bukan berarti Garel penakut."

"Gak ada! situ cemen dimata Gian."

Kembali lagi ke Algian.

Algian hanya ber-oh-ria menanggapi ucapan Garel, kemudian dia berjalan mendekat kearah sofa. Dengan tangan yang berkacak pinggang dia berdiri dihadapan Garel. Algian menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?" tanya Algian.

Garel terkekeh hambar. "Gue duluan bodoh!" sentaknya.

Algian mengerutkan dahinya. "Duluan apa?"

Garel hanya menghembuskan napasnya pasrah. Padahal dia duluan yang bertanya, bukan menjawab tapi temannya ini malah balik bertanya kepadanya. Fyuhh susah sekali dengan si kampret ini.

"Lo kenapa bodoh?!" Algian merasa geram dengan sifat teman cemennya ini.

"Lo yang kenapa blo'on!"

"Anjing lo!" Algian beralih duduk disebelah Garel. "To the point!" titahnya.

Garel datang ke sini memang dengan alasan, tidak mungkin tanpa alasan. Dari sekolah, jam istirahat sampai jam pulang tadi Algian lebih banyak diamnya. Dia merasa lelaki ini sedang dilanda pikiran sempitnya. Sebab itu, malam ini dia memutuskan untuk datang kerumah Algian.

"Ada masalah?"

"Gak."

"Bohong."

"Enggak, cuman gak jujur aja."

Garel spontan menoyor sisi kanan kepala Algian. "Bohong namanya bodoh!"

ALGIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang