Bab. 1

3.3K 141 7
                                    

Apa hal yang menyenangkan saat kita mempunyai saudara kembar selain memiliki wajah yang sama? Banyak hal, banyak sekali. Kita bisa saling berbagi cerita, saling memahami tanpa harus repot-repot menjelaskan, bahkan terkadang mereka memiliki bahasa yang hanya si kembar ketahui. Karena itulah yang Haechan rasakan, sekalipun saudara kembarnya adalah perempuan, Hina adalah sosok yang menyenangkan. Dia gadis yang kuat, bahkan sosok yang selalu melindungi Haechan.

Ini terbalik. Seharusnya, ia sebagai seorang Kakak -yang lahir empat menit lebih awal, dan juga tentunya seorang pria, yang memang sudah kewajibannya untuk menjaga kaum yang lemah -perempuan, termasuk adiknya, Lee Hina.

"Walaupun aku adikmu, tapi dari pada kau, aku lebih ahli dalam berkelahi"

Itu yang Hina katakan kenapa ia suka sekali menantang orang-orang yang suka mengganggu Haechan, gadis itu bahkan hampir pernah patah tulang karena melindunginya.

Bodoh. Itulah yang Haechan katakan ketika panik melihat Hina tidak sadarkan diri.

Kejadian itu sudah empat tahun berlalu, dan sudah sejak saat itu pula ia tidak bertemu Hina. Gadis itu pindah ke Beijing bersama Nenek mereka. Ibunya berkata jika Hina harus dijauhkan dulu dari Haechan agar ia tidak selalu membuat dirinya dalam bahaya karena terus melindunginya.

Hina menolak, namun mengingat sang Ibu juga berkata jika Neneknya kesepian di Beijing setelah kepergian Kakek mereka, akhirnya Hina terpaksa setuju.

Mereka berpisah, Haechan sedih tentu saja. Namun sang Ibu, ia terlihat biasa saja. Wanita paruh baya itu justru lega karena jika di Beijing Hina tidak akan berkelahi lagi, ucapan yang paling tua memang tidak bisa dibantah! Maksudnya, Hina tidak akan membangkang jika Neneknya yang meminta.

Hubungan mereka tetap baik walau jarak memisahkan mereka. Haechan kembali melajutkan hidupnya hingga akhirnya bertemu Mark saat ia memasuki Senior High School.

Kenyataan pahitnya adalah, Haechan gay. Dan tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri.

Ia menyukai Mark -iya, Mark Lee. Sahabatnya.

"Apa? Hina akan pulang ke Seoul?"

Haechan senang, siapa yang tidak bahagia jika mendengar saudara kembarmu yang sudah empat tahun tidak kau temui datang kembali?

Seperti apa Hina sekarang?

Apa dia semakin cantik? Apa sikapnya masih bar-bar? Atau- ia sudah berubah?

Haechan tidak tahu, jika kehadiran Hina justru awal dari kehancuran hidupnya.

***

"Mark!"

Mark menoleh ketika melihat Haechan berlari kearahnya, pemuda itu tersenyum kecil sebelum kembali melempar bola basketnya dan masuk melewati ring.

Haechan terengah, mengelap keringatnya karena berlari. Mark menggeleng, Haechan selalu begini- terlambat, tapi dari pada memarahi Haechan, Mark lebih memilih berjalan mendekatinya sambil membawa sebotol air mineral.

"Telat seperti biasa" ucap Mark setengah menyindir, Haechan merengut, merebut botol air mineral ditangan Mark sebelum meminumnya dengan rakus "Pelan-pelan Haechan, nanti kau-"

"Uhuk!"

"-Tersedak"

Nah, kan? Selain selalu telat, Haechan juga ceroboh dan tidak sabaran. Mark mengacak pelan rambut Haechan, sementara pemuda Lee itu meringis kecil karena sebagian air yang diminumnya masuk kedalam hidung.

"Gara-gara kau, aku jadi berkeringat lagi" Mark mengusak rambutnya yang lepek karena keringat, sepertinya ia harus keramas lagi nanti.

Haechan menatapnya tanpa berkedip, hanya seperti itu, hanya gerakkan sederhana, sudah membuat jantungnya menggila. Haechan menekan dadanya, lalu menggelengkan kepalanya.

𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang