Bab. 6

820 93 4
                                    

Haechan masuk kedalam kelas ketika jam pelajaran kedua dimulai. Beruntung saat itu guru yang mengajar belum memasuki kelasnya, membuat Haechan dapat masuk begitu saja tanpa hambatan.

Pemuda itu menunduk, mengabaikan beberapa teman sekelasnya yang menatapnya penasaran. Dalam pikiran teman-teman sekelasnya, pasti mereka menganggap Haechan terlambat. Dan itu tentu saja cukup aneh, mereka semua tahu jika Haechan adalah yang paling rajin dikelasnya setelah Renjun, catatannya bahkan bersih dari kata terlambat ataupun pembuat onar disekolah.

Memilih mengabaikannya, diam-diam Haechan malah melirik kearah tempat duduk Mark yang tampak kosong. Ia mendesah pelan,

'Apa dia membolos? Lagi?'

Memalingkan wajahnya, Haechan berjalan kearah tempat duduknya. Disana, Renjun sudah sedari tadi menatapnya dengan tajam. Perubahan Haechan terlalu jelas untuknya, dan pemuda itu mengerti, Haechan pasti memiliki masalah.

"Hai, Renjun" sapa Haechan dengan senyuman. Namun mata sembabnya itu jelas tidak dapat menipu Renjun. Alih-alih membalas sapaan Haechan, Renjun malah melipat tangannya didepan dada, menatap Haechan penuh selidik.

"Dari mana? Kupikir kau ikut membolos bersama Mark" ucapnya dingin. Haechan meletakkan tasnya diatas meja.

"Terlambat. Kau lihat sendiri aku baru datang" jawab Haechan tanpa menatap Renjun. Ia berharap Renjun akan diam dan tidak menanyakan apapun lagi. Tapiㅡ tidak, tidak semudah itu untuk membuat Renjun tutup mulut.

"Kau tidak pernah terlambat"

"Sekarang aku terlambat"

"Kau bohong"

Haechan menghela nafasnya.

"Jika kau ada masalahㅡ kau bisa bercerita padaku" jelas Renjun melembutkan ucapannya.

"Tidak ada, Renjun. Tadi Guru Yoon membahas apa? Aku pinjam catatanmu" Haechan kini sibuk mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis dari tasnya. Renjun masih diam menatapnya, Haechan tidak akan kuat memendam ini sendirian, ia tinggal menunggu saja Haechan mengatakan semuanya.

"Kau tahuㅡ aku sangat mempercayaimu" ucap Renjun, Haechan menghentikan kegiatannya senejak. Walaupun tidak menatapnya, Renjun tahu Haechan mendengar dan menyimak ucapannya dengan baik.

Haechan meremas tas miliknya.

"Karena aku sangat percaya padamuㅡ Kuharap, kau juga bisa mempercayaiku"

Remasan tangan Haechan pada tasnya melonggar. Apa Renjun tahu? Apa ia memahami perasaannya? Melihatnya dengan jelas? Kalau memang begitu, kenapa Mark tidak bisa merasakan perasaan tulusnya? Kenapa justru Renjun yang mengerti dirinya?

Haechan melirik kearah Renjun, mata sembabnya hampir kembali berair.

'Bisakah aku mempercayaimu?'

>>>

Haechan membereskan bukunya dengan cepat. Renjun sudah pulang lebih dulu karena lagi-lagi ia ada urusan dengan Ibunya. Katanya mereka mau pergiㅡ entah kemana. Setelah selesai, Haechan melirik kearah tempat duduk Mark yang kosong. Kelas memang sudah berakhir hari ini. Sesuai janji Mark, pemuda itu akan mengajaknya untuk ketoko kue langganannya, namun dia memilih pergi lebih dulu untuk menghampiri Hina dikelasnya.

Haechan mendesah, ia pikir ia akan kabur saja dan langsung pulang kerumah. Moodnya benar-benar semakin buruk jika ia ikut ketoko kue bersama Mark dan Hina, dan karena Mark sudah duluan, Haechan akan pulang secara diam-diam. Jika saja Renjun bisa ikut, mungkin Haechan akan berpikir ulang karena well, bagaimanapun tempat yang akan mereka kunjungi adalah toko kue favoritnya.

𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang