"Bagaimana menurutmu, Apa sekolah barunya menyenangkan?" Haechan melirik Hina yang saat ini sedang meminum cokelat hangatnya. Hina melirik Haechan, menyelipkan anak rambutnya ke telinga, gadis itu tersenyum kecil.
"Sangat menyenangkan. Kupikir aku akan dikerjai atau paling parah di bully, tapi— ternyata tidak"
"Kau pikir ini di drama" Haechan mendengus, Hina tertawa.
"Aku bertemu Karina. Dia teman pertamaku dikelas, kau tahu? Dia gadis berisik dan cerewet"
"Sama sepertimu"
"Dia lebih berisik, kau harus tahu itu" Hina meniup uap yang keluar dari mug cokelat hangatnya "Lalu teman-temanmu, mereka lucu sekali" Hina tertawa lagi.
Haechan meliriknya sekilas.
"Siapa?"
"Renjun dan— Mark" mata Hina menyipit lucu karena tersenyum. Haechan ikut tersenyum, menatap mug miliknya sambil mengetuk-ngetuk kuku jarinya diatas meja.
"Kau benar— Mark memang lucu"
Hina menatap kearah Haechan, menatap wajah pemuda mungil itu yang tampak tersenyum kecil. Ia terlihat bahagia, Hina terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan tatapannya.
"Haechan— kau sudah punya kekasih?"
Haechan mendongak, ia menatap Hina dengan tatapan tidak fokus— gugup. Dengan ragu, Haechan tersenyum paksa sambil menggeleng kecil.
"Benarkah? Kupikir kau sudah memilikinya"
Haechan tidak menjawab. Ia hanya berdehem pelan, lalu beralih menatap Hina.
"Bagaimana denganmu? Kau memilikinya?"
Hina tersenyum sendu. Dan Haechan tahu ia sudah kembali membuka luka lama milik adiknya itu.
"Maaf, aku tidak—"
"Kami sudah berakhir" Hina menatap jendela dibelakang tubuh Haechan, tatapannya menerawang jauh. Tubuhnya memang berada didepannya, tapi pikirannya terbang entah kemana.
"Tidak apa-apa, aku yakin kau bisa menemukan yang lebih baik" Haechan meraih tangan mungil Hina dan menggenggamnya erat. Gadis itu mengalihkan tatapannya pada Haechan lalu tersenyum kecil, memandang jemari lentik Haechan yang menggengam tangannya.
"Ibu sungguh mewariskan jari-jari lentiknya padamu" Hina terkekeh kecil, memainkan jari-jari Haechan yang sedikit lebih besar darinya.
Haechan tersenyum, memandang jari-jari Hina yang juga tak kalah lentik, apalagi dengan cat kuku berwarna peach miliknya, menambah kesan indah pada jari-jari kurus miliknya.
"Aku ingin memakaikan cat kuku pada kukumu, bagaimana?" Hina mengerling jahil, Haechan mendelik dan menarik tangannya dari jangkauan Hina, membuat gadis itu tertawa.
"Kau pikir aku perempuan!"
"Aku yakin sekali kukumu akan lebih cantik dari milikku"
"Omong kosong!" Haechan mendengus sebal. Hina mengangkat bahunya, masih tertawa dengan geli sebelum meminum cokelat hangat miliknya lagi.
"Haechan, bagaimana kalau kita pergi ke starbucks?" Tanyanya tiba-tiba.
"Perutmu tidak kenyang? Kita baru saja makan dan minum cokelat hangat ini" Haechan mengangkat mug cokelat hangatnya yang sudah tinggal stengah. Hina mencebik, menatap Haechan dengan tatapan memelasnya seperti biasa.
Ah, Haechan sudah lama tidak melihat tatapan anjing terbuang milik Hina, dan melihatnya lagi kali ini membuat Haechan tidak tega.
"Baiklah"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]
Fanfiction[MARKHYUCK] ⚠️ FULL CERITA ADA DI TRAKTEER, CEK BIO BUAT INFO. Apa yang lebih menyakitkan ketika sosok yang kau cintai ternyata menyukai Saudaramu sendiri? MarkHyuck with Hina.