Bab. 9

897 96 32
                                    

"Hina"

"Ya?"

Hina menoleh, ia melirik Mark yang berada disampingnya. Saat ini, mereka berdua duduk bersama dibangku taman kota. Didepan mereka banyak anak-anak kecil yang sedang bercanda satu sama lain, mereka saling mengejar sambil tertawa dengan keras.

Mark berdehem, ia menatap wajah Hina yang terlihat cantik hari ini. Rambut sewarna almond miliknya bergoyang pelan karena tertiup angin.

"Kau tahu, bagimuㅡ mungkin ini terlalu cepat" Mark tersenyum kecil, tangannya meraih jemari Hina sebelum menggenggamnya dengan erat.

Hina tersentak. Mendapati jantungnya menggila, wajahnya memerah dengan sendirinya. Gadis itu bisa merasakan tekstur tangan Mark yang kasar namun hangat dan iaㅡ jujur saja menyukainya. Hina tidak bodoh, ia pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya, tapi tidak pernah sampai mendebarkan seperti ini. Rasanyaㅡ jantungnya seperti ingin melompat keluar dari tempatnya.

"Hina, I thinkㅡ" Mark membasahi bibir bawahnya, ia meremas dengan lembut jemari lentik milik Hina "ㅡI love you" lanjutnya.

***

Haechan memanggang daging dengan campuran timun, kentang dan paprika. Sesekali ia mengoleskan daging itu dengan bumbu barbaque. Tiba-tiba, Hina datang, ia menarik lengan Haechan untuk duduk dibangku panjang yang berada ditaman samping rumah mereka.

"Kenapa sih?" Haechan mengerutkan keningnya, ia menatap Hina yang saat ini memandangnya dengan senyum lebar.

"Aku mau memberitahu sesuatu" Hina menggigit bibir bawahnya. Tangannya saling memilin satu sama lain, ia mendekatkan wajahnya pada telinga Haechan lalu berbisik pelan.

"Akuㅡ pacaran dengan Mark"

Haechan mengubah raut wajahnya menjadi tanpa ekspresi. Ini bukan hal mengejutkan, bukan? Ya, seharusnya begitu. Haechan seharusnya tahu jika kejadian seperti ini akan datang cepat atau lambat, seharusnya ia terbiasa, seharusnya ia sudah siap, tapiㅡ tidak. Haechan tidak menyangka jika mereka akan menjalin hubungan secepat ini.

"Diaㅡ ah, aku malu" Hina menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Haechan terdiam, tangannya meremas celana miliknya dengan pelan.

Tidak adakah sedikit kebahagian berpihak padanya?

>>>

Malam itu, semua keluarga Lee sedang bersuka cita. Karena sosok kepala keluarga yang mereka rindukan, sosok keluarga yang sudah dua bulan yang lalu tidak pulang kerumah, saat ini berada dihadapan mereka.

Mama Lee menyambut kepulangan suaminya dengan bahagia, mereka berpelukan satu sama lain. Sementara Haechan dan Hina memandang keduanya dengan senang. Tatapan sang Ayah melirik pada Hina dan Haechan, tangannya terangkat dan memeluk kedua anak kembarnya. Matanya melirik Hina yang sejak empat tahun lalu tidak pernah ditemuinya.

Gadis itu tumbuh dengan baik, wajahnya cantik seperti istrinya.

"Ayah, aku merindukanmu. Sangat" Hina memeluk erat sang Ayah, Haechan mencoba melepaskan pelukkan sang Ayah, mengisyaratkan sang Ayah untuk balas memeluk Hina, ia tahu mereka butuh waktu berdua karena sudah lama tidak bertemu

Haechan berbalik, memilih fokus dengan jagung bakar dihadapannya. Tanpa sadar, ia terisak pelan. Ini memalukan, ia pria dan pria tidak semestinya bersikap lemah seperti ini. Haechan menangis, bukanㅡ ia bukan menangis karena terharu melihat Ayahnya tengah berpelukan dengan Hina.

Ia menangis karena menyadari betapa bodohnya ia saat ini. Pada akhirnya, perasaan sialan ini yang menyakitinya, yang membuat dadanya terasa sesak. Haechan benci, jika bisaㅡ ia ingin membunuh perasaan ini. Tapi tidak bisa, Haechan tidak bisa melakukannya.

𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang