"Ibu, aku akan pergi kerumah Renjun hari ini"
"Hm, hati-hati. Pulang jam berapa?"
Haechan mendengus pelan, ia bahkan belum pergi. Tapi Ibunya sudah menanyakan kapan ia akan pulang? Yang benar saja!
Menyadari tatapan putranya, wanita paruh baya itu tersenyum kecil. Ia membalikkan tubuhnya yang tadinya memunggungi Haechan.
"Kau tidak pergi dengan Hina?"
"Dia mungkin mempunyai acara sendiri dengan temannya"
"Kalian sudah lama tidak bertemu, tidakkah kalian ingin menghabiskan waktu bersama? Jalan-jalan seharian, mungkin?"
"Kami bahkan bersama hampir dua puluh empat jam. Ibu, kita bahkan tinggal satu rumah" ucap Haechan, ia memang merindukan Hina, namun keberadaan gadis itu yang cukup dekat dengannya (Maksudnya karena mereka tinggal serumah) itu sudah lebih dari cukup. Kadang, Ibunya ini berlebihan. Ia pergi kerumah Renjun untuk belajar, namun Ibunya malah menyuruhnya pergi dengan Hina untuk bersenang-senang.
Mereka berada ditingkat akhir, seharusnya Ibunya menyuruhnya untuk lebih giat belajar, bukan malah sebaliknya.
"Ibu pikir kalian membutuhkan itu untuk lebih mengakrabkan diri"
"Kami sudah lebih dari akrab"
Wanita itu tertawa pelan, sejujurnya ia sedikit tidak mengerti dengan jalan pikiran putranya ini, disaat anak lelaki seusianya lebih senang bermain dibandingkan belajar, tapi Haechan malah sebaliknya.
"Ibu senang kau selalu mengutamakan pendidikkanmu. Tapi Ibu penasaran, apa kau sudah punya pacar?"
Mata Haechan melebar. Ia membuat gerakkan tubuhnya setenang dan sesantai mungkin.
"Aku tidak punya"
"Yang benar? Kau tampan begini masa tidak ada yang melirikmu?"
"Ibu, hentikan!" Haechan mulai mendengus kesal. Ia tidak suka topik pembicaraan ini, lebih tepatnya ia terlalu sensitive. Wanita itu tidak tahu jika putranya memendam masalah yang sangat menyulitkannya.
"Baikah, mungkin lain kali" Wanita itu mengerling pada Haechan "Lalu bagaimana dengan Hina? Apa kau tahu dia memiliki pacar?"
"Dulu, dia bilang saat masih di Beijing ia memilikinya. Tapi sekarang hubungan mereka sudah berakhir"
"Oh, benarkah? Kenapa? Hina tidak mengatakan apapun pada Ibu"
"Kenapa? Tentu saja karena Hina harus kembali ke Seoul"
"Sayang sekali, pantas saja Hina menanyakan apa kita akan berkunjung ke Beijing lagi waktu itu" ucapnya, ia teringat ucapan putrinya itu tempo hari "Padahal mereka bisa berhubungan jarak jauh, ini sudah modern, internet dimana-dimana" lanjutnya.
Haechan mendelik.
"Ibu, hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama"
"Kenapa begitu?"
"Peluang mereka untuk saling selingkuh sangat besar!"
Sang Ibu mengerutkan keningnya.
"Bukankah itu tergantung orangnya? Jika mereka baik dan saling percaya, hubungan mereka pasti lancar-lancar saja"
Haechan menuangkan air dalam gelas sebelum meminumnya dua kali tegukkan.
"Masalahnya tidak ada orang baik yang tak pernah melakukan kesalahan. Sebaik apapun orangnya, setidaknya mereka pasti pernah berbuat dosa" jelas Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]
Fanfiction[MARKHYUCK] ⚠️ FULL CERITA ADA DI TRAKTEER, CEK BIO BUAT INFO. Apa yang lebih menyakitkan ketika sosok yang kau cintai ternyata menyukai Saudaramu sendiri? MarkHyuck with Hina.