Bab. 10

1.4K 135 33
                                    

Haechan mengerutkan kening dalam tidurnya, ia menggelengkan kepalanya dengan gelisah, keringat dingin mengalir turun dari pelipisnya. Tangannya meremas sprai, sebelum akhirnya mata itu terbuka dengan lebar. Haechan terengah, pemuda itu panik ketika mendapati bahwa ia tidak bisa melihat cahaya sedikitpun dari matanya.

Ini gelap.

Terlalu gelap.

Dan Haechanㅡ ia benci kegelapan.

Tangannya meraba, apapunㅡ apapun yang bisa disentuhnya. Ia mendapati sebuah lengan seseorang berada disampingnya, Haechan meremas lengan sosok itu tanpa sadar karena ketakutan. Sosok disampingnya mengerang karena merasa tidurnya terganggu.

"Apa yang kau lakukan?"

Haechan tekejut saat mendengar suara berat disampingnya, ia menolehㅡ namun kegelapan menghalangi penglihatannya.

"T-Tolong nyalakan lampunya" bisiknya pelan.

Terdengar decakkan pelan dari sosok disampingnya, Haechan langsung menjauhkan tubuhnya, tangannya saling bertaut satu sama lain. Ia bisa merasakan ranjang yang ditempatinya bergerak, sebelum akhirnya cahaya terang lampu menyerang retina matanya.

Mata Haechan menyipit karena datangnya cahaya yang tiba-tiba.

"Kenapa kau harus bangun tengah malam begini? Kau tahu, aku butuh tidur karena aku hanya tidur beberapa jam dipesawat" sosok itu berdiri didepan ranjang yang diduduki Haechan, tangannya terlipat didepan dada.

Haechan mendongak, menatap seseorang yang berada dihadapannya. Matanya membulat terkejut saat melihat wajah sosok itu yang tidak asing untuknya. Walau saat itu ia hanya melihatnya dari foto, walau saat ini rambutnya berubah warna menjadi hitam pekat, tapi Haechan tahu, ingatannya tidak mungkin salah. Diaㅡ Lee Jeno, mantan pacar Hina.

"Kauㅡ"

Jeno menatap Haechan dengan lurus, dari reaksinya, Jeno tahu jika Haechan sudah tahu tentangnya. Dari jarak sedekat ini, Jeno bisa menilai jika Haechan sangat mirip dengan Hina. Walaupun kenyataannya mereka berbeda gender, tapi dengan wajah bersih tanpa bulu halus diwajahnya membuat Haechan tampak seperti Hina.

Sial!

"Tidurlah"

"Kau Jiénuò? M-Maksudkuㅡ Kau Jeno? Lee Jeno?"

"Ya" Jeno membungkukkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Haechan. Ia hampir saja berhalusinasi jika dihadapannya adalah Hina.

"K-Kenapaㅡ"

"Tutup mulutmu. Kita bicara besok" Jeno kembali menegakkan tubuhnya. Ia berjalan memutari ranjang sebelum kembali membaringkan tubuhnya disamping Haechan yang masih duduk diam ditempatnya.

Kenapa ia bisa disini? Setahunya ia akan pergi kerumah Renjun, laluㅡ

"Ah.." Haechan menunduk, memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

"Kau benar-benar keras kepala" suara Jeno terdengar lagi. pemuda tampan itu mendudukkan tubuhnya disamping Haechan, mengamati Haechan yang tampak kesakitan. Haechan menoleh kearah Jeno, pandangannya menyipit dengan tajam.

"Kauㅡ yang menabrakku?"

"Aku tidak menabrakmu"

"Kau menabrakku! Sudah jelas kau menerebos lampu merah!" Haechan menatap Jeno marah. Seharusnya ia sudah bertemu Renjun dan mencari apartemen saat ini, bukannya malah terdampar disni. Orang tuanya pasti khawatir, Haechan ingat karena ia belum sempat memberi tahu kemana ia akan pergi.

𝗣𝗹𝗮𝗶𝗲𝘀 [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang