satu

1K 100 5
                                    

Lisa berdiri tepat berada di pintu masuk rumah megah yang akan menjadi ladang cuannya nanti. Kata ibu bosnya, saat datang jangan lupa buka gerbang dan langsung masuk saja. Ada suaminya dirumah dan disinilah Lisa sekarang. Gadis itu ragu saat mau mengetuk pintu megah itu.

Lisa memegang erat koper yang ia bawa seraya menutup mata untuk menguatkan diri sendiri. Ia harus berani dan tidak boleh takut. Kalau takut, mau kerja apa lagi? Ini adalah kesempatan bagus dan setidaknya Lisa mendapat gaji yang lumayan banyak jadi bekerja disini adalah pilihan terbaik.

Dengan tangan kecilnya itu, Lisa mulai mengetuk pintu. Dadanya berdebar sembari menunggu calon tuannya membuka pintu.

Pintu pun terbuka lebar dan Lisa sedikit tersentak saat melihat siapa yang baru saja buka pintu.

I-ini beneran tuannya? Jujur saja Lisa terpana akan penampilan tuannya ini. Dia sangat tampan. Itu adalah kalimat yang ada di kepalanya saat ini. Lisa berdehem sebentar untuk menghilangkan rasa gugupnya. Lisa mendadak gugup saat berhadapan langsung dengan sang majikan seperti ini. Apalagi wajah sang majikan ini terlihat sangat tampan seperti keturunan dewa. Lisa tidak yakin kalau majikannya ini bukan orang biasa. Pasti manusia setengah malaikat.

"Sudah puas memandang saya?"

"Eh?" Lisa terkejut lalu segera menundukkan pandangannya. Malu sendiri karena terang-terangan menatap sang majikan begitu saja.

"M-maaf. Saya Lisa. Asisten rumah tangga baru disini." Lisa segera menunduk hormat pada sang majikan tersebut.

"Kau yakin?"

"Maksudnya?" Lisa segera mengangkat pandangan dan menatap sang majikan dengan tatapan heran.

"Saya pikir yang menjadi asisten rumah tangga disini usianya lumayan tua. Karena sebelumnya yang bekerja disini sudah berusia tua. Tidak saya sangka ternyata nyonyamu itu malah mengirim yang muda kesini."

Pria itu pun berlalu begitu saja. Sedangkan Lisa begitu kebingungan antara mau masuk atau tidak. Soalnya tuannya belum memerintahkan apa-apa.

"Kenapa masih berdiri disitu?"

Lisa terkesiap lalu segera masuk dan kebingungan sendiri. Dimana kamarnya dan apa saja yang akan dia kerjakan? Benar-benar menyebalkan jika mendapat bos yang seperti ini. Wajahnya memang tampan tapi tidak dengan sifatnya. Sang dingin dan auranya sangat menakutkan apalagi kalau mengeluarkan suara.

"A-anu tuan, dimana kamar saya?" Setidaknya Lisa harus memiliki keberanian.

"Ikut saya."

Lisa pun segera mengikuti langkah kaki tuannya.

"Ini kamarmu. Tentang pekerjaan rumah, kau sendiri sudah tahu kan apa saja yang akan kau lakukan?"

Lisa mengangguk, "iya tuan."

"Kalau begitu lakukan tugasmu. Jangan lupa masak makan siang dan kirimkan ke kantor saya."

"Baik tuan. Tapi bagaimana caranya saya mengirim ke kantor tuan? Saya tidak tahu dimana lokasi kantor tuan."

"Aku akan menyuruh bawahanku yang datang ambil disini. Jangan lupa masak lebih, untuk bawahanku yang datang ambil nanti."

"Baik tuan."

Sang tuan pun berlalu dan Lisa segera membereskan pakaiannya.

Lisa segera melakukan pekerjaannya. Sesuai dengan suruhan tuannya tadi. Lisa harus masak makan siang.

Maka dari itu Lisa segera membuka kulkas. Lisa mengambil bahan makanan dan mulai memasak makan siang. Sepertinya memasak tumis buncis wortel tidak masalah. Lisa harap sang tuan mau memakannya.

Cinta Sang MajikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang