"Aku beli beras dulu ya kak, dadah!" Bintang Adipta, itu namanya. Yang berarti sinar bintang. Ia melangkahkan kakinya menuju luar rumah. Suasana yang sejuk dihiasi kicauan burung membuatnya menjadi semangat.
Bulan kembali melanjutkan perjalanannya menuju pasar. "Bu, berasnya 1 kg, sama telurnya 4 yaa." Pemilik warung itu mengangguk dan langsung memberikan beras juga telurnya.
Bintang kembali berjalan menuju rumahnya. Langkahnya terhenti ketika melihat beberapa orang yang selalu mengambil uangnya.
"Ekhem, money please"
Bintang menggeleng kepalanya ketakutan. Ia langsung berlari menjauh dari mereka. Sial, Bintang malah terjatuh karena tersandung. Salah satu orang dari mereka mencengkram kerah bajunya hingga badan Bintang terangkat begitu saja.
"Kakk, ampun... akhh" Lelaki itu mendaratkan tamparan tepat di pipinya. Tidak hanya itu, lelaki itu juga mengambil telur yang dibelinya lalu menghancurkannya di kepala Bintang. Ia menunduk ketakutan, ia trauma dengan beberapa bulan yang lalu.
Ia diikat entah dimana, sembari direkam untuk siaran langsung. Semua penonton menantinya untuk mati. Itu juga pernah terjadi saat masih di panti asuhan.
Untungnya lelaki itu kembali memberikan kesempatan lagi. Bintang terjatuh lemah, membuat posisi dirinya seperti berlutut ke arah lelaki tersebut.
"Menggemaskan, saya tunggu ya uangnya" Kepala Bintang dielus lembut olehnya lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
Hujan mulai membasahi kota Bandung. Gelap dan dingin yang Bintang rasakan. Perlahan Bintang mendongakkan kepalanya, terlihat anak sekolahan yang diantar orang tuanya menggunakan mobil. Bintang hanya bisa diam dalam kesunyian. Hampa.
- ♡ -
Malamnya Bintang pergi sejenak untuk mencari udara. Entah darimana tiba-tiba terdengar suara gonggongan seekor anjing. Lelaki yang terlihat hanya memakai kaos polos itu panik. Ia berlari menghindari kejaran seekor anjing. Nafasnya tengah-tengah. Ia ketakutan.
Dengan cepat ia memanjat pagar yang lumayan tinggi. Beruntung, anjing itu tidak bisa memanjatnya. Ia menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya.
“TOLONG!”
Suara itu terdengar jelas di telinga Bintang. Dengan cepat ia kembali turun untuk melihat keberadaan anjing tersebut. Terlihat anjing itu tengah mengejar gadis yang memakai high heels putih. Ia berlari dan mengalihkan fokus anjing tersebut. Anjing tersebut kembali mengejar lelaki itu lebih cepat dari sebelumnya.
Gadis yang baru saja ditolong Bintang selamat, sayangnya tidak dengan Bintang. “Akh aduh sakit, bunda ini sakit.” Lengan Bintang berhasil tergigit oleh anjing tadi. Lengannya berdarah, ia menangis sembari menundukkan kepalanya. “BINTANG!” Langit Auzora, langsung berlari menghampiri adiknya yang malang itu.
Dengan cepat Langit mengambil perban di tas selempang miliknya. Perlahan, ia mencoba menutupi luka dengan perban seadanya. Ia melihat adiknya penuh rasa khawatir. Ia mengelus kepalanya lalu mendekapnya ke dalam pelukan. “Kakak di sini.” Tanpa disadari, ternyata gadis yang tadi Bintang bantu sudah menghilang begitu saja.
- ♡ -
Sekitar jam tujuh pagi, Langit sudah keluar rumah untuk menjual kue. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Walau letih, mau tidak mau ia harus keliling untuk bertahan hidup di dunia ini dengan adik sebagai keluarga satu-satunya. Tak jarang, banyak orang jahat yang suka mencuri penghasilannya.
“Kue, kue.” Langit berjalan menelusuri kota Bandung. Ia menuju sekolah swasta ternama yang di mana di sana banyak murid yang membeli kuenya. Mereka diajari gurunya untuk selalu berbuat baik kepada semua orang. Walaupun ada makanan yang lebih enak di sekolahnya, mereka juga sangat menyukai kue buatan Langit itu.
Setelah selesai berjualan, anak-anak di sana pasti akan mengajaknya untuk makan di cafetaria sekolah tersebut. Langit hanya bisa menyetujui permintaan mereka untuk makan bersama. Mereka makan bersama ditemani canda tawa yang menghiasi harinya.
“Gimana rasanya?”
“Enak dong, kayak biasa”
“Anyway, gimana keadaan Bintang?”
“Dia lagi sakit, boleh aku bungkus satu buat Bintang?”
“Sure, masa nggak boleh. Tenang aja, gua yang bayarin.”
- ♡ -
Bintang terbangun dari tidurnya tepat pukul 9 pagi. Ia melihat sekeliling, namun tak ada siapapun. Ia tahu kakaknya sudah pergi untuk berjualan kue. Perlahan, ia bangkit lalu keluar dari rumah kecil mendiang neneknya. “Loh? Bukankah itu...” Bintang melihat gadis yang ia tolongi kemarin.
Dengan cepat, ia berlari mendekati gadis tersebut. Gadis yang baru saja selesai menelepon, langsung membalikkan badannya saat mendengar suara langkah kaki yang lumayan cepat dari arah belakang. Ia membulatkan matanya sempurna, dengan cepat ia berusaha membalikkan badannya lalu berjalan cepat menjauhinya.
Tangan Bintang tak kalah cepat dengan langkah kaki gadis tersebut. Alhasil gadis yang baru saja akan melarikan diri kembali melihat ke arah Bintang, ia menundukkan kepalanya takut.
“Hey?” Ucap Bintang sembari memiringkan kepalanya.
“I-iya?”
“Kau gadis kemarin kan? Apa kau tidak apa-apa?”
Gadis itu sedikit terkejut dengan pertanyaannya. Ia mengira bahwa Bintang akan meminta terima kasih atau permintaan maafnya. Ia menjawab, “Aku baik-baik saja, ah iya salam kenal aku Bulan.” Bintang sedikit tersenyum kecil mendengar jawabannya. “Benarkah? Aku Bintang, haha nama kita keren ya!”
Bulan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, keduanya tertawa. Terlihat sosok laki-laki membawa keranjang mendekati mereka berdua. “Kenapa kakak?” Tanya Bintang sembari mengerutkan dahinya.
“Kakak khawatir dengan keadaanmu sayang, eh kamu yang kemarin?” Bulan menganggukkan kepalanya. Namanya cukup serasi bukan? Bulan, Bintang, dan Langit. Apa takdir memang mempersatukan mereka? Haha. Saat Langit tahu nama gadis tersebut, ia sedikit terkejut juga senang karena namanya yang saling berkaitan.
“BULAN! Cepat masuk ke dalam mobil dan berhenti berbicara dengan 2 orang miskin itu!” Teriak Aluna. “Iya bunda!” Bulan menundukkan kepalanya merasa bersalah karena orang tuanya telah mengejek Bintang sekaligus Langit. Bintang menepuk pundaknya mengartikan mereka baik-baik saja.
Tangan Bintang berhasil ditepis kasar oleh Aluna. “Awas kamu, udah miskin sok jadi yang tersopan lagi... ga ada attitudenya.” Bulan ditarik secara paksa menuju mobilnya. Bintang yang masih berumur 17 tahun itu menangis. Dengan cepat, Langit langsung memeluk satu-satunya tokoh keluarga dalam hidupnya. “Im here” ujar Langit.
- ♡ -
Yoo halo semuanya! Gimana nih untuk bab 1? I hope kalian semua enjoy. Spoiler berikutnya kita jadi penjelajah waktu dulu wkwk. See you besok! Jangan lupa vote, untuk feedback boleh ke dm :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka yang Telah Usai
Genç KurguTeen Fiction Kisah kakak beradik yang berasal entah darimana. Mereka hanya tahu bahwa mereka diurus di sebuah Panti Asuhan Kunci Cahaya. Namun, mereka diperlakukan tak baik oleh pihak panti. Berbagai cara mereka lakukan untuk melarikan diri dari pan...