15

7.8K 579 11
                                    

Setelah makan malam Brian langsung pergi kekamar sedangkan Bian ada dikamar Davka.

Brian menelpon Arsyila saat sudah di dalam kamar.

"Bunda" ucap Brian saat sambungan telepon sudah terhubung.

"Kenapa Bri?"

"Bun aku boleh ngomong sesuatu sama Bunda?" Tanya Brian

"Kamu mau ngomong apa Bri kayanya serius banget"

"Tentang ayah dan Bunda. Salah gak Bun kalau sebenarnya aku gak mau Bunda kembali sama Ayah tapi liat adek sehappy itu ketemu Ayah dan kakak-kakak. Adek tadi cerita sama Brian kalau Adek mau ayah sama Bunda satu rumah. Adek sedih Bun karena Bunda sama Ayah gak tinggal satu rumah. Brian jadi kepikiran gimana kalau adek jauh dari mereka pasti adek makin sedih karena gak bisa ketemu Ayah sama kakak-kakak setiap hari. Adek mau kita semua tinggal di rumah yang sama tapi aku bilang sama Adek Bri akan bilang sama bunda kalau kita bisa tinggal di dekat rumah Ayah. Itu bisa jadi alternatif kalau bunda gak mau kembali sama Ayah"

Arsyila merasa sedih anak-anaknya menjadi korban dari perceraian mereka.

"Bri kalau Bunda dan Ayah menikah lagi bagaimana?"

"Apa Ayah mengajak Bunda menikah lagi?"

"Iya sebelum pulang Ayah mengajak Bunda berbicara dan kami membicarakan tentang kedepannya harus bagaimana karena Ayah dan Bunda tinggal di kota yang berbeda anak-anak pasti kesulitan untuk bertemu. Bunda bilang bahwa mungkin Bunda yang akan mengalah untuk tinggal di Jakarta karena jika Ayah yang pindah bagaimana perusahaan Ayah dan Jo serta kuliahnya Davka dan Jev untuk Jem tidak terlalu masalah karena sudah ujian akhir dan sebentar lagi kan masuk SMA. Lalu ayah mengajak Bunda untuk menikah lagi agar anak-anak bisa tinggal sama-sama lagi. Tapi bunda tidak ada pikiran untuk menikah lagi dengan Ayah. Lalu Ayah menawarkan untuk tinggal di apartemen milik Ayah saja yang tidak jauh dari rumah Ayah. Tapi mendengar pembicaraan kamu dan Bian sepertinya Bunda harus memikirkan lagi tentang pernikahan Bunda dan Ayah"

"Bun kalau aku terserah Bunda aja, mungkin Bian akan senang tapi jika tau apa yang Ayah lakukan dulu pada Bunda dan alasan Bunda dan Ayah cerai apa aku yakin dia tidak akan mau Bunda kembali pada ayah.  Apapun yang buat membuat Bunda bahagia itu jauh lebih membuat aku dan Bian bahagia nanti aku pelan-pelan ceritakan pada Bian apa yang sebenarnya terjadi. Bian juga perlu tau itu Bun"

"Perlu tau apa!!" Ucap Bian yang baru saja masuk ke kamar.

"Bun nanti aku telpon lagi ya. Aku sayang Bunda" ucap Brian sebelum mematikan sambungan teleponnya.

"Apa yang selama ini gak aku tau? Dan kamu tau Bri?!!" Brian tau adiknya ini sedang marah karena jika Bian memanggil dia tanpa embel-embel 'abang' itu artinya Bian sangat marah.

"Duduk dulu ya, aku pasti cerita semuanya" Brian membawa Bian duduk samping kasur dengan.

"Kamu tau kenapa aku Jem umurnya gak jauh sama kita?" Bian menggeleng selama ini dia tidak pernah memikirkan itu karena terlampau bahagia bisa bertemu kakak-kakaknya dan Ayahnya.

"Itu adalah alasan Ayah dan Bunda pisah. Ayah selingkuh sampai Mama nya Jem hamil dan saat itu Bunda langsung memutuskan untuk berpisah dengan Ayah. Bunda saat itu tidak tau kalau sedang hamil kita. Saat Bunda tau Bunda langsung buru-buru pindah karena takut Ayah akan mengambil kita dari Bunda"

"Aku gak mau Bunda sama Ayah menikah lagi Bri. Aku gak mau Bunda disakiti lagi. Pasti gak mudah saat itu bagi Bunda harus merawat kita sedangkan Ayah bahagia sama Mamanya Jem. Tapi aku tetep boleh boleh sayang Ayah kan Bri?" Brian mengangguk

"Aku juga sayang Ayah tapi aku lebih sayang Bunda. Tapi Bunda bilang mau pindah ke dekat rumah Ayah supaya kita bisa gampang ketemu. Jadi kita masih bisa dekat dengan kakak-kakak dan Ayah meskipun gak satu rumah gak apa kan?"

Bian mengangguk lalu memeluk Brian. "Jangan sembunyikan apapun lagi dari aku ya? Aku juga mau mau tau"

Brian mengangguk lalu mengusak rambut Bian. "Waktu itu kan kembaran aku lagi sakit jadi aku gak mau nambah beban pikirannya"

Arshaka BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang