1

3.6K 87 1
                                    

Hari yang cerah, tapi tidak secerah hati Elsa yang berdiri dengan tubuh kaku. Ia menatapi suaminya dengan seorang wanita yang di perkirakan lebih muda berapa tahun.

"Siapa wanita itu," batin Elsa yang bertanya-tanya dengan amarah menyesakkan dada dan perasaan cemburu membara di hati. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang demi menemukan sebuah jawaban tentang siapa wanita yang kini bersama dengan suaminya.

Ketika Elsa sadar dari lamunannya, ia melihat wanita itu bersama dengan Thomas sudah masuk ke dalam tempat makan junk food brand Amerika. Walau kenyataan akan sangat menyakitkan untuk di terima. Elsa tetap membulatkan tekadnya untuk mencari tahu kebenaran tersebut.

"Tenang.... Tenang," berulang-ulang kali Elsa menenangkan dirinya. Di saat sesak di dalam dada semakin menjadi-jadi.

Setelah merasakan cukup tenang. Elsa menepuk kedua pipi dengan telapak tangan. Kemudian ia memilih membulatkan tekat untuk masuk ke dalam tempat yang menjual makan siap saji dengan tujuan mencari tahu hubungan Thomas dengan wanita itu.

Untuk mengelabuhi pelayan, Elsa sengaja memesan secangkir kopi panas dan satu piring roti bakar. Ia duduk tidak jauh dari tempat Thomas berada agar memudahkan dirinya untuk mendengarkan pembicaraan.

"Ini pasti salah paham," berulang kali Elsa menyakinkan hatinya, bahwa apa yang ia lihat barusan adalah mimpi atau pikiran negative di dalam benak. Tapi kenyataan seakan berkata lain. Mata Elsa tertuju pada sebuah titik, tepat di atas pangkuan Thomas. Ada seorang putri yang cantik dengan rambut di kepang dua. Putri kecil itu berdiri di atas pangkuan dan bersikap manja kepada pria tersebut.

Hati Elsa semakin teriris-iris pisau tajam, ketika putri kecil itu memanggil Thomas dengan sebutan kata ayah.

"Ayah?" ucap putri kecil itu berulang kali untuk memanggil pria yang tersenyum manis sejak tadi.

Hati Elsa terhantam batu besar, Ia sulit untuk bernafas. Ketika mendengar kata yang di ucapkan oleh putri kecil itu untuk kesekian kali.

"Ini tidak mungkin," batin Elsa yang masih berusaha menyangkal dengan telapak tangan menutup bibir yang hampir mengeluarkan suara makian.

"Ayah sayang padamu," balas pria itu kepada putri kecil yang sejak tadi bermanja-manja di atas pangkuan.

Perkataan pria itu telah berhasil menghancurkan hati Elsa yang selama ini berbunga-bunga dan mengira kehidupan rumah tangga aman dari tangan pelakor. Ternyata ia salah besar. Pelakor itu sudah berhasil menaklukkan suaminya dan juga memberikan seorang anak. Anak yang tidak mampu ia berikan kepada Thomas selama tujuh tahun ini.

"Tidak mungkin," ujar Elsa dengan suara pelan dan tubuhnya semakin menggigil bukan karena dingin AC di dalam ruangan. Tapi ia syock berat akan kenyataan di depan mata.

Setetes air mata jatuh dari mata Elsa yang berwarna coklat, tubuh semakin dingin. Seolah semua darah di tubuhnya sudah membeku karena musim dingin di kutub utara.

Wanita itu yang sejak tadi mengupas ayam, Kini melirik kepada kedua orang di hadapannya.

"Suamiku, Ayo di makan. Jangan hanya terfokus kepada putri kita," seru wanita berambut panjang bergelombang dengan pernampilan rapi dan terlihat dari keluarga berada.

"Suapin," balas pria itu dengan nada manja.

Wanita itu tertawa terkekeh bentar. Ia kemudian mengambil daging ayam yang sudah di kupas untuk di suapkan ke mulut pria yang kini menjadi suaminya.

Deg Deg Deg Deg

Jantung Elsa berbunyi semakin kencang, Saat ia menatapi wanita itu menyuapi makan dengan telanten. Termasuk menyuapi putri kecil itu.

Sesak, itulah yang di rasakan oleh Elsa. Bahkan untuk bernafas saja, Elsa merasa kesulitan.

"Tidak... Ini tidak mungkin," seru Elsa di dalam hati dengan sebelah tangan menyentuh dadanya yang sakit beribu-ribu lipat dari tadi.

"Terima kasih sayang sudah suapi aku makan," lanjut Thomas dengan perkataan yang semakin membuat hati Elsa perih bukan main.

"Tidak mungkin, Aku pasti salah mendengar apa yang di ucapkan oleh Thomas barusan. Aku pasti salah dengar," Elsa semakin menyangkal kenyataan di depan mata dengan air mata berjatuhan membasahi pipi yang semula merah merona, kini berubah pucat.

"Suami aku," goda wanita itu kepada pria tampan di depan mata.

Jantung Elsa berdetak semakin kencang, bibirnya ingin berteriak dan memaki-maki Thomas dan pelakor itu di depan umum. Tapi seperti ada sesuatu yang menahan tubuhnya untuk tidak bekerja sama dengan otak.

Elsa masih duduk membatu dengan tubuh gemetaran.

"Tidak mungkin," batin Elsa masih berusaha menyangkal.

Kedua mata Elsa yang berusaha menahan air mata masih menyaksikan keluarga kecil itu tertawa bahagia tanpa dosa di atas penderitan dirinya.

"Seharusnya aku yang di sana," batin Elsa menjerit pilu akan kemarahan dan kecemburuan yang ia lihat dengan kedua mata sendiri. Terlebih lagi Thomas yang merupakan suamia sendiri telah menghianati pernikahan yang mereka bina selama tujuh tahun ini.

Sesak dan sakit di dada semakin menghantam tubuh Elsa berkali-kali lipat dari sebelumnya. Ketika melihat putri kecil itu memanggil Thomas dengan sebutan ayah untuk kesekian kali, kemudian gadis kecil itu menghadiahkan sebuah kecupan di pipi pria berjambang tipis itu.

Pria itu tidak mengetahui istri sah sedang menatapi dari arah samping di balik kaca untuk orang smoking. Ia memperlihatkan wajah bahagia kepada anak haram bersama selingkuhan. Bahkan ketiga berfoto bersama di bantu oleh seorang pelayan wanita yang kebetulan lewat.

Elsa memegang gelas berisi kopi panas dengan kedua telapak tangan. Panas dari gelas tidak di rasakan lagi oleh Elsa. Bahkan telapak tangan terlihat melepuh, juga tidak di sadari oleh Elsa yang kini tidak bisa berpikir jernih.

"Ayah, foto kita bertiga harus di pajang di ruang keluarga!" seru gadis kecil itu secara antusias dengan memanggil Thomas dengan sebutan ayah secara nyaring.

Thomas menatapi Lisa dengan tatapan sayang, ia setuju dengan ide Lisa untuk mengabadikan foto tersebut di ruang keluarga.

"Sudah waktunya kita pulang," sahut wanita cantik itu dengan suara manja.

Thomas menatapi wanita itu dengan tatapan cinta, ia menggendong Lisa untuk keluar dari restoran junk food.

Tubuh Elsa yang masih gemetaran, Ia berusaha berdiri untuk mengikuti satu keluarga kecil itu yang masuk ke dalam mobil dinas berplat merah.

Beruntungnya keberadaan Elsa tidak di ketahui oleh Thomas, Karena mobil yang di pakai oleh Elsa adalah milih Fia di tambah lagi hari ini Elsa berdandan cantik dengan mewarnai rambut yang hitam menjadi warna mocca untuk mengejutkan Thomas. Tapi siapa sangak ia yang terkejut dengan pemandangan di depan mata yang sungguh menyakitkan.

Sepanjang jalan, Elsa masih berusaha fokus untuk menyetir dan mencoba tidak mengemudi cepat agar tidak di sadari oleh Thomas yang memakai mobil dinas bersama keluarga kecil.

"Ternyata selama ini kau berbohong padaku," jerit Elsa di dalam mobil untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati akan perselingkuhan Thomas

SERPIHAN HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang