15

961 28 1
                                    

Thomas yang sudah di depan pintu, ia menatapi Rinjani dengan tatapan seperti serigala lapar
Menyadari kehadiran Thomas yang berdiri di depan pintu, Rinjani semakin bertingkah nakal. Ia sengaja menaikkan ujung dress lingerie untuk mengoleskan body lotion di kaki hingga ke paha dengan gerakan sensual.
Thomas menelan saliva berapa kali melihat keindahan tubuh Rinjani yang masih langsing. kemudian menghampiri Rinjani yang duduk di kursi meja rias.
"Apa kau sudah siap?" bisik Thomas yang sudah tidak sabaran di dekat telinga Rinjani dan kedua tangan mencengkeram kedua dada yang tidak di lindungi oleh apapun selain kain transparan.
"Uhhh... Lebih baik kamu mandi dulu," tolak Rinjani yang sok jual mahal akan ajakkan Thomas untuk berhubungan intim.
Thomas mengerutkan keningnya, ia mengendus-endus badannya yang sedikit bau keringat.
"Baiklah aku akan mandi dan persiapkan diriku," Thomas melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dengan gairah membara, sebelum tutup pintu kamar mandi. Thomas mengeluarkan tatapan lapar kepada Rinjani.
Rinjani masih sok jual mahal dengan memalingkan wajahnya ke arah lain dan kedua tangan bersedekap di atas dada.

"Huh," Rinjani mencebikkan bibirnya seolah sedang marah dengan Thomas.
Thomas tertawa renyah, ia tahu mengapa Rinjani semarah ini padanya dan juga tidak akan heran.
Di dalam kamar mandi, Thomas membersihkan tubuhnya dengan sabun cair dan ia melupakan keberadaan Elsa yang kini menunggu dirinya di rumah.
***
Di rumah, Elsa duduk di ruang tamu. Ia menatapi jam dinding yang bergerak secara perlahan-lahan. Sudah empat jam ia duduk di ruang tamu untuk menunggu ke pulangan Thomas.
Elsa berniat untuk menjelaskan kesalahan pahaman tadi siang kepada Thomas. Namun pria yang ia tunggu sejak tadi tidak menunjukkan batang hidungnya.
"Kemana dia semalam ini? Mengapa belum pulang?" batin Elsa bertanya-tanya di dalam hati.
Tidak tahan menunggu dan menebak-nebak, Elsa memilih untuk menghubungi Thomas melalui panggilan video call.
Kebetulan ponsel Thomas ada di atas meja rias, Rinjani menatapi layar ponsel tersebut dengan tatapan jahat ketika melihat nama yang tertera di ponsel Thomas.
Melihat Thomas masih lama di dalam kamar mandi. Rinjani meraih ponsel Thomas, lalu menekan tombol hijau pada layar ponsel.
Deg
Jantung Elsa berdetak kencang dan ia merasakan rasa sesak yang luar biasa di dadanya.
"Sttthhh," Rinjani sengaja menaruh jemari telunjuk di bibirnya yang di olesin lipstik merah. Seolah mengatakan kepada Elsa untuk tidak menghubungi Thomas lagi.
Elsa merasa sekujur darah di tubuhnya membeku melihat layar di ponselnya yang terdapat sosok Rinjani yang berpakaian genit.
Rinjani semakin menyakiti Elsa, ia sengaja memperlihatkan pakaian tipis yang membalut tubuhnya.
"Aku baru selesai bercinta dengan Thomas, dia hebat di atas ranjang." Rinjani sengaja mengatakan kalimat tersebut dengan mengigit bibirnya secara sensual.
Dari segi tubuh, Elsa mengakui dirinya kali dari Rinjani yang memiliki tubuh seperti model.
"Di mana Thomas, aku ingin bicara dengan dia?" seru Elsa yang tidak bisa bersabar lagi akan sikap Thomas kali ini.

Rinjani sengaja mengarahkan ponselnya ke arah kamar mandi. Kemudian mematikan panggilan video yang sedang berlangsung tersebut. Tidak lupa ia menghapus riwayat panggilan masuk di WhatsApp.
Elsa menatapi layar ponselnya yang sudah gelap. Ia menjerit histeris tidak percaya akan kelakuan Thomas bersama dengan Rinjani malam ini.
"Tidak... Tidak mungkin," jerit Elsa yang masih menyangkal bukti di depan mata. Ia terus menagis meraung-raung di ruang tamu seperti orang gila.
***
Thomas yang selesai mandi, ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan tubuh polos.
Tatapan Rinjani ke arah benda yang tergantung. Kemudian ke arah wajah Thomas.
"Kau mau apa!?" tanya Rinjani berpura-pura sebagai wanita polos.
Thomas yang sudah tidak bisa menahan gairah di dalam dirinya lagi. Ia mendekati Rinjani yang berbaring di atas ranjang.
"Aku ingin kita mandi bersama," ucap Thomas yang ingin melakukan hubungan di dalam kamar mandi.
Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mau melakukan hubungan intim di dalam kamar mandi.
"Kenapa? Kau tidak ingin?" tanya Thomas dengan nada kecewa.
Rinjani menghela nafas panjang, ia berjalan ke arah Thomas. Kemudian mengalungkan kedua lengannya di leher Thomas.
"Siapa bilang tidak ingin, kau ini mengaketkan aku tahu dengan tubuh basah berjalan keluar kamar mandi. Bagaimana jika sampai Lisa masuk mendadak dan melihat kamu seperti ini," Rinjani sengaja menyembunyikan ketidak suka untuk berhubungan intim di kamar mandi. Karena ia merasa hasil riasan dan aroma tubuhnya pasti akan tersapu oleh air.
Thomas masih menatapi Rinjani dengan tatapan lapar, tidak butuh waktu lama bagi Thomas untuk menyeret Rinjani kedalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Rinjani yang tidak ada persiapan dan pemanasan. Ia di serang oleh Thomas secara membabi buta.
"Mas... Tolong pelan," rintih Rinjani kesakitan dengan bagian bawah yang menjadi sasaran benda tumpul itu keluar masuk berulang kali.
Thomas yang sudah terbakar api gairah, ia tidak memperdulikan apa yang di katakan oleh Rinjani.
Kesal itulah yang di rasakan oleh Rinjani akan sikap Thomas yang tidak ada kelembutan sana sekali. Lebih kesal lagi, Rinjani menyadari kebodohan dirinya. Karena lilin aromaterapi yang mempunyai perangsang lupa ia matikan. Saat melihat lilin aroma terapi masih menyala dan sisa sedikit.
"Mas... Ahh.. mas tolong pelan," rintih Rinjani kesakitan saat benda tumpul itu bergerak semakin liar di tubuh bawahnya.
Thomas yang terbakar api gairah. Ia tidak memperdulikan kesakitan dan rintihan dari Rinjani selama berapa ronde. Puas melakukan hubungan intim di dalam kamar mandi, Thomas melanjutkan aksinya di atas ranjang hingga subuh.
Pagi hari, Rinjani bangun duluan dari tidurnya. Ia merasa ada sesuatu yang kental menerobos keluar dari bagian bawah. Mendapati dirinya sedang datang bulan. Rinjani berdecak kesal di dalam kamar mandi. Ia memandangi wajahnya yang penuh oplas dengan tatapan kemarahan.
"Sial," umpat Rinjani berulang kali. Karena usahanya untuk mendapatkan anak dari Thomas harus gagal lagi. Karena kehadiran tamu tidak di undang tersebut.
"Kedepannya aku tidak akan gagal lagi," gumam Rinjani dengan mengigit kuku jempolnya secara kuat.
Tidak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi, Rinjani segera membersihkan tubuhnya. Kemudian memasak sarapan pagi untuk Thomas dan Lisa.
Lisa yang di bangunkan oleh Rinjani, ia hanya bisa menurut untuk mandi dan memakai seragam sekolah TK swasta ternama.
"Mana ayah?" tanya Lisa yang ingin memastikan ayahnya masih ada di dalam apertemen.
"Sebentar lagi ayahmu bangun, kamu bersiap-siap sekarang!" perintah Rinjani yang ingin anaknya mandiri sejak dini untuk menyiapkan keperluan sekolah tanpa bantuan orang dewasa.

SERPIHAN HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang