37

361 6 0
                                    

"Ini dari nyonya, katanya biarkan dia istirahat berapa hari tanpa di ganggu. Jadi anda di minta untuk mencari alasan untuk membuat laporan ke atasan," ucap pelayan tersebut yang menyampaikan apa yang di katakan oleh Rinjani berapa hari lalu.
Awalnya orang itu ingin menolak pemberian amplok coklat tersebut. Karena terlihat menyogok dengan cara yang tidak semestinya.
Menyadari pria di hadapannya akan menolak amplop coklat berisi uang. Pelayan itu segera mengambil tindakan selanjutnya. Ia tidak mau kehilangan bonus dan gaji besar yang di tawarkan oleh Rinjani padanya berapa hari lalu.
"Jangan di tolak, rezeki tidak datang dua kali. Lebih baik pikirkan baik-baik," saran pelayan tersebut yang mendorong amplop coklat kembali ke arah pria berpakaian dinas PNS dengan sengaja menekan amplop tersebut ke badan pria tersebut agar dapat merasakan betapa tebalnya uang di dalam.
Takut tergoda akan isi amplop tersebut, pria itu memilih untuk menjauh sedikit dari hadapan pelayan tua.
"Anda tidak percaya ini berisi uang asli?" ucap pelayan tua yang mulai membuka isi amplop coklat tersebut di hadapan pria itu dengan tujuan menyakinkan semua uang di dalam amplop adalah asli.
Kedua mata pria berpakaian PNS itu melirik amplop coklat yang di buka oleh pelayan dengan tatapan terkejut.
"Semua uang ini asli" ucap pelayan tua yang sudah membuka isi amplop putih tersebut di hadapan pria berpakaian PNS. Kemudian memperlihatkan isinya yang sekitar bernilai sepuluh juta rupiah.
Pria berpakaian PNS melirik isi amplop coklat dengan isi uang berwarna pink kemerahan berjumlah lebih dari puluhan. Jakunnya tetiba naik turun dratis.
"Yakin tidak mau," lanjut pelayan tua itu yang kembali memperlihatkan uang tersebut dengan cara menghitung ala mesin bank.
Nafas pria itu memburu. Uang sebanyak itu sungguh membuat matanya tidak bisa mengarah ke tempat lain atau di penjamkan.
"Sial, bagaimana ini?" batin pria itu mulai termakan hasutan setan akan silaunya uang tersebut.
"Gajimu sebulan aja belum tentu sebanding dengan uang ini, yakin mau di tolak mentah-mentah. Aku jadi kau langsung terima," lanjut pelayan tua yang masih mengoda pria berpakaian PNS itu untuk menerima uang sogok dari nyonya Rinjani.
Pria berpakaian PNS itu masih diam membisu. Ia terlihat berpikir keras untuk menerima atau menolak uang tersebut. Karena jumlahnya setara dengan gaji 3 bulan.
"Sial," batin pria itu mengumpat kasar akan silaunya uang.
Pelayan tua tahu pria di hadapannya itu berjuang keras untuk mengambil tindakan selanjutnya.
"Bisa beli iPhone atau berapa barang mewah," pelayan itu masih rajin merayu pria berpakaian PNS untuk menerima uang tersebut.
Pelayan tua itu kembali mengayunkan uang di dalam amplop coklat yang sudah terlihat setengah. Ia sengaja menarik berapa lembar untuk di perlihatkan kepada pria tersebut. Bahwa uang di dalam amplop coklat adalah uang asli, bukan uang mainan yang terlihat mirip asli atau pun palsu.
"Semua uang ini asli," lanjut pelayan itu yang kembali mengibaskan uang yang keluar setengah dari amplop coklat ke arah mata pria berpakaian PNS.
Mata orang itu tetiba silau akan lembaran uang tersebut. Tanpa berpikir jauh lagi, ia merampas amplop coklat itu dari tangan pelayan tua.
"Apa yang terjadi hari ini, anggap tidak pernah ada dengan demikian anda akan aman. Begitu juga dengan saya," ucap pelayan tua yang mendorong pria berpakaian PNS itu keluar dari apertemen yang di huni oleh Rinjani.
Nafas pria itu memburu, ia memasukkan amplop coklat itu ke dalam tas. Kemudian berjalan tergesa-gesa ke dalam lift dengan sengaja menghubungi seseorang.
Orang di balik pinsel setuju dengan apa yang di katakan oleh pria berbaju PNS itu.
"Pastikan tidak ada yang tahu," pesan pria berpakaian PNS yang tidak ingin masalah ini sampai ke telinga Maria Shandi atau orang lain.
"Ok bos," pria di balik ponsel mengakhiri pembicaraan dengan cara mematikan panggilan masuk secara mendadak.
Sedangkan pria berpakaian PNS itu segera masuk ke dalam mobil. Ia sengaja mengemudikan mobil ke arah salah satu cafe yang terdekat.
Untuk menutupi perasaan tegang karena pertama kali menerima suap. Ia memesan berapa makanan yang di masak dalam waktu lama. Kemudian pergi ke arah toilet pria.
Di dalam toilet, pria itu duduk di atas closed yang tertutup. Berulang kali ia mengusap wajahnya.
"Ini rezeki dari Tuhan," batin pria itu yang berusaha untuk tenang.
Untuk memastikan uang tersebut asli semua. Pria itu mengeluarkan amplop coklat dari dalam tas kerja. Ia memeriksa berulang kali dan tidak lupa untuk menghitung setiap lembaran uang baru di dalam amplop.
Jakun pria itu naik turun, ia sungguh tidak percaya bisa menerima buang suap sebanyak 13 juta dalam satu hari.
"Ini benar-benar gila," pria itu menatapi uang di dalam amplop coklat yang setara gaji 3 bulan.
"Aku harap ini bukan mimpi," batin pria itu yang berusaha untuk tidak bangun dari mimpi indah.
Takut di curigai para pelayan dan tamu di dalam cafe. Pria itu bergegas untuk keluar dari dalam kamar kecil. Ia kembali ke tempat duduknya untuk menyantap makanan secara santai.
Untuk membuktikan uang tersebut benaran asli. Pria itu menarik dua lembar untuk membayar biaya makan siangnya.
"Terimakasih atas kunjungan anda," ucap pelayan wanita yang mengembalikan rp30.000 kepada pria di hadapannya.
Memastikan uang tersebut adalah asli. Pria itu segera pergi ke salah satu konter ponsel untuk membeli ponsel merk iPhone yang menunjukkan status sosial tinggi.
"Dengan demikian aku tidak akan di remehkan lagi," batin pria itu yang kini terlihat bangga akan iPhone baru di tangan.
Demi menutupi dirinya menerima suap dari Rinjani. Pria itu pergi ke salah satu rumah sakit untuk meminta surat keterangan sakit palsu.
"Kau terlambat 30 menit," ucap dokter di hadapan pria berpakaian PNS.
Pria itu mengeluarkan berapa lembar uang yang tersisa kepada dokter bsi hadapannya.
"Kurang selembar lagi," protes dokter itu yang tidak terima di bayar dengan harga yang sedikit.
Pria berpakaian PNS itu mengeluarkan semua isi tasnya.
"Kau pikir pekerjaan PNS besar. kau salah besar menilai aku," seru pria itu yang mengeluarkan semua isi tas di hadapan dokter.
Dokter melihat isi barang di atas meja. Seketika dahinya berkerut dalam.
"Semua barang tidak berguna," dokter itu mengeluarkan cibiran yang menusuk pria tersebut.
"Sudah tahu masih minta lebih, ini sisa gaji aku bulan lalu. Sekarang aja mesti super hemat lagi, tidak buatkan surat keterangan sakit. Maka aku di bully di kantor," pria itu tetiba curhat tempat kerjanya dengan di bumbui fitnah agar dokter di hadapan tidak minta tambahan biaya lagi

SERPIHAN HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang