Bab 6

38 1 0
                                    

"Mbak Riri kalau mau ke sana, saya bisa menunjukkan jalannya. Tapi nanti lewat jalur lain yang aman untuk bisa masuk ke lokasi tanpa ketahuan orang yang jaga.

Seketika membuatku menganga, kaget. Kemudian Mas Eko berdiri dan mendekat ke arah istrinya. Tampaknya Mas Eko tak percaya jika istrinya sampai berucap seperti itu.

"Jangan, Dek..." ucap Mas Eko pelan.

Tapi istrinya bergeming. Dia bahkan tak menatap Eko, dan terus menusukkan pandangan ke arahku dan orang-orang di hadapannya bergantian.

"Saya tahu apa yang di lakukan wanita tua itu. bahkan saya juga kenal dengan orangnya. Karena dulu saya pernah bekerja dengannya sebagai pembantu. Itulah kenapa suami saya tidak mau membantu kalian untuk pergi ke sana. Karena dia tahu, saya keluar karena di selamatkan Mas Eko..." Anisa menghela nafas panjang agar tangisnya tidak pecah.

Tak lama berselang, setelah Anisa ikut duduk bersama kami, suasana yang awalnya tegang kini berangsur tenang.

"Nanti lewat jalur sana. Itu jalan terakhir kalinya saya dan Mas Eko lewati." Kata Anisa pelan, namun mampu didengar olehku dan yang lainnya.

Kini aku dan mereka berlima, Gama, Riri Murni, Eko dan Anisa berdiri menghadap hamparan hutan yang dibatasi oleh pagar anyaman bambu. Kalau menurut Anisa, dulu pagar itu belum ada.

"Dek... biar aku saja yang mengantar mereka, kamu tunggu di rumah." Ucap Eko ragu.

"Ri, temanmu ada yang mau tinggal di sini, gak? Buat nemenin istriku di rumah?" sambungnya bertanya kepada Riri.

Aku yang mendengar itu, kemudian melirik ke arah mereka berlima bergantian, kemudian terhenti ke arah Murni yang sedari tadi menunjukkan gelagat kurang nyaman.

"Murni, kamu kenapa? Atau kamu mau di sini nemenin Mbak Anisa?" ucapku spontan, menunjuk Murni.

"Eh ... iya Las. Aku baru mau bilang itu. Badanku mendadak gak enak, ini." Sahut Murni yang mendadak memijit pundaknya sendiri.

"Heleh ... kelakuanmu, Mur. Kelihatan banget kalo takut." Aku mendekat ke arah murni berbisik.

"Yasudah kalau gitu, nanti kita langsung nerobos masuk ajaa, biar aku yang di depan. Mbak Murni sama istri saya tunggu di rumah gpp kan?" Eko menoleh ke arah yang lain. Semua termasuk aku mengangguk setuju. Sedangkan Murni dan Anisa menunggu di rumah. Tapi dari balik keremangan malam, aku bisa melihat keresahan Mas Eko dari guratan wajahnya.

"Kenapa Mas? Kok sepertinya khawatir?" aku bertanya dan Mas Eko menoleh ke arahku. "Oh tidak papa, Mbak." Lagi-lagi Eko ragu untuk menyampaikan keresahannya.

"Dek... doakan Mas, pulangnya selamat." Eko menoleh ke arah istrinya.

Anisa mendesah. Dahinya berkerut. "Halah Mas, koyo ra reti wae, sampean kan bolang." (Halah Mas, kayak gak tahu saja, sampean kan bolang) Ucap Anisa yang mampu membuatku dan beberapa orang yang lain tertawa.

"Mas, Mbak..." sapa Anisa. Aku dan yang lain ikut menoleh ke arah Anisa.

"Sebelumnya saya ceritakan sedikit mengenai tempat yang akan kalian datangi. Jalur ini agak berbeda, kalian harus melewati hutan yang lumayan panjang. Hanya ada satu perempatan kecil di dalam sana, setelah itu kalian harus melewati jalan setapak yang langsung tembus ke desa. Desa yang di huni oleh dukun tua yang bekerja sama dengan wanita yang Mbak Lastri dan Murni kenal Mami tersebut. Atau nama aslinya Bu Ratih. Desa itu kalau secara administratif masih masuk ke dalam kelurahan Krajan. Namun secara adat, Desa Krajan agak berbeda. Hampir semua anaknya pergi merantau, terutama yang masih muda. Jadi bisa di bilang hanya tinggal para orang tua saja. Namun setelah insiden berdarah itu, sekarang sudah tidak ada yang mau meninggali, hanya ada si Dukun tua itu sama Bu Ratih dan beberapa pesuruh lainnya. Sedangkan rumah bordir yang Mbak Lastri dan Murni itu, adalah hasil dari pesugihan yang memakan korban pegawainya. Nanti setelah melewati pagar bambu itu, jalurnya akan sedikit susah karena benar-benar akan menerobos hutan. Dan jangan lupa untuk mengawasi langkah masing-masing, nanti setelah kurang lebih dua ratus meter, akan menemukan jalan setapak. Dari situ kalian masih nuruti saja jalannya lalu masuk lagi ke dalam hutan." Sambung Anisa menjelaskan panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KINASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang