Potongan cerita sebelumnya...
Satu dua menit aku masih terpaku. Semakin di buat merinding kala ada hawa lain tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
"Oke, jadi Kinasih ini adalah salah satu korban pembunuhan. Terus sosok perempuan yang aku lihat beberapa jam yang lalu siapa? Apa itu sosok Kinasih?"
"Gak! Gak mungkin! Gak mungkin kalau itu Kinasih! Dia sudah meninggal lama!"
"Aku sedang mimpi...."
"Aku mimpi..."
"Plak..plak.."
Aku mencoba menampar pipiku sendiri, sakit dan berasa. Aku benar-benar dalam kondisi yang aku sendiri saja tidak tahu seperti apa. Yang jelas aku ketakutan, karena tiba-tiba ada siutan angin menerpa leher belakang. Aku merinding. Aku takut untuk menoleh ke arah sebaliknya. Takut kalau di belakangku ada sosok Kinasih yang muncul tiba-tiba.
Terlalu fokus dengan suasana di kamar, aku tersentak kala tangan dingin tiba-tiba mencengkram pada satu lenganku. Jantungku berdebar, bertalu kian kencang saat tangan itu mulai turun dan semakin erat meremas jariku yang basah karena keringat.
Merasakan hawa yang tak biasa, kuputuskan untuk mengatur nafas sejenak, perlahan aku menoleh pada kaitan tangan. Di balik remang cahaya kamar, aku melihat tangan kecil yang pucat, menggenggam telapak tanganku erat.
Mengesampingkan rasa takut yang menyesakkan dada, aku menyisir lengan si pemilik, dan saat itulah kudapati wajah perempuan pucat pasi dengan beberapa sayatan luka di tangannya, sembari menatapku sayu.
"Tolong saya, Mbak!" tatapan perempuan itu berubah mengiba, sementara satu tangannya menggenggam tanganku semakin erat.
Tubuhku kaku, tak bisa di gerakan. Sedangkan pandanganku yang seolah terpatri, menatap lurus ke arah wajah perempuan yang sekarang berdiri di hadapanku, sembari kata-kata minta tolong itu terucap berkali-kali dari bibirnya.
***
Tak terasa air mataku menetes, bukan karena aku merasa kasihan atau iba, melainkan rasa takutku sudah memuncak. Aku tidak bisa berbuat apa pun, karena sedari tadi, mungkin 15 menit berjalan, tubuhku kaku tak bisa digerakkan.
Hawa lain tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam kamarku, entah ini ada sosok lain yang lebih kuat masuk ke dalam kamar atau jangan-jangan Kinasih mencoba untuk masuk ke dalam tubuhku? Karena ini aku baru pertama kali merasakan ada gejolak yang tak biasa. Seperti menolak energi lain.
Mendadak tubuhku terasa berat, perlahan kakiku melemas, seperti tak bertulang. Dengan perlahan tubuhku roboh ke bawah, pandanganku sayu, mulai kabur dan gelap. Aku tidak bisa melihat apa pun lagi, benar-benar gelap.
***
Terdengar suara orang sedang mengobrol. Ada dua orang kalau tidak salah. Suaranya masih terdengar kecil tapi aku masih bisa mendengarkan dengan jelas. Kalau tidak salah itu suara Murni. Tapi satunya lagi siapa? Suara perempuan yang aku belum pernah mendengarnya, baru kali ini.
Aku mencoba untuk membuka mata, memastikan dengan siapa Murni sedang berbicara. Ketika perlahan kelopak mataku membuka tipis, pandangan masih kabur. Tapi aku bisa menangkap dengan jelas wajah Murni. Sedangkan satu lagi? Siapa dia? Siapa yang sedang duduk di sebelah Murni? Lantas, aku sekarang dimana? Kenapa ini bukan seperti di kamar? Aku berada di sebuah ruangan kecil, di depanku ada dua kursi yang di isi Murni dan satu perempuan yang tidak aku kenal. Tapi di depan mereka ada kaca lebar membentang.
Sebentar! Ku hembuskan nafas perlahan, mencoba untuk tenang. Sekarang aku bisa mengontrol tubuhku. Perlahan aku buka kembali mataku! Semoga apa yang aku lihat beberapa detik yang lalu, tidak nyata. Dan benar saja, ketika mataku sudah sepenuhnya membuka, dengan jelas aku melihat di depanku ada Murni dan satu perempuan lagi. Aku sekarang baru bisa menebak kalau aku sedang berada di dalam mobil. Namun sejak kapan aku ada di sini!
