Aku merasa ada guncangan, seperti ada seseorang yang sedang membangunkanku. Tak lama, satu suara juga lamat-lamat terdengar.
"Mbak! Mbak bangun Mbak!"
Benar! Sekarang aku bisa menangkap suara lelaki itu. Dia sepertinya sedang berusaha membangunkanku. Perlahan aku mencoba untuk membuka mata, memastikan siapa yang ada di sana.
Sesaat mataku sudah terbuka, kudapati seorang lelaki muda sudah berada di hadapanku. Aku masih mencerna kembali kejadian yang baru saja terjadi. Kenapa aku tiba-tiba masuk ke dalam rumah tua dan berakhir di tengah hutan seperti ini. Apalagi sekarang ada satu lelaki yang menolongku.
"Adduuuhh... kepalaku pusing!" gumamku ketika aku mencoba bangkit.
"Tenang, Mbak. Sementara Mbak duduk dulu. Karena apa di alami Mbak tadi, menguras banyak energi." ucap lelaki di hadapanku, menenangkan.
"Yang aku alami menguras energi, Mas? Maksudnya?" ucapku balik bertanya, karena memang aku tidak paham yang lelaki itu jelaskan.
"Jadi, tadi sukma Mbak di tarik sama Kinasih. Dia mencoba untuk memberitahu semuanya, namun karena ini baru pertama kali Mbak alami, jadi Mbak gak kuat." Ia menjelaskan.
"Maksudnya gimana, Mas? Aku benar-benar tidak paham. Dan kalau boleh tahu, siapa sampean Mas?" aku kembali menanyakan yang memang tidak aku mengerti maksudnya.
"Rumit Mbak kalau mau di jelaskan, besok Mbak akan tahu sendiri."
"Ohiya, saya Gama, Mbak."
Gama? Dia baru saja mengenalkan dirinya Gama? Apa ini lelaki yang di maksud Kinasih? Lantas kenapa dia tiba-tiba saja disini, kenapa dia bisa tahu semua kejadian yang aku alami barusan. Aduh aku benar-benar tidak habis pikir dengan semua ini. Kenapa aku harus bersinggungan dengan peristiwa seperti ini.
Selagi aku berpikir seperti itu, tiba-tiba ponselku berdering. Aku rogoh saku dan disana tertera nama Riri.
"Halo, Mbak? Kamu dimana?"
"Harusnya aku yang bertanya gitu, Las! Kamu sekarang dimana!" jawab Riri dengan nada panik dan khawatir.
"Aku lagi di sebuah tempat, Mbak. Aku gak tahu ini dimana, yang jelas aku di sini bersama Gama. Dia yang menolongku." ucapku menjelaskan.
"Hah! Kamu sama Gama? Coba kamu tanyakan ke dia, kamu lagi di tempat apa, biar aku susul ke sana!" sahut Riri tak sabar.
"Sebentar, Mbak."
"Kita lagi di depan kampung Jabang Mayit, Mbak. Aku rasa kita saja yang menyusul mereka, jangan sampai mereka yang ke sini, bahaya!" celetuk Gama. Sepertinya dia mendengar ucapan Riri dari seberang telefon.
"Las! Lastri!" teriak Riri dari seberang telefon.
"Iya, Mbak. Aku sama Gama yang ke sana. Tunggu kita Mbak! Jangan ke mana-mana!" jawabku memberi perintah Riri untuk tidak pergi dari tempat semula.
"Ya sudah Mbak, ayo kita segera bergegas, keburu malam!" ucapnya, yang seketika membuatku terkejut.
Berarti selama aku mengalami kejadian tadi, aku pingsan selama itu, dari malam hingga menjelang malam. Astaga!
"Sudah Mbak, gak usah di pikirkan lagi, kita harus cepat! Akan saya tunjukan jalannya!" ucap tegas Gama, mengakhiri obrolan.
Setelahnya kita berjalan menyusuri hutan, yang di kanan kiri terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi, hanya kegelapan dan suara serangga malam yang menemani kita selama perjalanan. Tak ada obrolan selama perjalanan.
